Tuesday, November 22, 2011

Booming Teknologi Pengaman Aktif


Selain berlomba-lomba menciptakan mobil irit atau berbahan bakar alternatif, produsen otomotif kini juga semakin concern dengan keselamatan pengendara. Keterlibatan vendor gadget juga mendukung langkah menciptakan mobil yang tidak saja nyaman tapi juga benar-benar aman.

Data WHO menunjukkan bahwa rokok adalah pembunuh nomor satu di dunia. Namun fakta lain juga memperlihatkan bahwa tingkat kematian akibat kematian di jalan raya dari tahun ke tahun juga meningkat secara signifikan. Itu sebabnya, ditengah usaha menciptakan mobil-mobil irit atau berbahan bakar alternatif seperti fuel cell, ethanol bahkan alkohol, produsen mobil juga terus berupaya meningkatkan sistem pengamanan mobil dengan dukungan teknologi yang lebih canggih.

Seperti kita ketahui, perangkat pengaman pada mobil terbagi dua, aktif dan pasif. Perangkat aktif antara lain, ESP (electronic stability program) yang mencakup pengendali traksi (traction control), ABS (antilock bracking system), EBD (electronic brake-force distribution) dan BAS (brake assist system). Kesemuanya berfungsi untuk membantu pengemudi menghindari kecelakaan atau sebelum kecelakaan benar-benar terjadi.

Sedangkan perangkat keamanan pasif, antara lain penggunaan rangka yang diperkuat oleh zona penyerap bantuan (crumpled zone), besi pelindung di bagian dalam pintu-pintu, sabuk pengaman pada seluruh kursi yang dilengkapi dengan pretensioner dan penyerap daya benturan, serta kantung udara (airbag) baik di depan, disamping atau disisi bagian dalam mobil dari pilar A sampai C (curtain airbag). Semua perangkat keamanan pasif itu, akan melindungi maupun penumpang saat kecelakaan terjadi.

Belakangan, perangkat keamanan pasif boleh dibilang tidak mengalami banyak inovasi. Namun tidak demikian halnya dengan perangkat aktif. Dalam beberapa tahun terakhir, pabrikan mobil makin intens dalam melakukan riset untuk menghasilkan sistem pengamanan yang lebih canggih dan bersifat peringatan dini (alert system). Hal ini cukup wajar, karena riset yang dilakukan para ahli di Oxford University menyimpulkan bahwa sistem peringatan dini, seperti menggetarkan pantat, tangan, kaki dan audio warning, ternyata dapat memangkas angka kecelakaan hingga 15 persen.

Riset yang dipimpin oleh Dr. Charles Spence mengungkapkan, pengendara mobil cenderung mengalami information overload, seperti gejala panik, bingung, gelagapan, sampai kondisi hilang kontrol, saat berusaha merespon sinyal warning yang pada dasarnya dirancang untuk menghindarkan diri dari kecelakaan.

Merujuk pada hasil riset tersebut, jelas diperlukan sistem yang dapat memberikan peringatan dini secara bertahap dan terarah, sesuai level bahaya dan dari mana kemungkinan bahaya itu mendekat. Karenanya, tim riset menyarankan perlu pabrikan mobil memasang panel getar pada kursi, seatbelts, pedal-pedal dan kemudi. Sementara audio warning dapat diletakkan pada tempat terpisah. Jadi bila bahaya datang, misalnya dari samping, dari sanalah peringatan suara akan berasal.

Citroen dan Toyota

Riset yang dilakukan oleh tim peneliti Oxford itu, ternyata tidak sia-sia. Pabrikan asal Perancis, Citroen, misalnya meluncurkan Citroen C4 dan C5, yang merupakan mobil pertama di dunia yang menawarkan sistem peringatan dengan getaran. Mobil yang meraih penhargaan five star untuk tingkat keamanan tertinggi dari badan independen European New Car Assesment Program (Euro NCAP) itu, memang layak menjadi acuan bagi pabrikan mobil lain.

