Tuesday, April 27, 2010

Serunya Persaingan di Segmen Sport


Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) motor Minerva Sachs nampaknya benar-benar ingin melepaskan imejnya sebagai motor China. Pabrikan motor yang sejak 2008 bergandengan dengan Sachs dari Jerman ini pun nampak makin fokus menggarap pasar motor sport segmen middle up dengan meluncurkan R 150VX.

Sepeda motor sport dengan kapasitas mesin 150cc ini diklaim tak memiliki kompetitor di level harga serta fitur yang digunakannya. "Selain digital speedometer, ban tubeless, desainnya pun buatan Megelli U.K.," kata Kristianto Goenadi Presiden Direktur PT Minerva Motor Indonesia (MMI) saat peluncuran, Selasa (27/4).

Meski merupakan pendatang baru dibandingkan ATPM asal Jepang seperti Yamaha dan Kawasaki, Minerva seharga Rp 16,5 juta ini cukup optimis bisa mencuil setidaknya 10% dari pasar motor sport di Indonesia. Hingga akhir tahun kami targetkan bisa terjual sebanyak 30.000 unit di Indonesia, kata Kristianto, optimis.

Dengan demikian, target penjualan seluruh varian Minerva hingga akhir tahun nanti ditargetkan mencapai 66.000 unit. Angka tersebut naik cukup signifikan dari penjualan Minerva tahun 2009 lalu yang mencapai 49.800 unit. Kristianto mengungkapkan penjualan Minerva selama triwulan pertama 2010 cukup bagus dengan total 16.836 unit.

Investasi
Masuknya MMI ke segmen middle up menunjukkan ATPM ini tak ragu lagi dengan pasar domestik. Tak tanggung-tanggung, MMI bersiap mengucurkan investasi hingga Rp 100 miliar tahun ini. Sebanyak Rp 50 miliar sudah mulai digunakan untuk persiapan pengembangan kapasitas produksi.

Saat ini kapasitas produksi dari 2line yang digunakan mampu memproduksi 250 hingga 300 unit Minerva per harinya. "Kami masih bisa tambah 2 line lagi di pabrik kami di Cileungsi," kata Direktur dan Presiden Direktur PT Minerva Motor Indonesia (MMI), Sebastian H. Budi.

Minerva berjanji akan terus meningkatkan penggunaan komponen lokal dari produknya. Saat ini komponen lokal berkisar 15% akan terus ditingkatkan hingga 30% sesuai izin dari prinsipal.

Untuk makin menggenjot penjualannya Minerva yang kini memiliki 52 dealer resmi dan 116 outlet penjualan ini berniat membuka 150 dealer resmi dan 300 outlet penjualan tahun ini. Investasinya sekitar Rp 14,5 miliar untuk semua dealer utama dan Rp 200 juta hingga Rp 250 juta per outlet penjualan.

Respon Yamaha
Namun masuknya Minerva ke segmen middle up tak membuat kompetitornya khawatir. Yamaha misalnya, sebagai pemimpin pasar di segmen sport, justru akan membuat pilihan konsumen bertambah banyak, sehingga akan mendongkrak total penjualan.

"Semua ada pasarnya masing-masing, jadi tidak ada masalah," ujar Presiden Direktur Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Dyonisius Beti.

Asal tahu saja, R 150VX besutan Minerva bakal berhadap-hadapan langsung dengan Vixion Yamaha. Kedua motor sport itu sama-sama mengusung mesin 150 cc. Hanya saja, Vixion dijual dengan harga Rp 20 jutaan, lebih tinggi dari banderol Minerva R150 VX.

Meski begitu, Dyonisius yakin hal itu tidak akan mengurangi daya tarik Vixion. "Konsumen pasti akan memperhatikan teknologi yang ada pada masing-masing motor," ujarnya.

Selain teknologi, Dyonisius juga melihat faktor desain dan kenyamanan berpengaruh besar dalam menentukan minat konsumen terhadap motor sport. "Tidak hanya fungsi, konsumen motor sport juga sangat memperhatikan tampilannya," ujarnya.

Selama ini, Yamaha mengandalkan Vixion sebagai jagoannya di pasar motor sport. Kontribusinya sekitar 10% terhadap total penjualan Yamaha. Hingga kuartal I/2010 ini Yamaha mencatatkan total penjualan 759.275 unit.

Fenomena The Native Gadget


Perkembangan teknologi gadget yang semakin mumpuni dari tahun ke tahun, mendorong bergesernya gaya hidup seseorang. Kini, tak salah bila gadget akrab dan identik dengan anak muda. Bagi mereka, gadget bukan sekedar fashion statement, namun sudah menjadi kebutuhan.

Penggunaan beragam gadget bisa dengan mudah kita temui di cafe, mall, bus, kampus, hingga pinggir-pinggir jalan sekalipun. Anak muda yang keranjingan gadget inilah yang biasa disebut generasi platinum. Generasi yang begitu lincah memainkan gadget dan mengetahui seluk beluk gadget dari hulu sampai hilir.

