Wednesday, May 25, 2011

Menunggu (Aksi) A Mild Kembali ke Khittah


Sejak kali pertama muncul di awal 2010, kampanye iklan "Go Ahead" milik A Mild, wara-wiri di layar kaca. Baliho dan bilboard pun bertebaran di tempat-tempat strategis, menyebar di sekeliling kota. Tema-tema yang diangkat merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari. Dengan penekanan bahwa setiap individu sesungguhnya punya peluang untuk mengaktualisasikan ekspresi atau minat pribadi, tanpa harus takut takut dengan sekat-sekat sosial yang terkesan kolot.

Terkesan hedonis? Bisa jadi persepsi ini muncul, karena kebanyakan visualisasi yang ditampilkan lebih kental dengan isu pemberontakan kaum muda untuk menikmati hidup.

Nah, disinilah banyak pihak yang menilai A Mild telah "keluar jalur". Kampanye "Go Ahead" itu, menjadikan A Mild seperti produsen rokok lain, yang kerap menjadikan ekspresi, dan life style sebagai pijakan.

Padahal, kampanye iklan-iklan A Mild sebelumnya sangat kental dengan gaya parallel positioning. Dimana seluruh eksekusi dari TVC maupun print ad begitu jauhnya, bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan atribut produk A Mild sendiri.

Dari How Low Can You Go (awal 1990-an), Bukan Basa Basi (sekitar 1996-2000), Others Can Only Follow (sekitar 2000-2005), Tanya Kenapa (2005-2007), dan Pilihan Gue (2008-2009), rata-rata sarat dengan bobot kultural dengan problematika sosial.

Dari seluruh sekuel tersebut, tema iklan "Tanya Kenapa" bisa jadi paling dikenal masyarakat. Tema-tema yang diangkat begitu berani menyentuh secara langsung berbagai isu sosial dan memprovokasi audiens dengan pertanyaan ”Tanya Kenapa”. Contohnya adalah print ad dan baliho yang bergambar beberapa oven dengan toga di dalamnya, dan dengan harga di setiap toga. Di setiap toga ada label-label ”sarjana”, ”sarjana luar negeri” dan sejenisnya. Lalu iklan ini memiliki tagline ”Mau Pintar Kok Mahal. Tanya Kenapa”.

Versi lain yang mungkin masih Anda ingat : ”Taat Kalo Nggak Ada Yang Liat”, ”Jalan Pintas Dianggap Pantas”, "Banjir Kok Jadi Langganan", "Yang Lebih Muda Yang Nggak Dipercaya", "Yang Lemah Kadang Nggak Mau Ngalah", "Harusnya Gampang dibikin Susah", "Kalo di Jalan Buta Warna", dan lainnya.

Iklan-iklan A Mild ini cerdas, menggigit, sekaligus engaging karena tema yang diangkat adalah sehari-hari. Bahkan jika dianalisis lebih dalam, iklan-iklan A Mild dengan tema ”Tanya Kenapa” lebih mirip seperti iklan layanan masyarakat (public service ads) dibandingkan iklan produk. Yang mengingatkan kita bahwa iklan ini tetap iklan komersial adalah adanya logo A Mild dan peringatan pemerintah akan bahaya merokok yang selalu muncul di akhir iklan.

Dengan begitu banyaknya beban sosial akibat kebijakan yang salah urus, termasuk praktek korupsi yang semakin meluas, tak ada salahnya jika A Mild bisa kembali ke khittah. Meski nyeleneh dan sarat kritik sosial, faktanya kampanye "Tanya Kenapa" milik A Mild, bisa dijadikan bagian dari otokritik pemerintah dan masyarakat.

Tuesday, May 10, 2011

Dibalik Nafsu Ekspansi Bharti Airtel


Bharti terus berupaya memperkokoh posisinya sebagai market leader dalam industri seluler India dengan memperluas jaringannya hingga ke pedalaman pedesaan. Sejalan dengan penggelaran teknologi 3G, perluasan ini akan memungkinkan Bharti memberikan pengalaman yang kaya bagi pelanggannya.

Perluasan jaringan GSM ini mencakup delapan wilayah yang ada di Mumbai, Maharashtra, Gujarat, Madhya Pradesh, Chattisgarh, Bihar, Jharkhand, Orissa, Kolkata dan Bengal Barat.