Optional system yang diadopsi oleh Citroen C4 dan C5 dapat mendeteksi saat mobil keluar jalur. Bila keluar jalur sebelah kanan, maka bagian kanan akan bergetar. Begitu juga jika sebaliknya. Panel pada dashboard pun dirancang sedemikian rupa. Citroen membagi indikator konvensional seperti full beam dan engine terpisah dengan panel instrumen yang menyangkut bahaya. Sehingga konsentrasi pengemudi tidak terpecah, karena sumber bahaya akan segera diketahui bila ada cahaya berkedip dari area yang tidak biasanya.

Pabrikan asal Jepang, Toyota pun tidak ketinggalan. Toyota yang dikenal sebagai pabrikan mobil nomor satu di dunia termasuk pada katagori mobil hybrid, ternyata juga sangat concern dalam menelurkan perangkat keamanan aktif. Pada penyelenggaraan Auto Summit di Detroit, AS, 2006 lalu, Toyota telah memperkenalkan sejumlah perangkat yang dapat memonitor kondisi tubuh dan perilaku pengendara (driver’s mood). Perangkat yang diletakkan pada seat covers itu, dapat memonitor tensi darah sehingga pengemudi dapat mengetahui beragam kondisi saat tengah menyetir, apakah nervous, panik atau stabil. Bila panik, panel indikator berupa lampu peringatan akan menyala, sehingga memberi kesempatan kepada pengemudi untuk rehat sejenak agar kembali tenang yang akan ditunjukkan lewat normal light.

Perangkat lain adalah diabetes detecting monitor yang diletakkan pada sisi luar kemudi. Bagi pengidap diabetes, perangkat ini tentu sangat bermanfaat karena dapat menjadi indikator tensi darah saat berada dibalik kemudi.

Vendor Telekomunikasi

Menariknya, diluar perangkat yang dikembangkan langsung oleh para pabrikan mobil, sejumlah vendor telekomunikasi pun mulai ikut nimbrung dalam urusan ini. Siemens misalnya, beberapa waktu lalu telah memperkenalkan teknologi NVPRS (Night Vision and Pedestrian Recognizition System). Dalam pameran Frankfurt Motor Show 2005, perangkat aktif ini cukup menyedot perhatian pengunjung.

NVPRS merupakan perangkat yang mengkombinasikan lampu infrared dari kamera yang diletakkan di bagian radiator. Keduanya terhubung langsung dengan layar composite berukuran kecil yang diletakkan dibagian atas dashboard. Layar mini ini dapat memonitor pola-pola gerakan pejalan kaki, termasuk gerakan mendadak yang berasal dari samping pengemudi atau pedestrian. Perangkat ini tentu sangat bermanfaat bila pengemudi tengah melintasi jalan atau area yang dipenuhi dengan kerumunan orang, seperti pasar atau jalan-jalan sempit di areal perumahan. Perangkat buatan Siemens itu, kini sudah dicangkokkan pada mobil-mobil papan atas seperti BMW dan Hummer.

Selain Siemens, Motorola juga tengah mengembangkan Moto-Polite, yakni ponsel cerdas yang dapat mengenali kondisi pengemudi saat tengah berkendara. Ponsel ini mampu menganalisa situasi yang dirasa tidak cukup aman bila pengemudi mengangkat ponsel. Misalnya, saat tengah sibuk memarkir kendaraan atau memacu mobil dalam kecepatan tinggi. Juga ketika mobil tengah melintasi jalan yang kondisinya kurang nyaman, seperti medan-medan yang tidak rata bahkan cenderung off-road. Semua panggilan akan dialihkan pada voice mail. Yang lebih menarik lagi, saat fasilitas airbag terbuka karena benturan keras, Moto-Polite akan langsung terhubung dengan nomor darurat 911.

Diluar urusan darurat, tentu saja Moto-Polite akan berlaku seperti ponsel biasa, jika pengemudi tetap menelpon saat parkir, memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi atau melintasi jalan yang tidak rata.