The native gadget, itulah sebutan bagi remaja atau anak muda yang begitu memahami dan tidak bisa lepas dari gadget. Bukan tanpa alasan bila muncul sebutan tersebut. Pasalnya, menurut survei terbaru yang dilansir dari Kaiser Family Foundation, akses ke media 24 jam menjadi kebiasaan sehari-hari anak dan remaja di Amerika Serikat. Remaja yang kebanyakan berusia 8-18 tahun, rata-rata menggunakan media digital hiburan selama 7 jam 38 menit sehari atau 53 jam seminggu. Gadget yang paling banyak digunakan adalah ponsel dan iPods.

Saking keranjingannya menggunakan gadget, remaja putri di Amerika, Annie Levitz yang berusia 16 tahun, terancam dioperasi kedua tangannya akibat terlalu sering mengirimkan SMS. Bayangkan saja, dalam sehari dia bisa mengirimkan lebih dari 100 SMS, sehingga tanpa disadari tangannya mulai mengalami semacam sindrom kekakuan. Dia sempat kehilangan sensasi dan kepekaan pada kedua tangannya dan tak bisa lagi memegang suatu benda. Alhasil, Annie sekarang harus mengenakan semacam penyangga khusus berbentuk sarung tangan dan mendapatkan suntikan pereda rasa sakit.

Keranjingan gadget, bukan hanya terjadi pada remaja di negara-negara maju saja, semisal Amerika. Di Indonesia, hadirnya gadget-gadget apik, fashionable dan pastinya memiliki manfaat mampu menghipnotis anak muda di tanah air untuk tidak ketinggalan tren canggih ini. Bisa dibilang “nggak punya gadget, nggak gaul”.

Seperti yang dilansir, menurut Sosiolog FISIP Universitas Indonesia, Kahardityo Suprapto yang menekuni soal komunitas informasi di Jakarta, anak muda inilah yang dinamakan generasi platinum atau ada juga yang menyebutnya sebagai generasi Z. "Saya lebih condong menyebutnya the native gadget. Namun, esensinya sama, mereka sangat paham berinteraksi dengan gadget atau peralatan komunikasi informasi," ujarnya. Generasi platinum punya karakter unik yang lebih eksploratif selaras arah perkembangan teknologi dan berbasis jejaring sosial.

Tentang penyebutan generasi Z, Kahardityo mengatakan, sebetulnya melanjutkan penyebutan generasi sebelumnya yang dinamakan generasi X dan Y."Generasi Z ini beda sekali jika dibandingkan dengan generasi X yang lahir tahun 1965 hingga 1980. Beda juga dengan generasi Y atau Generasi Milenium yang lahir tahun 1981-1995," ujarnya. Perbedaan paling mencolok bisa dilihat dari kemampuan memanfaatkan gadget. "Saking keranjingan, mereka seperti disetir oleh industri teknologi, yang semua produknya langsung ditelan mentah-mentah," ujarnya.

Fenomena iPad
Tak disangsikan, AS adalah negara yang banyak melahirkan teknologi gadget terbaru, disusul Jepang, Korea dan Taiwan. Fenomena iPhone yang sarat dengan inovasi dan kecanggihan, menegaskan bahwa gadget besutan Apple itu, telah menjadi standar bagi vendor lainnya dalam menelurkan produk sejenis.

Apalagi dengan seri keluaran terbaru iPhone 3GS yang memiliki kecepatan dua kali lipat dari versi sebelumnya iPhone 3G. Lebih cepat dalam memproses aplikasi, merender halaman web, melihat lampiran email, lebih reponsif, dapat menyajikan game 3D yang lebih baik serta kompleks, dan sebagainya. Gadget yang menjadi buruan ini, terjual 8,7 juta unit dalam waktu singkat.

Namun belum lagi iPhone 3GS tuntas dibicarakan, Apple terus melaju dengan produk paling anyar yakni iPad. iPad merupakan komputer tablet yang diklaim Apple sebagai perpaduan antara ponsel pintar dan laptop. Mereka yang sudah memiliki smartphone, netbook maupun teknologi digital lain rupanya belum merasa cukup puas, bila belum memiliki iPad. Terbukti, pada hari pertama penjualan di Amerika Serikat, iPad telah terjual lebih dari 300 ribu unit dan hari kedua menembus level 700 ribu unit.

Satu lagi gadget yang diprediksi akan mengikuti jejak iPhone dan iPad, adalah e-readers. Gadget ini diyakini akan merubah tradisi membaca media cetak, dari media kertas dan mesin cetak ke media teknologi digital. E-readers adalah pendatang baru di dunia perangkat elektronik berteknologi digital yang berpotensi besar menggeser tradisi yang sudah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun dengan cara baru dalam mengonsumsi media informasi dan berita.