Untuk memperluas jaringan ini Bharti menggandeng Nokia Siemens Network (NSN) melalui kemitraan strategis lewat kontrak senilai UUSD 700 juta. Kontrak ini akan memungkinkan Airtel untuk lebih memperluas ekspansi ke kawasan pedesaan India mengingat saat ini hampir 60 persen pelanggan pasca bayar Bahrti Airtel berasal dari daerah pedesaan. Kontrak tersebut meliputi perencanaan jaringan, pelaksanaan dan pengelolaan proyek, penanganan logistik lokal dan bahan-bahan, serta sistem integrasi untuk situs BTS.

Proyek tersebut diharapkan dapat menghasilkan peningkatan kapasitas jaringan dan efisiensi spektrum dengan menerapkan berbagai layanan jaringan yang terdiri dari perencanaan, implementasi dan optimalisasi jaringan. NSN juga akan menyediakan platform operasional dan manajemen bisnis untuk pemantauan dan pengelolaan jaringan yang efektif.

Selain itu, perluasan jaringan ini ditujukan untuk mendukung percepatan penggelaran teknologi 3G di negeri anak benua Asia itu. Untuk penggelaran 3G ini Bharti Airtel telah menunjuk Ericsson India, NSN and Huawei Technologies sebagai network partners-nya.

Penggelaran teknologi 3G ini akan membuat Bharti memperluas kepemimpinannya di industri seluler India dan pemenuhan kebutuhan akses data cepat dan wireless entertainment bagi masyarakat.

Ericsson, mengklaim telah memenangkan kontrak 1,3 miliar dolar Amerika (960 juta euro) untuk meng-upgrade jaringan Bharti Airtel. Ericsson akan memasok generasi kedua atau 2G stasiun dasar radio untuk meningkatkan kualitas panggilan telepon dan kecepatan akses data, serta menyiapkan jaringan untuk peluncuran layanan 3G 3G yang lebih cepat.

CEO Ericsson Hans Vestberg mengatakan bahwa dalam kemitraan ini Ericsson akan menetapkan patokan baru untuk dunia dalam hal jumlah jaringan dan kualitas, jenis layanan dan customer experience. Ericsson akan memperluas dan meng-upgrade jaringan Airtel di 15 dari 22 lisensi yurisdiksi India, atau lingkaran telekomunikasi. Dengan demikian pelanggan Bharti akan menikmati kualitas suara yang disempurnakan dan akses data lebih cepat.

Bharti merupakan operator selular pertama di dunia yang menyerahkan semua pengelolaannya kepada pihak ketiga selain marketing, sales dan finance. Pengelolaan jaringan Bharti seperti base stations, microwave dan lainnya dipercayakan kepada Ericsson, NSN dan Huawei. Sedangkan untuk business support, Bharti mempercayakan IBM untuk mengelolanya.

Saat ini Bharti airtel beroperasi di 19 negara di selatan Asia dan Afrika yang juga merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar kelima di dunia dengan jumlah pelanggan lebih dari 207,8 juta hingga akhir tahun 2010. Di India sendiri, Bharti memiliki 152,5 juta pelanggan dan menjadi operator terbesar ketiga dunia yang memiliki jumlah pelanggan terbanyak dalam satu Negara.

Perluas ke Zambia
Bharti Airtel juga berencana untuk menginvestasikan 150 juta dollar di Zambia, dalam proyek kemitraan dengan operator setempat, Zain Zambia. Dalam dua hingga tiga tahun dalam perluasan jaringan, Bharti menginginkan semua pedesaan, kabupaten menjadi terhubung. Oleh karena itu Bharti akan agresif mendorong investasi dalam perluasan jaringan dan penyambungan wilayah pedesaan di negara Afrika bagian selatan itu.

"Kami ingin menjadi mitra dalam pertumbuhan Zambia dan akan bekerja dengan pemerintah untuk membuat jaringan telekomunikasi jauh ke seluruh pelosok negeri hingga menyentuh orang-orang biasa," kata CEO Bharti Airtel Manoj Kohli.

Saat ini Bharti memiliki 80 persen saham Zain Zambia, perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Lusaka dengan lebih dari tiga juta pelanggan di negara berpenduduk sekitar 12 juta. Bharti juga membeli operasi perusahaan induk Zain Zambia, Zain Africa di 15 negara Afrika, termasuk Burkina Faso, Chad, Kongo Brazzaville dan Republik Demokratik Kongo (DRC) Gabon, Ghana, Kenya dan Tanzania.