Meski demikian, Moto-Polite telah memberikan alternatif apakah pengemudi menerima panggilan atau tidak dalam situasi yang tidak “menguntungkan” atau cenderung “membahayakan diri”. Bagaimana pun kendali sepenuhnya ada pada pengemudi.

Thursday, November 17, 2011

BlackBerry dan Mimpi Mike Lazaridis


Teknologi nirkabel dengan komunikasi berbasis email, telah menjungkalkan Nokia yang telah malang melintang di pasar smartphone sejak satu dekade terakhir, sekaligus memunculkan pemain baru, seperti BlackBerry sebagai jadi primadona. Kini puluhan juta pelanggan mengakses layanan push email sekaligus mengatrol nama Mike Lazaridis ke jajaran Top Ten Technology Inovators.

Seperti halnya Bill Gates dengan Microsoft, Stan Lee dari Acer dan mendiang Steve Jobs yang membesarkan Apple, membicarakan BlackBerry tentu tidak lepas dari peran seorang Mike Lazaridis. Pria yang dikenal murah senyum ini, adalah dedengkot dibalik kelahiran BlackBerry yang kini sangat fenomenal. Bersama dua koleganya, Co CEO Jim Balsillie dan COO Doug Fregin, Mike sukses mengembangkan smartphone dan layanan push email-nya lewat bendera Research in Motion (RIM).

Sejak didirikan pada 1998, layanan push email ala BlackBerry mampu menggusur pemain sekaliber Nokia dan Sony Ericsson di segmen smartphone. Kini puluhan juta orang di seluruh dunia sangat tergantung dengan BlackBerry, termasuk presiden AS Barack Obama yang lebih senang menggenggam BlackBerry ketimbang iPhone.

Namun menilik kelahirannya, tidak banyak yang tahu bahwa BlackBerry semata merupakan buah keisengan dari pria 50 tahun ini. Setelah kelahiran anak keduanya, Mike rupanya ingin punya lebih banyak waktu dengan keluarga. Alhasil, di rumahnya ia kerap mengutak-atik model algoritma untuk menentukan komposisi yang pas bagi proyek entertainment system yang tengah digarapnya.

Hasilnya adalah DigiSync, teknologi yang membantu mempercepat proses special film tracking. Lewat teknologi itu, nama Mike mulai dikenal dan diperhitungkan. Apalagi penemuan itu, menghantarkannya meraih penghargaan di ajang prestisius, Oscar dan Emmy Award pada 2001.

Meski begitu, DigiSync bukanlah pencapaian akhir. Mike rupanya tak ingin kariernya terbatas sebagai bagian dari industri entertainment Hollywood. Terdorong oleh lompatan teknologi wireless terutama GPRS (General Packet Radio Services) yang merupakan teknologi selular 2,5G, Mike mencoba menawarkan layanan push email dengan label BlackBerry.

Sejatinya BlackBerry diilhami oleh philosopi Mike saat mengembangkan sistem pengawasan internal di Ontario’s Control Data pada awal ’80-an. Kita itu ia melihat banyak kasus ketidaksinkronan diantara engineer dan marketing departement sehingga menimbulkan banyak pemborosan sumber daya. Mike kemudian meyakini, komunikasi melalui email sekaligus sistem pengamanan yang memadai, dapat mendorong efisiensi di banyak sektor, sehingga ujung-ujungnya dapat meningkatkan penjualan.

“BlackBerry tumbuh dan populer di seluruh dunia karena menawarkan solusi end to end, yakni jaringan yang aman, push based wireless email dan akses data, terutama untuk pengguna dari kalangan bisnis”, ujar Mike dalam satu kesempatan.


Wednesday, November 16, 2011

Laptop, Riwayat Benda Eks NASA


Di era mobile internet, laptop adalah salah satu benda paling diandalkan. Seperti apa riwayat gadget portable ini?

Selain ponsel, benda paling spektakuler dalam pertumbuhannya adalah laptop. Meski mulai didesak oleh kehadiran netbook dan belakangan tablet, populasi gadget yang kerap disebut juga notebook ini tetap menggila. Tingginya mobilitas pengguna, terutama agar tetap terhubung dengan dunia maya, menjadikan laptop benda idaman yang wajib dimiliki. Apalagi harganya pun makin terjangkau. Laptop dengan kualitas setandar kini bisa ditebus dibawah harga Rp 5 jutaan. Padahal beberapa tahun lalu, bandrolnya masih dikisaran Rp 12 jutaan.

Allan Kay

Milyaran pengguna tampaknya harus berterima kasih kepada Allan Kay. Pada 1970, Allan yang bekerja pada Xerox di Palo Alto Research Center, adalah manusia pertama yang menciptakan komputer seukuran notebook. Dengan mengusung model cardboard, Allan menamakan produk buatannya dengan sebutan Dynabook. Meski masih jauh dari harapan, Dynabook disebut-sebut sebagai cikal bakal komputer portable.

Rupanya perlu waktu bertahun-tahun untuk mewujudkan ide Allan Kay. Pada 1979, William Moggride dari Gride System Corporation menciptakan “The Grid Compass Computer 1109” yang memiliki fungsi sebagai komputer portable. Dengan bahan terbuat dari magnesium case dan lipatan layar yang memancarkan grafis dari electroluminescent, komputer jinjing besutan Moggride itu telah dilengkapi memori berkapasitas 340 kilobytes. William pun patut bangga, karena tidak tanggung-tanggung, lembaga antariksa AS NASA, memborong produk ciptaannya seharga $800 per unit untuk mendukung kesuksesan program ruang angkasa AS.

Setelah The Grid Computer 1109 karya Moggride, evolusi laptop terus berlanjut dengan munculnya nama Adam Osborne. Pendiri Osborne Computer ini, pada 1981 meluncurkan Osborne 1, komputer jinjing seberat 24 pound seharga $1,795 per unit. Dibanding produk sebelumnya, Osborne 1 sudah menawarkan berbagai kelengkapan seperti port modem, 2 floopy drives dan layar 5 inch. Produk ini juga sudah dibundling dengan software program dan batere sehingga pengguna lebih mobile. Sayangnya, meski sudah menyandang predikat “The Real Portable Computer”, Osborne 1 tetap jeblok di pasaran. Barangkali, harga yang masih terbilang mahal, membuat Osborne hanya sayup-sayup terdengar di telinga konsumen.

IBM PC Convertible

Setelah Osborne 1, sejumlah perusahaan lain seperti Gavilan Computer dan Apple pun mencoba peruntungan dengan meluncurkan laptop mereka selang beberapa tahun kemudian. Meski begitu, IBM PC Convertible adalah produk yang bisa dibilang paling sukses secara komersial.

Diperkenalkan pada 1986, produk jebolan IBM ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan fitur yang lebih advance, sehingga mampu menarik animo konsumen. Beberapa diantaranya adalah, 8088 microprocesor, memori 265 kilobytes, dua floopy drives, LCD display, pararel dan serial printer ports, space untuk internal modem. Tak ketinggalan, software suite yang sudah dilengkapi software basic word processing, appoinment calendar, telephone/address book, dan kalkulator.

Thursday, November 10, 2011

Operator Taiwan Kini Bersaing di Layanan Data


Teledensitas jaringan selular di Taiwan sudah hampir 100 persen. Kondisi yang sudah jenuh membuat medan pertempuran berubah. Demam smartphone dan mobile internet membuat operator setempat kini membidik layanan data sebagai revenue generator baru.

Taiwan sejauh ini masih menjadi salah satu kiblat manufaktur elektronik dunia. Namun kemajuan industri telekomunikasi yang dibangun sejak beberapa dekade terakhir, juga layak dicermati. Terutama karena pertumbuhan layanan data yang eksponensial, sehingga bisa dijadikan benchmark bagi negara-negara lain.

Simak laporan lembaga riset terkemuka Asia Pasifik, Piramida Research yang dirilis belum lama ini. Laporan berjudul "Taiwan: Smartphone dan Tablet Drive Mobile Market" memastikan bahwa telah terjadi ledakan layanan data di negara yang juga disebut China Taipe itu.

Dalam riset itu, Piramida meneliti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ledakan pertumbuhan pendapatan layanan mobile di Taiwan. Kesimpulan menunjukkan bahwa adopsi yang cepat dari penetrasi smartphone dan peningkatan konsumsi terkait dalam penggunaan layanan data tingkat lanjut, adalah faktor kunci yang akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar15,9 persen CAGR pendapatan layanan mobile dalam lima tahun ke depan yang berakhir pada 2016.

Analisa Pyramid juga menyebutkan bahwa kompetisi yang ketat menyebabkan terjadinya penurunan ARPU pada layanan suara karena rendahnya tarif. Namun, Daniel Yu, Manajer Associate, Asia-Pasifik di Pyramid Research mengharapkan pasar akan kembali pulih pada 2012 dan terus meningkat mencapai $ 23,85 pada 2016.

Piramida mencatat bahwa dua operator yakni Chunghwa Telecom dan Taiwan Mobile melaporkan pencapaian ARPU yang membaik di Q1 2011, yakni masing-masing $ 43,10 dan $ 56,70. Angka-angka ini mengindikasikan bahwa pencapaian itu lebih dari dua kali dari tingkat ARPU mereka secara keseluruhan. "Mengingat dampak smartphone dapat menggenjot ARPU, tidak mengherankan bahwa semua operator Taiwan telah fokus pada mempromosikan ponsel pintar dan perangkat komputasi mobile pada tahun 2011," tambah Yu. Selain tren layanan data karena demam smartphone, laporan yang disusun oleh Piramida itu juga memberikan analisis rinci dari sektor tetap dan mobile, mengkaji tren pasar dan teknologi baru monitor.

Dampak 3G

Dengan kondisi masyarakat yang rata-rata melek tekonologi, tingkat penetrasi selular di Taiwan telah mencapai 120%. Ini setara dengan sekitar 27 juta pelanggan. Alhasil, layanan basic (SMS dan voice) terbilang sudah sangat jenuh, sehingga tingkat pertumbuhan jatuh sampai 5%. Menariknya, stagnasi yang terjadi pada legacy business itu tidak merisaukan operator. Pasalnya, jumlah pelanggan 3G terus tumbuh mencapai 20% pada 2010 lalu.

Tidak seperti di Indonesia yang surplus operator, jumlah operator yang beroperasi di negeri Chiang Kai Sek itu dibatasi hanya lima saja. Namun sejauh ini pasar didominasi oleh tiga besar, yakni Chunghwa Telecom, FarEasTone dan Taiwan Mobile. Ketiganya masing-masing memegang 35,7 persen, 23,4 persen dan 23,6 persen dari keseluruhan pangsa pasar.


Meski leading di market share, ketiga operator yang masing-masing sudah memegang lisensi 3G itu, harus mengantisipasi strategi ofensif dua operator kecil, yakni Vibo Telecom dan APBW. Pasalnya, kedua operator itu mencatat prestasi gemilang, terutama dalam hal pencapaian keuntungan, baik pelanggan berbasis 2G maupun 3G pada tahun 2010.

Vibo memperoleh 21 persen dari penambahan bersih dan APBW naik 44 persen. Chunghwa Telecom masih memperoleh pangsa 28 persen dari penambahan bersih dan FarEasTone naik 8 persen. Namun Taiwan Mobile justru kehilangan 10.000 pelanggan selama tahun. Ini adalah sinyal buruk, terutama bagi petinggi Taiwan Mobile, sekaligus menggentarkan Chunghwa dan FarEasTone.

Saat ini terdapat 18,5 juta pelanggan 3G di Taiwan. Namun, dengan strategi yang lebih berani memangkas tarif dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan, para analis telekomunikasi memperkirakan kendali pasar 3G di negara itu tampaknya akan beralih ke pemain kecil.

Sejauh ini APBW memegang pangsa 10 persen dari total pasar di Taiwan, tetapi telah mendapatkan porsi sebanyak 15 persen di pasar 3G. Tak jauh beda dengan APBW, Vibo yang hanya meraih 7 persen market share, justru sukses memegang 10% dari total pasar 3G.

LTE Vs WiMax

Dengan populasi smartphone yang signifikan dan warganya yang tengah demam layanan data, industri telekomunikasi Taiwan kini tengah bersiap memasuki babak baru, yakni implementasi teknologi mobile broadband generasi ke-4.

Untuk mendukung pencapaian target tersebut, Komisi Komunikasi Nasional (NCC) yang merupakan BRTI-nya Taiwan, selama beberapa tahun terakhir telah memfokuskan banyak energi pada pengembangan dan penggelaran WiMAX dengan enam operator di dalam negeri untuk menawarkan layanan tersebut. Saat itu, salah satu alasan utama komitmen untuk WiMAX adalah karena adanya dukungan yang kuat dari vendor Intel. Tetapi operasi yang tertutup Taiwan tahun lalu, rupanya meninggalkan celah di pasar.

Kondisi itu mendorong GSMA untuk melakukan lobi secara aktif. GSMA beralasan dibandingkan WiMax, pasar Taiwan lebih cocok dengan LTE karena benar-benar bisa meningkatkan potensi pasar, sekaligus mencegah negara dari ketertinggalan dalam hal adopsi teknologi baru.

Direktur GSMA kebijakan spektrum dan urusan regulasi untuk wilayah Asia-Pasifik, Chris Perera, mendorong pemerintah Taiwan untuk berinvestasi dalam LTE. Perera menyarankan bahwa negara itu bisa mendapatkan keuntungan dari skala ekonomis yang lebih dengan mentransfer ke teknologi yang semakin disukai oleh masyarakat.

Lobi yang dilakukan GSMA rupanya cukup efektif. Menurut sebuah laporan yang dibuat oleh GSMA untuk Analisa Mason, NCC kini cenderung beralih ke LTE karena permintaan global yang lebih tinggi dibandingkan dengan WiMAX, serta pertumbuhan perangkat 3G dalam jaringan LTE. Disebutkan bahwa, teknologi mobile broadband akan memberikan kontribusi TWD333 miliar (US $ 11,6 miliar) untuk perekonomian Taiwan pada tahun 2015, setara 1,8 persen dari PDB. Dampak ini berasal dari belanja layanan mobile, pertumbuhan ekosistem mobile broadband dan dampak produktivitas pada industri.


Namun sebelum menggelar layanan LTE, GSMA meminta NCC untuk membantu transfer antara teknologi dengan menggunakan spektrum tertentu guna mengubah kondisi lisensi. Saat ini, operator perlu menutupi 70 persen dari wilayah lisensi untuk kemudian diizinkan untuk beralih ke LTE. Beberapa operator diketahui sedang berusaha untuk mendapatkan lisensi untuk beroperasi LTE. Disisi lain, NCC memperkirakan bahwa layanan LTE sepenuhnya baru bisa dinikmati oleh warga Taiwan pada 2017 saat roll-out teknologi ini mampu meng-cover seluruh wilayah negara kepulauan itu.

Aston Martin, Mobil 007 Paling Cool


Jaguar, Range Rover atau Mini Cooper, adalah tiga merek mobil asal Inggris yang mungkin lebih dikenal masyarakat Indonesia. Wajar saja, karena mobil-mobil itu sudah cukup banyak lalu lalang di jalan-jalan Jakarta dan kota besar lainnya. Peminatnya memang masih terbatas. Namun justru karena komunitasnya masih terbatas, memiliki salah satu diantaranya adalah prestise tersendiri.

Tapi bagaimana dengan masyarakat Inggris sendiri? Ternyata ketiganya bukanlah mobil paling keren. Brand paling cool justru disabet oleh Aston Martin. Tak dapat dipungkiri, dibenak konsumen mobil ini lekat dengan dua persepsi, sporty dan James Bond 007. Penghargaan “The Coolest Brand” bagi Aston Martin itu, disematkan pada ajang CoolLive yang diselenggarakan oleh SuperBrands beberapa waktu lalu. Seperti kita ketahui, SuperBrands adalah organisasi yang getol mempromosikan merek-merek paling top di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang saban tahun menggelar event serupa dan selalu menjadi rujukan bagi kalangan industri sekaligus konsumen.

Banyak kalangan menilai, Aston Martin layak menyabet penghargaan tersebut karena selalu berada beberapa langkah di depan para pesaing. Terutama dalam dua aspek fundamental yang dirasakan oleh konsumen otomotif, yakni pengetahuan sekaligus pengalaman berkendara. Ditangan Ulrizh Bez, sang CEO yang menjabat sejak 2000, Aston Martin terus melakukan transformasi yang ditandai dengan hadirnya tiga varian teranyar sekaligus terdepan dikelasnya, yakni Vanquish S, DB9 dan DB8 Vantage. Termasuk V8 Vantage Convertible dan DBS Coupe. Yang terakhir malah merupakan kolektor item paling diburu oleh penggila mobil-mobil premium, sebab merupakan tunggangan James Bond dalam sekuel Casino Royale dan Quantum of Solace yang dibintangi aktor Inggris Daniel Craig.

Callow Street

Bagaimana kisah awal dibangunnya Aston Martin? Konsumen mungkin tidak menyadari bahwa sejarah Aston Martin tidak lepas dari nama sebuah jalan di jantung kota London, yakni Callow Street. Jalan ini terletak di dekat kawasan Kensington, tempat klub elit Inggris Chelsea bermarkas, yakni Stamford Bridge. Lokasi yang strategis menjadikan Callow Street menjadi salah satu urat nadi perekonomian setempat. Itu sebabnya, sangat mudah menemukan belasan hotel dan restoran top di sepanjang jalan ini.

Bermula pada 1913, Lionel Martin dan Robert Bamford sepakat untuk mendirikan pabrik mobil yang diberi nama Aston & Barmford. Keduanya sepakat memilih Callow Street sebagai tempat diproduksinya mobil tersebut. Aston Martin adalah nama mobil pertama buatan dua sahabat itu. Entah mengapa, hanya nama Aston yang dilekatkan sebagai emblem pada mobil balap bermesin 4 silinder menggunakan chassis Issota-Frashchini 1908.

DBS yang Legedaris

Anda pasti setuju bahwa citra James Bond 007 yang begitu kuat, menjadi fantasi ideal bagi setiap pria modern. Setelan jas Brioni, jam tangan Omega, vintage champagne dan caviar, hotel mewah, lisensi untuk membunuh, wanita-wanita cantik yang sangat menggoda. Namun hal itu rasanya belum lengkap, tanpa kehadiran mobil tunggangan yang tidak saja sporty, namun juga canggih karena dilengkapi dengan seabreg peranti rahasia untuk mendukung aksi agen rahasia Inggris itu.

Sejak pertama kali pemunculannya di Goldfinger pada 1965, model klasik Aston Martin DB5 langsung menempatkan mobil ini sebagai ikon yang tak lepas dengan James Bond. Perjalanan 007 bersama Aston Martin kemudian berlanjut lewat Thunderball (1965) dan On Her Majesty (1969). Setelah sempat digantikan oleh Lotus Wet Nellie' (The Spy Who Loved Me, 1977), Aston Martin V8 Volante dan Vantage kembali dipacu oleh sang agen legendaris pada sekuel The Living Daylight (1987).

Namun dalam beberapa sekuel berikutnya, Jaguar XKR dan BMW Z3 mendampingi varian Vanquish pada Die Another Day (2002). Selanjutnya posisi Aston Martin tak tergoyahkan. Varian DBS di Casino Royale (2006) dan Quantum Solace (2008) yang mengingatkan kita pada model klasik DB5 di Goldfinger, kembali menjadi tunggangan Bond. Tak salah jika penikmat film James Bond, menyebutkan : Bond boleh berganti pasangan wanita, namun tidak dengan Aston Martin. Ia adalah pengecualian bagi agen rahasia itu.