Cukup download dan seluruh informasi akan tersedia secara interaktif lewat layar monitor gadget berukuran simpel dan mudah dibawa-bawa. Sejumlah analisis gadget yakin, sekitar 10 juta gadget berbasis E-reader akan laku terjual tahun ini. Bukan hanya di luar negeri, tapi juga di Indonesia.

Di Indonesia, tren gadget tampaknya masih mengarah pada ponsel multifungsi. Selain telepon, akses internet mutlak diperlukan untuk mendukung aktifitas sehari-hari. Helmi Wahidi, GM Customer Retention Management Telkomsel, menyebutkan bahwa gadget saat ini harus makin konvergensi namun tetap dibarengi dengan harga terjangkau.
“Selain itu, konten adalah nyawanya gadget. Percuma gadget canggih, tapi tidak ada konten menarik, seperti musik, edukasi. Yang juga penting, network harus bagus, tidak putus-putus. Itulah tiga hal yang menjadi satu kesatuan di gadget”, ungkapnya. Karenanya untuk mensupport perkembangan gadget di tanah air, Helmi menyebutkan bahwa Telkomsel berupaya memberikan kualitas jaringan terbaik melalui GPRS, 3G, HSDPA dan HSPA+.

Friday, April 23, 2010

Blackberry Masih Sekedar Fashion Statement!


Euphoria jejaring sosial di Indonesia menjadi berkah buat vendor asal Kanada RIM (Research in Motion). Produk buatannya, Blackberry, laku keras bak kacang goreng. Model yang fancy dan harga yang semakin terjangkau, membuat Nokia yang sebelumnya merajai segmen smartphone mulai tergeser oleh pamor Blackberry. Tambahan lagi, RIM secara agresif menjalin kerjasama penjualan secara bundling dengan semua operator GSM di Indonesia. Para distributor yang selama hampir satu dekade loyal kepada Nokia, kini mulai berpindah ke lain hati. Mereka tak mau ketinggalan untuk meraih untung dari Blackberry.

Alhasil,ATSI (Asosiasi Telepon Selular Indonesia) mencatat pengguna Blackberry di Indonesia sudah menembus angka 1 juta sampai Maret 2010. Angka itu dipastikan akan terus melonjak karena RIM sudah menyiapkan ribuan unit Blackberry berbagai tipe untuk dipasok ke pasar domestik. Apalagi belakangan RIM juga ikut-ikutan banting harga agar lebih terjangkau, selain untuk mempertahankan momentum pertumbuhan.

Namun sayangnya, euphoria Blackberry ternyata belum mampu menggembirakan kalangan operator. Pasalnya, sejauh ini pengguna masih memperlakukan gadget keren itu seperti halnya ponsel lainnya.

Chief Marketing Indosat Guntur Siboro mengakui, saat ini sangat sulit mengidentifikasi pengguna Blackberry. Karena ternyata lebih banyak yang memakai handsetnya saja, tetapi tidak menggunakan layanan BlackBerry.

"Jumlah pelanggannya bisa dibilang sangat dinamis, karena mayoritas pelanggan Blackberry adalah pelanggan pra bayar dan paket sehari, seminggu dan bulanan. Namunm mayoritas hanya menggunakan handsetnya saja, sementara layanannya termasuk ribuan aplikasi yang ditawarkan hanya dipakai saat dibutuhkan," kata Guntur.

Nah, kalau sudah begini, euphoria Blackberry ternyata masih sebatas interaksi di jejaring sosial dan up load photo. Lagi-lagi kasus Nokia Communicator yang sekedar jadi fashion statement, sepertinya bakal terulang pada Blackberry. Padahal operator berharap, layanan Blackberry dapat mendorong tumbuhnya broadband society yang akan menggerakan traffick data dan layanan content lebih massif, sehingga operator tak lagi bergantung pada pendapatan dari voice dan SMS yang ARPU-nya sudah terjun bebas.

Thursday, April 22, 2010

Jurus Telkom Pertahankan Pendapatan Dari Fixed Line


Ditengah terus menurunnya animo penggunaan telepon tetap, Telkom terus berusaha agar masyarakat dapat menggunakan jasa ini. Lewat berbagai jurus pemasaran, trafik percakapan terlihat lumayan meningkat sejak BUMN telekomunikasi itu menggelar program retensi poin. Tercatat, average revenue per user (ARPU) untuk layanan yang digunakan 8,3 juta pelanggan itu naik 4% hingga 8,6% pada triwulan pertama 2010.

"Posisi akhir tahun ARPU telepon kabel berada di kisaran Rp 105 ribu hingga Rp 110 ribu. Sekarang sudah di sekitar Rp 115 ribu," papar Direktur Konsumer Telkom I Nyoman G Wiryanata.

Program retensi yang digelar untuk pelanggan telepon tetap kabel adalah Telkom Poin Rejeki Tumpah (TPRT). Program ini ditujukan bagi pelanggan yang aktif tanpa tunggakan mencakup pelanggan PSTN, Flexi Home, Speedy, YesTv, dan Paket Tagihan Tetap (PTT).

Kemudahan yang akan diperoleh pelanggan dari program ini adalah menukarkan poin yang dimiliki pelanggan dengan hadiah langsung yang tersedia sesuai dengan jumlah poin tertentu, atau benefit tidak langsung berupa undian berhadiah yang akan dilakukan pada periode tertentu.

"Program ini diikuti 85% dari total 7,3 juta pelanggan telepon tetap kabel rumahan. Sedangkan total pelanggan telepon tetap kabel adalah 8,3 juta layanan jika segmen korporasi dimasukkan," katanya.

Selanjutnya dikatakan, Telkom memiliki tantangan untuk mempertahankan jasa pontap kabel karena di dunia layanan ini terus mengalami penurunan.
"Kami berusaha agar layanan ini tidak terus turun kurvanya. Minimal landai dengan mempertahankan jumlah pelanggan sama dengan tahun lalu," jelasnya.

Ditengah trend mobile life style yang tak dapat dibendung, Telkom memang mau tak mau harus terus menggelar program retensi, karena sejak hadirnya GSM bisnis fixed line bukan lagi revenue generator utama.

Monday, April 19, 2010

Lampu Merah Buat Vendor GPS!


Ponsel dengan beragam fungsi, baik yang terdapat pada smartphone maupun multimedia, benar-benar menjadi ancaman bagi produk tradisional. Tengok saja, setelah menghajar habis pangsa pasar kamera digital, ponsel dengan perangkat GPS terus menekan penggunaan perangkat GPS konvensional.

Lembaga riset ComScore mengungkapkan, banyak pemilik kendaraan bermotor khususnya mobil di Eropa yang kini lebih memilih menggunakan ponsel ketimbang perangkat GPS add-on.

Navigasi satelit yang dibenamkan di ponsel dinilai lebih mudah dan murah ketimbang perangkat GPS buatan TomTom dan Garmin. Tengok saja, jumlah pengguna navigasi satelit ponsel di lima negara Eropa, Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia. Jumlah pengguna di negara-negara tersebut mencapai sekira 21,1 juta pengguna.
Bila dibandingkan dengan jumlah pengguna perangkat GPS, jumlah tersebut terbilang lebih tinggi. Penjualan perangkat GPS di lima negara itu, tahun 2008 dan 2009 bila digabungkan pun hanya sekira 20,4 juta unit. Demikian diungkapkan ComScore, seperti dilansir AsiaOne, Senin (19/4/2010).

Navigasi via Ponsel, tak hanya digunakan untuk kendaraan saja, namun juga di sepeda, atau untuk navigasi saat berjalan. "Layanan yang memiliki fungsi navigasi lebih menawarkan layanan dengan harga premium, berbeda dengan ponsel, dan harga akan sangat mempengaruhi kesuksesan perangkat GPS di pasaran," kata analis com Score, Alistair Hill.

Delapan Rute Baru Dongkrak Load Factor Etihad


Bagi penggemar tim kuda jingkrak, Ferari, nama Etihad tentu sudah sangat familiar. Sebagai salah satu sponsor utama, Etihad menggelontorkan dana hingga jutaan dollar, agar exposure mereka di dunia bisnis, khususnya penerbangan semakin diperhitungkan.

Upaya itu rasanya tidak sia-sia, karena kinerja maskapai nasional Uni Emirat Arab itu semakin meningkat. Laporan terbaru menunjukkan, Etihad Airways mencatat pertumbuhan pendapatan penumpang per kilometer (RPKs) sebesar 25,4% pada kuartal I 2010 ini. Sementara kapasitas tempat duduk per kilometer (ASKs) dengan tingkat pertumbuhan mencapai 22%.

"Sementara tingkat isian penumpang (load factor) naik dari 73% menjadi 75% jika dibandingkan dengan kuartal I 2009," kata Chief Executive Officer Etihad Airways James Hogan dalam keterangan persnya, Senin (19/4).

James juga bilang bahwa jumlah penumpang secara keseluruhan meningkat sebanyak 7,6% dibandingkan capaian kuartal I tahun sebelumnya dari 6 juta penumpang ke 6,3 juta penumpang. Peningkatan itu disebabkan oleh peluncuran delapan rute terbaru tahun lalu ke Melbourne, Astana, Istanbul, Athens, Larnaca, Chicago, Cape Town dan Hyderabad.

"Investasi kami baik dalam hal produk dan brand telah memampukan kami untuk menarik sejumlah besar jumlah penumpang pada kedua kabin ekonomi maupun kelas premium." jelasnya.

James memang patut bergembira, namun ia dan timnya masih harus bekerja keras. Karena bila dibandingkan dengan sepupunya yakni Emirates Air, pamor Etihad masih kalah populer. Namun, langkah aliansi promosi seperti menggandeng Ferari yang memiliki jutaan fans di seluruh dunia, dipercaya semakin meningkatkan ekuiatas merek Etihad di masa depan, sekaligus mendongkrak pendapatan usaha.

Sejumlah kontribusi terbesar yang mendongkrak kinerja Etihad selama kuartal I 2010 adalah load factor 87% pada kelas ekonomi rute Abu Dhabi-Chicago. Sementara untuk semua rute menuju Abu Dhabi dari kawasan Asia-Pasifik, Australia, termasuk Indonesia, memiliki load factor lebih dari 80% terutama pada kelas ekonomi.

Saturday, April 17, 2010

India dan Evolusi Mobile Broadband


Setelah China, India adalah pasar selular terbesar kedua di dunia. Reformasi telekomunikasi yang ditempuh pemerintah India sejak satu dekade lalu, terbukti mampu mendorong pertumbuhan pengguna hingga ratusan kali lipat. Kini layanan mobile broadband diyakini akan menjadi babak selanjutnya, sekaligus mengubah wajah industri selular semakin dinamis di negeri itu.

Selama ini kita terpukau dengan China. Negeri dengan pertumbuhan ekonomi paling fantastis di dunia karena mampu melesat rata-rata dua digit. Pertumbuhan yang tinggi itu memang dorong oleh berbagai industri yang tumbuh massif, termasuk selular yang menjadikan China tidak hanya menjadi pasar namun juga basis manufacturing vendor-vendor global. Alhasil, tak kurang dari setengah milyar pengguna ponsel kini menyesaki China.

Namun diluar China, India adalah pasar yang tak kalah eksotis. Tengok saja, dengan 6,8 juta pelanggan baru sepanjang November 2009 saja, India baru-baru ini melampaui China sebagai negeri paling cepat berkembang di pasar ponsel dunia. Memang India masih tertinggal dari Cina dalam hal total pelanggan, yakni hanya dengan 143 juta dibandingkan dengan Cina 449 juta. Tapi angka itu hampir dua kali lipat karena dua tahun lalu, total pengguna ponsel di negeri Sharukh Khan itu baru mencapai 75 juta. Alhasil, dengan fenomena itu, pemerintah India telah menetapkan tujuan ambisius, yakni mencapai 500 juta pelanggan pada 2010.

Bagi masyarakat India sendiri, merayakan kemunculan mereka sebagai kekuatan ekonomi global lewat penyebaran ponsel secara massif, ternyata jauh lebih penting daripada jargon pembangunan "berteknologi tinggi" yang selama ini didengung-dengungkan oleh elit pemerintah. Lebih dari itu, penyebaran ponsel telah sangat demokratis dan membiarkan sopir taksi, petani dan nelayan untuk berpartisipasi secara langsung sejalan dengan booming ekonomi yang rata-rata mencapai 5-6 persen per tahun.

Ledakan industri seluler di India, juga menunjukkan bahwa reformasi telekomunikasi yang ditempuh pemerintah telah membuahkan hasil. Sebelum pergantian milenium, industri telekomunikasi di India terbilang jalan ditempat. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk mendapatkan telepon di India. Infrastruktur yang minim dan birokrasi yang mencekik, membuat penetrasi telepon kurang dari 2%. Ini adalah salah satu tingkat penetrasi telepon terendah di dunia.

Namun pemerintah India bergerak cepat. Pada 1999, deregulasi yang terbilang drastis menyentuh industri telekomunikasi yang sebelumnya kental dengan praktek monopoli. Perusahaan swasta yang sebelumnya diharamkan, diberi kesempatan seluas-luasnya baik untuk operator maupun vendor handset dan vendor jaringan, termasuk pemain global. Alhasil, kompetisi di sektor telekomunikasi pun menjadi marak.

Kini hasilnya terbilang mencengangkan. Sengitnya persaingan di antara operator telepon seluler berbasis GSM di India menjadikan layanan selular menjadi termurah di dunia. Tengok saja, biaya panggilan keluar hanya satu penny per menit. Harga ponsel per unit juga telah jatuh ke rata-rata $35, terutama setelah tiga vendor utama yakni Motorola, Sony Ericsson dan Nokia membuka pabrik di India. Begitu pun dengan pasar ponsel second. Di New Delhi misalnya, pengguna dapat membeli ponsel dari tangan kedua sebesar $15 atau kurang. Dengan pola distribusi terbuka, seorang pengusaha kecil di Mumbai (Bombay) atau Kolkatta (Calcutta) dapat memiliki ponsel dalam hitungan beberapa hari.

Mobile Broadband
Kompetisi terbuka antar operator membuat pasar selular di India semakin dinamis. Beberapa penyedia layanan seluler terbesar di negeri ini adalah Bharti Airtel, Vodafone, Idea, BSNL, Reliance, Tata Indicom, Spice, dan BPL. Semua perusahaan ini terus bersaing dengan satu sama lain untuk mendapatkan yang lebih tinggi pangsa pasar mobile.

Meski sudah sesak oleh banyaknya pemain, laporan Gartner menyebutkan bahwa market volume masih terbuka dan akan mendorong naiknya pendapatan hingga mencapai $ 25 miliar pada 2011 dari saat ini $ 9 miliar. Hal itu dipicu oleh penetrasi seluler yang melonjak menjadi 38,6% pada tahun 2011, dengan 58% dari penduduk pedesaan dan 95% dari penduduk perkotaan memiliki ponsel. Seperti halnya Indonesia, pasar akan didorong oleh koneksi prabayar, yang mencapai lebih dari 93% koneksi, sehingga mendorong tingginya tingkat churn yang diperkirakan akan mencapai 41% pada 2011 dari saat ini 30,6%.

Laporan Gartner juga menjelaskan bahwa tingkat penetrasi akan didorong oleh peningkatan fokus pada pasar pedesaan, handset murah, agresif promosi dan penawaran bundling dengan handset. Sejauh ini penetrasi pasar di kawasan pedesaan masih terbuka lebar, hanya 2% dari total market keseluruhan, sehingga hal itu merupakan suatu kesempatan besar bagi pemain seluler. Apalagi, biaya percakapan akan semakin turun menjadi lebih dekat dengan tarif fixed-line.

Seperti halnya Indonesia, seiring dengan maraknya permintaan akan layanan mobile broadband, pendapatan dari layanan data diprediki akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan revenue. Namun, dalam beberapa tahun mendatang sebagian besar pendapatan masih akan terus datang dari layanan suara dan teks. Repotnya, dengan pola pra-bayar yang mendominasi profil pengguna dan tingginya tingkat churn, operator kini dihadapkan pada dilema, yakni besarnya pelanggan berpendapatan rendah yang nota bene justru menjadi penyebab turunnya ARPU (Pendapatan Rata-Rata Per Pengguna).

Dengan kondisi pasar yang menuju saturated terutama di kawasan perkotaan, pemain besar akan memiliki keuntungan dengan terus memperluas kehadiran mereka dan mengambil keuntungan dari skala ekonomis. Tapi mereka akan menghadapi tantangan besar karena persaingan semakin meningkat. Masuknya Vodafone, operator raksasa dari Inggris beberapa waktu lalu, turut mengubah peta pasar menjadi lebih ketat.

Sayangnya, kelangkaan spektrum dapat mempengaruhi rencana ekspansi dan kualitas layanan. Untuk itu, kebijakan India Telecom Nasional yang akan segera melepaskan spektrum 3G, dinilai merupakan langkah strategis sekaligus penting karena akan mempertahankan pertumbuhan dalam industri, sekaligus menjembatani kesenjangan yang dihasilkan karena tarif suara yang lebih rendah dan subsidi handset semakin memangkas margin yang dihasilkan operator.

Friday, April 16, 2010

Mampukah Honda (New Revo) Tahan Agresi Yamaha


Dominasi Honda di pasar domestik, kian hari kian mengkhawatirkan. Tengok saja, market share mereka yang tinggal 46%. Beda tipis dengan Yamaha yang meroket hingga 43%. Padahal, pada 1995 pangsa pasar produsen berlogo garpu tala baru 15%. Peningkatan yang signifikan itu, tak lepas dari pengusaan di dua segmen penting, yakni matik dan sport. Satu-satunya segmen yang masih belum ditundukkan adalah bebek, yang masih dikuasai oleh Honda.

Menyadari hanya bebek yang masih menjadi nomor satu, PT Astra Honda Motor (AHM) terus meluncurkan berbagai strategi, setidaknya untuk menahan gempuran Yamaha yang semakin agresif dengan dua varian, yakni Jupiter dan Vega. Pekan ini, AHM memperbarui wajah Honda New Absolute Revo 110 DX menjadi lebih stylish sehingga terlihat sangat eksklusif dan dinamis. Honda Absolute Revo 110 DX saat ini merupakan varian tertinggi Revo 110 di segmen motor bebek berkapasitas mesin di bawah 125cc.

Direktur Pemasaran PT AHM Julius Aslan mengatakan model motor bebek masih menjadi idola masyarakat di tanah air. Karena itu, pihaknya menawarkan desain baru produk Honda Absolute Revo DX yang diharapkan sesuai dengan keinginan konsumen.

”New Absolute Revo 110 DX merupakan jawaban bagi masyarakat yang menginginkan sepeda motor dengan tampilan baru yang eksklusif, hemat bahan bakar, dan bertenaga," ujarnya. Tampilan depan varian ini berubah total setelah cover body depan dan bagian sayapnya (leg shield) didesain dengan karakter garis yang tajam dan agresif. Selain itu, perubahan lain juga terlihat dengan adanya air intake dan fin relief yang aerodinamis pada cover body depan.

Perubahan tersebut membuat Honda Absolute Revo 110 DX kini tampil lebih eksklusif dan dinamis. Kesan ini semakin kuat dengan adanya striping dan warna body baru, warna gold pada kaliper rem cakram depan, serta aksen warna merah pada spiral suspensi belakang.

Perubahan lainnya terlihat pada peredam getaran pada setang yang kini tampil dengan warna chrome yang memberi kesan mewah. Demikian pula pada bagian pegangan belakang kini hadir dengan desain baru yang lebih modern.

Honda New Absolute Revo 110 DX dipasarkan dalam tiga pilihan warna yaitu Inferno Red, Affinity Black dan Gusto Brown.

Varian ini dilepas dengan harga Rp 13,8 juta (on the road Jakarta). Adapun dua varian Absolute Revo lainnya dijual dengan harga Rp 11,8 juta (spoke wheel) dan Rp 13,2 juta (cast wheel). Honda New Absolute Revo 110 mengusung mesin berkapasitas 110 cc yang sudah dilengkapi dengan teknologi terbaru EFT (Efficient & Low-Friction Technology) sehingga hemat bahan bakar, namun tetap ramah lingkungan sesuai standar emisi yang ditentukan pemerintah.

Honda Absolute Revo 110 series masih menjadi penyumbang terbesar penjualan AHM di segmen motor terlaris ini setelah pada bulan lalu terjual 96.229 unit. Dengan angka ini, penjualannya ini berarti tumbuh sekitar 29% dibandingkan dengan bulan Maret 2009 yang hanya 74.659 unit.

Thursday, April 15, 2010

Paul Ottelini dan Senyum 2,4 Miliar Dollar


Intel, pembuat chip komputer terbesar di dunia, Selasa mengatakan, laba bersihnya pada kuartal pertama 2010 meningkat hampir empat kali lipat menjadi 2,4 miliar dolar.

Seperti dilaporkan AFP, perusahaan bellwether (penentu arah) teknologi yang berbasis di Santa Clara, California tersebut mengatakan pendapatan mereka meningkat sebesar 44 persen menjadi 10,3 miliar dolar pada kuartal pertama dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.

CEO Intel Paul Otellini memuji "kuartal pertama terbaik" perusahaan selama ini dan mengatakan "melihat ke depan, kami optimistis tentang bisnis kami karena produk Intel dirancang ke berbagai segmen baru dan menarik."

Tentu saja, perolehan laba yang semakin meningkat itu semakin membuktikan tangan dingin Paul. Saat didapuk menjadi orang nomor satu di Intel pada Mei 2005, dunia bisnis sempat meragukan kemampuannya. Ia bukan insinyur, namun memimpin Intel, menggantikan orang yang amat terkenal di dunia, Andrew S. Groove atau biasa dipanggil Andy Andy telah menjadi ikon Intel. Andy adalah pemimpin yang karismatik dan menjadi tokoh spiritual Intel. Ketika lengser dari jabatan CEO dan menjadi senior advisor, nama dan roh Andy tetap bergentayangan dalam denyut nadi organisasi Intel.

Meski begitu Paul tetap percaya diri, termasuk orientasi bisnis yang berbeda dengan pendahulunya. Ia melihat satu hal, yaitu pertumbuhan pemakaian internet terbesar yang tak lagi terjadi di AS, melainkan di Asia. Maka, untuk mengantisipasi kemunduran industri TI di AS (walau masih memimpin), ia menggagas peralihan dari konsep multi-core processor ke konsep computer microprocessor.

Meski ia punya gagasan itu, tak seorang pun di Intel yang dapat melakukan tindakan strategis tanpa restu dari Andy. Otellini berada dalam dilema: tetap pada konsep lama (yang berarti bermain aman) atau berani memilih jalan baru yang menguntungkan, tetapi menghadapi risiko resistensi dari banyak pihak internal perusahaan. Ia mengambil pilihan kedua. Dalam sebuah rapat tahunan, lima bulan setelah pengangkatannya, Paul berhasil meyakinkan manajemen Intel untuk mengambil ide multi-core processor.

Kini, selang lima tahun kemudian, kombinasi antara perubahan orientasi ke pasar Asia serta teknologi multi-core processor, telah mengantarkan pencapaian terbaik Intel dalam hal laba sepanjang sejarah. Bravo buat Paul Ottelini.

Wednesday, April 14, 2010

BlackBerry Sudah Kuasai 10% Pasar Smartphone Indonesia


Diam-diam penjualan BlackBerry meningkat 400% tahun 2009 lalu namun produsen asal Kanada RIM masih memiliki kurang dari satu juga pengguna di RI dan kurang dari 1% di pasar Asia.

Tetapi RIM dengan cepat memperbesar pasarnya. Saat Nokia menguasai 80% pasar ponsel pintar di Indonesia, RIM sebagai penyuplai ponsel pintar terdepan di AS, pasarnya melonjak dari 1% menjadi 10% tahun lalu menurut International Data Corporation (IDC).

BlackBerry hadir di Indonesia pada tahun 2004, ketika RIM membentuk partner dengan Indosat. Tetapi RIM baru mulai berhasil setelah 18 bulan.

Sekitar 260 ribu BlackBerry terjual di Indonesia hingga bulan Februari, ujar Chua Fong Yang analis pasar telekomunikasi di International Data Corporation.

“Perangkat BlackBerry selalu dihubungkan dengan sebuah simbol status di antara pengguna ponsel mobile di Indonesia,” tambahnya. Namun Nokia berusaha melawan dengan memperkenalkan ponsel pintar yang lebih murah sebagai gerakan untuk mengambil alih pangsa pasar,imbuh Yang.

Sejauh ini permintaan ponsel pintar di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 30% di tahun 2010 dan akan menjadi dua kali lipat jumlahnya antara tahun 2010 dan 2014. Dan BlackBerry diperkirakan masih akan menjadi primadona untuk pasar ponsel pintar. Kini candu berkirim pesan dan posting di Facebook, rupanya lebih afdol pakai BlackBerry.

2, 5 Juta Pelanggan Baru Dari WiMax Mobile


Setelah mengalami stagnasi cukup panjang, pasar selular di Korea Selatan mulai kembali bergairah. Layanan mobile broadband yang dikenal sebagai WiBro, diprediksi akan menjadi jangkar bagi pertumbuhan pelanggan baru.

Menurut laporan grup analis selular Korea Selatan, ROA, jumlah pengguna WiMax Mobile di negeri ginseng itu akan meningkat menjadi lebih dari 2,5 juta pada 2011. Pendapatan pasar juga diharapkan melonjak menjadi KRW65 milyar (US $ 627 juta) pada 2011.

Sebagai layanan berbasis pita lebar (mobile broadband), WiMax mobile yang disebut WiBro di Korea, ini diluncurkan secara komersial di negara dua tahun yang lalu, pada tanggal 30 Juni 2006. Namun karena kurangnya investasi CAPEX, menyebabkan jangkauan pelayanan menjadi tersendat ditambah line-up produk yang terbatas menyebabkan pertumbuhan pelanggan terbilang lambat.

Pelan namun pasti, KT yang merupakan operator ponsel nomor dua di Korea mulai memperkuat strategi pemasaran untuk menarik pelanggan pada awal tahun 2007. Alhasil, pelanggan meningkat 5.600 pada bulan April 2007 menjadi 106.000 pada Desember 2007. Pada tahun 2008, pertumbuhan pelanggan meningkat sekitar 10.000 per bulan. Selain KT, operator terbesar SKT yang juga memegang lisensi sebagai operator mobile WiMAX, telah memutuskan untuk memperluas investasi mereka pada 2008. Kondisi itu dipastikan akan menjadikan pasar WiMAX mobile diperkirakan akan tumbuh lebih cepat.

Meski semakin prospektif, layanan WiMAX mobile di Korea bukan tanpa kendala, terutama menyangkur ketersediaan VoIP yang memiliki pengaruh signifikan pada penambahan pelanggan. Selain itu, kelemahan terbesar dengan layanan ini adalah bahwa ia gagal untuk menyediakan aplikasi pembunuh. Untuk menjadi teknologi mobile 4G, dukungan suara adalah suatu keharusan untuk WiBro dan sebuah elemen yang diperlukan untuk bersaing dengan HSDPA dan versi generasi berikutnya, LTE di pasar mobile 3G/4G, kata Ku Kang, analis pada ROA Group.

Untuk meningkatkan perluasan layanan sekaligus dapat bersaing dengan teknologi 4G atau LTE (Long Term Evolution) milik GSM, Badan Elektronika dan Telekomunikasi Research Institute (ETRI) Korea, sedang mengembangkan NEMA (New Mobile Access), sebuah versi upgrade WiBro. NEMA adalah teknologi untuk pengguna yang bergerak dengan kecepatan tinggi, yakni 100Mbps sedangkan bergerak di maksimum 120km/h.

Pada tahun 2007, ETRI telah mengembangkan ETRI Nola, yakni LAN berbasis teknologi untuk pengguna yang bergerak pada kecepatan rendah. ETRI berencana untuk menggabungkan kedua teknologi itu. Jika berhasil, pasar Korea tahun depan bisa menyaksikan sebuah layanan yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan internet dalam kendaraan yang bergerak di jalan raya tanpa terputus. Luar biasa.