Thursday, December 24, 2009
Evolusi Kamera Digital : Dari CCD, WiFi Hingga 3D
Dalam photograpi konvensional, kehadiran kamera 35mm yang muncul pada era ’50-an terbilang revolusioner. Dalam tempo singkat, produsen asal Jepang seperti Nikon dan Konika Minolta, menjadi besar dan langsung menguasai pasar dunia termasuk Eropa yang sebelumnya sulit ditembus.
Namun munculnya teknologi digital, membuat situasi menjadi sulit. Kamera digital mengusung banyak kelebihan yang tidak dimiliki kamera konvensional. Dua diantaranya adalah teknologi image processing chips dan sensor yang disebut dengan CCD (charged couple devices) yang mampu menangkan obyek berupa cahaya dan mentransformasikan ke dalam signal digital.
”Para era digital dimana sensor teknologi seperti CCD sangat berperan, sangat sulit bagi Konika Minolta yang lebih memfokuskan pada kamera film untuk bersaing”, ujar eksekutif Konika Minolta, Minoru Ikehara.
Itulah sebabnya, banyak vendor kamera tidak ingin bernasib seperti Konika yang dipaksa tumbang atau Fuji yang terseok-seok karena terlambat mengantipasi perubahan selera konsumen. Canon misalnya, tergolong sebagai vendor yang sukses melakukan transisi dari kamera film ke kamera digital. Beberapa vendor lainnya seperti Kodak, Nikon dan Olympus, sejak beberapa tahun terakhir telah membangun pabrik kamera digital untuk menghasilkan produk-produk berteknologi canggih.
Mereka tentu tidak ingin kecolongan oleh para pemain baru yang diam-diam menggegoti pasar, seperti Sony, Panasonic atau Sanyo Electric. Pemain dari luar Jepang, seperti vendor asal Korea Samsung atau Altek dari Taiwan juga patut diperhitungkan, karena umumnya berani mengusung fitur melimpah dengan harga terjangkau.
Memang untuk mengungguli Canon atau Nikon, pemain-pemain baru itu kerap menjadikan produk mereka sebagai trend setter. Simak saja langkah Sony. Belum lama ini, Sony menghadirkan sebuah kamera digital yang unik. Disebut demikian karena kamera ini dilengkapi fasilitas WiFi. Alhasil, pengguna dapat meng-upload foto dan video langsung ke situs berbagi setelah jeprat-jepret.Dengan kamera digital Sony Cyber-shot DSC-G3 ini, pengguna dapat berfoto ria, kemudian meng-upload foto-foto tersebut ke situs berbagi foto, seperti Flickr, di mana saja, selama ada koneksi Wi-Fi.
Menurut Phil Lubell, direktur pemasaran kamera digital Sony Electronics, kamera ini didesain untuk menghadirkan kesederhanaan dan kemudahan dalam berbagi momen seru.
DSC-G3 yang hadir dalam balutan warna hitam ini dibekali dengan layar LCD 3,5 inchi, memori internal 4GB serta lensa Carl Zeiss Vario-Tessar 4x optical zoom. Untuk memiliki kamera 10 megapixel ini, konsumen harus merogoh kocek sebesar US$500.
Sementara Fuji yang sempat menjadi kampiun di industri photopgrapi dunia, memperkenalkan kamera yang dapat menghasilkan gambar dan video 3 dimensi. Harganya yang mahal, sudah pasti akan menyasar segmen high-end.
Tanpa membutuhkan kacamata khusus, penikmat foto kini dapat melihat gambar dan video berformat 3D. Kamera jenis ini telah diproduksi oleh vendor kamera asal Jepang, Fujifilm, dengan harga sekira 570 euro. Kamera 3D dengan nama seri FinePix REAL 3D W1 ini berdesain mirip dengan sebuah kamera digital poket biasa. Namun dia dilengkapi dengan dua buah lensa dan dua buah sensor. Kedua sensor dan lensa itu, masing-masing berfungsi sebagai penangkap gambar latar depan dan latar belakang sebuah objek.
"Setelah kedua lensa dan sensor itu bekerja, prosesor dalam kamera akan menyatukan kedua imej untuk menyajikan gambar dan video berformat 3D," ujar Manager Produk Digital Fujifilm Theo Georghiades. Fujifilm diklaim sebagai perusahaan kamera pertama yang berhasil menggelontorkan kamera 3D digital sejak era digital mulai masuk ke dunia fotografi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment