Monday, November 30, 2009

Dari Willhem II, Big Boys Hingga Shinkasen


Para penggemar kereta model ini pun dapat berkelana jauh ke era sebelum Perang Dunia pertama. Mereka, misalnya, bisa menikmati seluk-beluk kereta api Kaisar Wilhelm II, yang aslinya beredar pada 1838 dan belakangan dibuat modelnya oleh Marklin Kereta ini melayani perjalanan para petinggi Imperium Jerman Raya, seperti Raja Ludwig II. Model yang dibuat secara khusus bagi pencinta Marklin itu menyajikan sentuhan kebangsawanan Jerman. Dari loko antik, lampu kabin yang bisa menyala, karpet lantai, tempat duduk, hingga toilet dibuat seperti aslinya.

Ada juga generasi yang lebih muda dan sama legendarisnya dari Amerika. Big Boys adalah kereta uap yang dibuat pada zaman cowboy, tepatnya pada 1918, yang menjelajahi belahan barat benua itu. Big Boys merupakan kereta dengan rangkaian terpanjang. Panjang rangkaian gerbongnya sampai sekarang pun tak pernah tertandingi, menjulur sejauh 1,6 kilometer.

Periode sejarah kereta api dibagi dalam lima era, yang masing-masing menunjukkan keunggulan teknologi pada masanya. Era pertama, seperti Wilhelm II, beranggotakan kereta yang dibuat pada 1835-1925. Era kedua adalah kereta tahun 1925-1945, ketiga 1945-1970, keempat 1970-1990, dan terakhir kereta modern supercepat buatan setelah tahun 1990, seperti Shinkasen di Jepang dan TGV di Perancis.

Sunday, November 29, 2009

Miniatur Kereta Bernilai Tinggi


Berbeda dengan military action figure yang bersifat statis, miniatur kereta dapat didesain semirip aslinya. Tidak hanya dari sisi bentuk, namun juga fungsi-fungsi ada yang dibuat menyerupai fungsi kereta sebenarnya. Anda juga bisa membuat diorama sesuai kondisi lingkungan aslinya. Atau mengkreasikan sesuai dengan imajinasi sendiri.

Apakah Anda pernah mendengar nama kereta The Big Boy? Ini adalah kereta yang pernah digunakan oleh perusahaan asal AS, Union Pacific , yang memiliki panjang lokomotif hingga 40 meter. Atau mungkin Anda pernah berkunjung ke museum kereta api di Ambarawa, Jawa Tengah, tempat dimana terdapat sebuah kereta bertenaga uap yang masih bisa beroperasi hingga saat ini.

Nah, jika Anda memiliki kenangan tentang kereta api, tak perlu jauh-jauh datang ke AS untuk melihat The Big Boy atau bertandang ke Ambarawa untuk merasakan sensasi kereta uap. Anda bisa datang ke Trainz Cafe di Pondok Indah Plaza Lantai 2 atau Trains and Hobby Center di The Dharmawangsa Square. Di kedua tempat itu, Anda bisa menyaksikan beragam miniatur kereta beraksi. Lengkap dengan diorama yang membuat ingatan kembali melayang, saat pertama kali Anda naik kereta api bersama orang tua.

Tapi hati-hati, karena jika keterusan, Anda bisa ketagihan dan tanpa disadari bakal senang mengkoleksi miniatur kereta-kereta ini. Memang, saat ini seiring dengan semakin majunya teknologi, miniatur kereta bukan lagi sekedar hobi biasa. Miniatur kereta sudah hampir menyerupai desain bentuk dan fungsi aslinya. Misalnya, bisa mengeluarkan asap dari cerobong dan mengeluarkan bunyi klakson kereta yang khas, tut .. tut .. tut.

Umumnya pencinta hobi ini biasa tertular dari koleksi orang tuanya, seperti Andri Sebastian. Pengusaha perhotelan ini senang mengoleksi miniatur kereta karena sejak kecil, sering melihat koleksi ayahnya. ”Sejak dulu saya sering melihat dan bermain dengan koleksi milik ayah, dan sampai saat ini jadi keterusan”, ujarnya.

Lain lagi cerita Edi Chandra, bos Trains and Hobby Center. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai arsitek ini, mengisahkan dulu betapa susahnya mencari miniatur kereta api di Indonesia. ”Biasanya saya beli miniatur kereta saat saya berkunjung ke luar negeri atau titip teman yang ada di sana”, ungkapnya.

Atas dasar itulah, akhirnya pria ramah ini bersama dengan seorang teman yang juga penyuka miniatur kereta, membuka toko khusus yang menyediakan miniatur kereta serta pernak-pernik penunjang lainnya sejak beberapa tahun lalu. Toko Trains and Hobby Center juga menjadi distributor resmi miniatur kereta produksi Kato asal Jepang.

Memang selain Kato, terdapat banyak pembuat miniatur kereta di dunia. Seperti Athearn, Atlas Model Railroad, Bachmann Industries, Fleischmann, Frateschi, atau Märklin. Namun dari sekian banyak nama tersebut, Marklin bisa dibilang paling populer. Miniatur kereta buatan Jerman itu, dikenal sebagai salah satu yang terbaik sekaligsu tertua di dunia.

Alhasil, hampir semua pencinta miniatur kereta mengkoleksi produk buatan pabrik yang awalnya memproduksi tin-toys (mainan miniatur mobil dan sebagainya yang dibuat dari bahan kaleng) ini.

Ciri utama dari produk buatan Marklin adalah semua miniatur keretanya merupakan kereta-kereta yang ada dan diproduksi oleh negara-negara Eropa, khususnya Jerman. Di Indonesia, Marklin dan Kato terbilang paling populer sekaligus menjadi buruan para penghobi dan kolektor. Kato sendiri, karena asalnya dari Jepang, maka kebanyakan produknya berupa miniatur kereta-kereta yang ada di Jepang. Mulai dari jenis kereta listrik, seperti yang dihibahkan oleh Jepang ke PTKA beberapa tahun lalu, sampai kereta Shinkasen yang dikenal sebagai kereta peluru karena memiliki kecepatan luar biasa.

Berbagai Skala
Untuk memulai hobi kereta api model, salah satu faktor utama yang harus diketahui adalah skala (scale). Di dunia ada standart skala yang diakui dan diterapkan di banyak negara. Skala adalah sebuah parameter yang sangat diperlukan, sehingga model yang dipilih dapat dipadu padankan dengan model-model lainnya dari pabrik yang berbeda-beda.

Skala yang sesuai juga dapat membuat sebuah layout diorama menjadi pelengkap dari kereta api model dan dapat menampilkan suasana dengan komposisi yang seimbang.
Setidaknya ada 5 skala yang sering digunakan oleh para penggemar kereta api model, yaitu : N Scale, HO Scale, S Scale, O Scale, dan G Scale. Di Indonesia setidaknya terdapat dua skala yang memiliki penggemar dengan jumlah yang banyak, HO Scale dan N Scale. Tipe HO memiliki perbandingan 1:87, sedangkan N punya perbandingan 1:60. Miniatur kereta produksi Marklin biasanya memakai skala HO. Sedangkan Kato umumnya bermain di skala N.

Pada miniatur berskala HO, detail yang ditampilkan sangat akurat, mirip dengan kereta sesungguhnya. Bahkan seperti miniatur kereta Willhelm buatan Marklin, detail interior dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Mulai dari dekorasi dinding dan lantai, hingga pernik-pernik kecil perabotan yang ada di dalam gerbongnya.

Controller

Mengoleksi miniatur memang sangat mengasyikkan. Kereta-kereta itu tidak hanya enak dilihat, namun juga bisa dijalankan. Kereta dapat melaku menggunakan daya listrik yang dijalankan melalui sebuah controller. Bentuknya mirip tuas pengatur yang ada di dalam lokomotif.

Sistem controller terbagi dua, analog dan digital. Pada sistem analog, pengguna hanya bisa menjalankan kereta saja. Keunikan dari model analog adalah sistem kerjanya yang menyerupai sistem kerja kereta api, dimana setiap rangkaian kereta api harus berjalan berdasarkan blok dan tidak boleh saling tumpang tindih. Kekurangan dari sistem analog adalah membutuhkan banyak controller serta kemahiran yang tinggi saat menjalankan banyak rangkaian sekaligus.

Pada sistem digital, sistem kerjanya masih menerapkan pola yang sama dengan sistem analog, dimana supply tenaga listrik masih disalurkan melalui rel dan menggerakan motor listrik di dalam kereta model. Pengembangannya adalah terdapat pulsa-pulsa digital melalui rel yang akan diterima oleh dekoder digital di dalam kereta model. Setiap kereta model akan memiliki digital address yang menandai keberadaannya. Setiap perubahan dari controller akan berdasarkan alamat sehingga banyak kereta api model dengan sistem digital dapat dijalankan secara bersamaan hanya dengan satu controller pada sebuah layout.

Dengan menggunakan teknik digital, kereta api model dapat memiliki fitur yang lebih kaya tidak sekedar maju dan mundur. Sistem digital dapat membuat kereta api untuk menyalakan lampu dan membunyikan klakson (Semboyan 35). Selain itu dengan sistem digital, Anda dapat menyalakan lampu di dalam gerbong, lampu jauh yang ada di depan lokomotif, hingga mengeluarkan asap dari cerobong lokomotif, dan berbagai pengaturan signal lain yang dapat dilakukan melalui satu conroller yang sama.

Jika melihat trend ke depan, sistem digital dipastikan akan terus mengalami perkembangan, dan bagi pemula, memilih sistem digital adalah pilihan yang baik. Tetapi apabila budget menjadi sebuah kendala, sistem analog masih memberikan harga yang masuk akal, dan dikemudian hari saat sudah siap memasuki dunia digital, tinggal menambahkan decoder yang dapat dibeli terpisah.

Thursday, November 26, 2009

G.I. Joe dan Fenomena Bisnis Action Figure


Meskipun tergolong dalam katagori mainan, action figure ternyata lebih banyak digemari orang dewasa. Pasalnya, mainan berbentuk boneka ini memiliki daya magis yang sangat kuat. Mainan tersebut bukan hanya sebatas toys for play, juga sudah menjadi hobi untuk dikoleksi, bahkan menjadi alat investasi.

Miniatur tokoh ini biasanya diambil dari karakter tokoh-tokoh populer, baik dari komik, film, musik maupun olahraga. Kesukaan terhadap tokoh aslinya berimbas pada keinginan untuk memiliki replikanya. Sama seperti hobi koleksi lainnya. Mereka yang telanjur suka dengan action figure seolah tak mau lepas.

Padahal koleksi mainan itu memiliki harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Umumnya, setelah orang memiliki satu action figure idolanya, dia akan mencari mainan lainnya. Awal coba-coba itu pun berubah menjadi keterusan. Tidak hanya mengkoleksi mainannya, namun juga game hingga nonton film bertema sama.

Ambil contoh tokoh yang tetap populer sejak diperkenalkan pada 1970 yakni G.I Joe. Bisa dibilang, G.I. Joe adalah pelopor military action figure. G.I. Joe bercerita tentang sekelompok pasukan elit yang menumpas organisasi kriminal pimpinan seorang penyelundup senjata ternama.

Popularitas G.I Joe pun akhirnya merambah ke layar lebar dan game. Seperti kita ketahui, G.I. Joe: The Rise of Cobra buatan Paramount Pictures dan Spyglass Entertainment, sudah ditayangkan pada Juni 2009, dan dibintangi antara lain oleh Dennis Quaid, Channing Tatum, Marlon Wayans, dan Sienna Miller. Sementara untuk gamenya, Electronic Arts (EA) juga sudah merilis game dengan judul sama G.I. Joe: The Rise of Cobra dan beredar Agustus lalu.

Berbeda dengan versi layar lebar, pada versi game EA menghadirkan jalan cerita yang tak terungkapkan di film layar lebarnya, dimana pengguna game ini dapat memilih 12 karakter yang tersedia untuk dimainkan. Game ini sendiri tersedia untuk platform gaming konsol dan portabel umum seperti Xbox 360, PlayStation 3, Wii, PlayStation 2, PSP, Nintendo DS, dan perangkat genggam lainnya. Proyek pembuatan game itu dilakukan oleh EA dan bekerjasama dengan Hasbro, yang memegang hak cipta untuk merek G.I. Joe.

Kolaborasi Paramount Pictures dan Spyglass Entertainment berbuah manis. Dominasi film sekuel Harry Potter selama tiga pekan berturut-turut dalam pemutaran film tingkat internasional berhasil dipatahkan oleh G.I. Joe: The Rise of Cobra.

Menurut pihak Paramount Pictures, film prajurit robot Amerika ini berhasil mengumpulkan Rp 997 miliar dari penjualan tiket di seluruh dunia. Catatan Reuters menunjukkan, pemasukan paling besar dari penjualan tiket di Amerika Serikat dan Kanada sekira Rp 558 miliar. Sedangkan dari luar negeri mendapatkan Rp 438 miliar.

Dari penjualan tiket di luar negeri, tertinggi dari Korea Selatan Rp 55 miliar. Film robot tentara Amerika ini bahkan menjadi film yang paling banyak ditonton di kedua negara yang tidak suka dengan militer Amerika, yaitu Cina dengan Rp 47 miliar dan Rusia dengan Rp 45 miliar.

Sementara film Harry Potter and the Half-Blood Prince mendapatkan Rp 308 miliar dari pemutaran film di seluruh negeri sepanjang Juni lalu. Meski begitu, pemutaran total film ini sudah mencapai Rp 8,1 triliun dari penjualan tiket. Penjualan tiket di Amerika sendiri untuk film ini sudah mencapai Rp 2,7 triliun.

Heroisme Gaya Militer


Military Action Figure bukan sekedar hobi biasa. Selain apresiasi terhadap sejarah, didalamnya terkandung spirit nasionalisme ala prajurit militer. Menariknya, hobi ini juga merambah ke bisnis game on-line dan dapat bernilai investasi tinggi.

Awal 2006 lalu, Sersan Satu Jerry Wolford dari Resimen Imfanteri Airborne 352 yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Udara (AU) Bragg, Fayeteville, New York, mendadak menjadi terkenal di seantero AS. Apa pasal? Bukan karena ia diculik oleh milisi bersenjata yang kemudian meminta negeri Paman Sam itu hengkang dari Irak. Namun, karena Wolford menjadi salah satu dari bintang 200 military action figure (MAF) pada game on-line yang diproduksi oleh Venture Game, salah satu developer game terkemuka di AS.

Game yang diberi label “The American Army : Real Heroes”, adalah sekuel game yang pernah ngetop pada 2002 lalu, yakni “America’s Army”. Untuk mengulang sukses, para kreatornya menyisipkan sembilan action figure asli. Dan salah satunya adalah Sersan Satu Jerry Wolford.

Menurut juru bicara Venture Game, Wolford dinilai layak menjadi salah satu karakter dalam sekuel game tersebut. Pengalaman dan keberaniannya bertempur saat ditempatkan di Sawammah, Irak Utara, membuat perwira menengah itu dianugerahi penghargaan medali Silver Star yang prestisius. Sehingga sosok Wolford, diharapkan dapat membangkitkan heroisme dikalangan generasi muda AS, khususnya penggemar berat game on-line.

Memang dalam urusan membangun heroisme dan nasionalisme, dari dulu AS adalah jagonya. Dan kolaborasi antara game dengan MAF, seperti yang dilakukan oleh Venture Game, hanyalah salah satu dari upaya untuk membangkitkan semangat nasionalisme gaya Paman Sam. Apalagi sebagai hobi, MAF dari waktu ke waktu terlihat semakin berkembang. Sehingga dalam hal komunitas, juga mengalami peningkatan.

MAF umumnya menampilkan sosok prajurit dari berbagai divisi atau kesatuan. Baik yang berada di garis depan pertempuran, seperti marine RCT, Army Ranger Snipper dan Army m60 Gunner, maupun karakter pendukung seperti Navy Seal Boarding Unit atau Army Helicopter Crew Chief.

Karakter lain yang kerap ditampilkan karena memiliki kemampuan khusus adalah Air Force Security dan Forces K-9 Handler, yang memiliki keunikan karena menggunakan anjing sebagai pendeteksi adanya bom atau ancaman lainnya.

Karakter G.I. Joe
Karakter MAF yang tetap populer di kalangan masyarakat AS adalah G.I. Joe. Permainan bertemakan militer ini, pertama kali dibuat oleh perusahaan mainan AS, Hasbro. Produk awalnya terdiri dari empat cabang militer AS yaitu Angkatan Darat (Army), Angkatan Laut (Navy), Angkatan Udara (Air Force) dan Marinir (Marines). Singkatan G.I. berarti Government Issue dan menjadi istilah standar bagi tentara Amerika Serikat, terutama angkatan darat. Selanjutnya, pembuatan G.I. Joe membuat konsep permainan action figure menjadi mendunia.

Merek G.I. Joe digunakan oleh Hasbro kepada 2 set permainan action figure yang berbeda, satu set tim Inggris dan satu set tim Amerika Serikat. Pada tahun 1964, untuk set tim Amerika Serikat yang berukuran 12 inci ini, tokoh-tokohnya diciptakan berdasarkan beberapa tokoh asli dalam militer Amerika Serikat itu sendiri. Untuk set tim Inggris, izin diberikan kepada perusahan Palitoy dan dikenal sebagai Action Man.

Pada tahun 1982, untuk set tim Amerika Serikat ini action figure dibuat ulang dalam ukuran skala 3 3/4-inci lengkap dengan kendaraan, area permainan, dan sebuah cerita yang melatarinya. Cerita ini melibatkan pertempuran antara tim G.I. Joe melawan musuh bebuyutannya Cobra Command. Setelah set tim Amerika Serikat ini berubah menjadi seri Real American Hero, Action Man juga berubah, menggunakan cetakan yang sama dan berubah namanya menjadi Action Force.

Model Klasik
Tentu saja hobi atas MAF tidak terbatas pada karakter perang modern seperti yang ditampilkan oleh sosok Jerry Wolford. Jika Anda pengagum berat kaisar Perancis, Napoleon Bonaparte, mengapa tidak mengumpulkan karakter prajurit yang terkenal pada masa Perang Dunia I. Salah satunya adalah French Foot Dragon (FFD), pasukan elit dari divisi Dragon dan menjadi andalan Napoleon dalam setiap invasi yang dilakukan kekaisarannya.

Keberadaan FFD bisa diibaratkan sebagai Kopasusnya AD Indonesia atau SAS-nya Inggris. Pasukan itu terdiri dari 54 prajurit berkuda (kavaleri) dan 36 prajurit non-kuda (non kavaleri). Perbedaan keduanya, semata-mata karena tidak tersedianya kuda yang memiliki kualitas memadai di Perancis.

Sepanjang sejarahnya FFD memiliki dua divisi. Divisi pertama dibentuk di Bolougne, sebagai bagian dari rencana Perancis melakukan penyerbuan ke Inggris pada 1803. Sementara divisi kedua yang bermarkas di Strasbourg, dibentuk Napoleon sebagai upaya persiapan perang dengan Austria pada 1805.

Selain FFD, karakter klasik lain yang layak diburu adalah British Army in India (BAI). Kesatuan legendaris ini dibentuk di Hyderabad, India, pada 1862 oleh Kapten John Gordon dari Divisi Coldstream Guard, sebagai bagian dari perjanjian dengan Kesultanan Nizam yang independen di wilayah anak benua Asia itu. Jadi selain bertugas melindungi kepentingan Inggris, BAI pun harus membantu Kesultanan Nizam dari rongrongan pemberontak.

Pada 1854, BAI berganti nama menjadi 4th Cavalry dan menjadi bagian penuh dari pasukan keamanan Hyderabad. Selama masa pemberontakan besar di India (1857-1858), resimen ini bergabung dengan Central Indian Field Force (CIFF) dan bertugas memadamkan pemberontakan di wilayah Mehidpus. Keberhasilan memadamkan pemberontakan di wilayah itu, membuat nama resimen CIFF menjulang.

Alhasil, tugas 4th Cavalry pun meluas. Pada 1879, resimen ini ditugaskan pada perang di Afghanistan. Kemudian berlanjut pada 1887 pada perang Burma. Nama resimen ini kembali berubah menjadi 4th Lancer pada 1890, kemudian berganti lagi menjadi 30Th Lancer pada 1903.

Friday, November 20, 2009

Mampukah Sony Ericsson Bangkit?


Tahun 2009 tinggal hitungan hari lagi. Sepertinya banyak perusahaan di dunia yang lebih menatap ke 2010, dengan harapan lebih baik meski harus berjuang untuk tetap survive. Bagaimana pun mereka tetap beruntung tidak harus bernasib seperti Lehman Brothers yang harus dilikuidasi karena menanggung kerugian jutaan dollar akibat impitan krisis finansial global.

Begitu pun dengan Vendor handset ternama, Sony Ericsson berencana memindahkan markas besarnya di Carolina Utara ke Atlanta. Tidak hanya itu, mereka juga akan menutup sebagian kantor cabangnya yang tersebar di seluruh dunia.

Menurut para petinggi Sony Ericsson, langkah ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan penghematan di tengah persaingan pasar yang semakin ketat. Akibat langkah drastis itu, sekitar 1.600 pekerja Sony Ericsson di seluruh dunia juga akan dikurangi.

Perusahaan join venture milik Ericsson Swedia dan Sony Jepang ini juga akan melakukan konsolidasi untuk operasional pengembangan produk, dengan terlebih dahulu menutup lokasi di Research Triangle Park, Seattle, Miami, San Diego, juga Kista di Swedia, dan di Chennai India.

"Penutupan beberapa lokasi ini juga merupakan bagian dari pengumuman pada bulan April, di mana Sony Ericsson menyatakan akan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 20 persen dari total karyawan mereka yanng berjumlah sekira 10.000 jiwa," ujar juru bicara Sony Ericsson Stacy Doster.

Di Research Triangle Park, perusahaan yang baru berusia delapan tahun itu saat ini masih memiliki sekira 425 pekerja, setelah terjadi perampingan tahun lalu. Operasional di lokasi tersebut meliputi customer support, customer service, sales, finance, dan research development.

Menurut Doster, Atlanta dipilih menjadi markas baru Sony Ericsson karena lokasinya yang dekat dengan kantor AT&T, penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Amerika. Selain itu, Atlanta juga dikenal sebagai 'gerbang menuju Amerika Latin' karena memiliki bandara internasional Hartsfield-Jackson yang mampu mendekatkan Sony Ericsson dengan dunia internasional.

Selanjutnya, pengembangan produk Sony Ericsson akan dikonsolidasikan di beberapa tempat seperti Redwood Shores California, Lund Swedia, Tokyo dan Beijing.
Beberapa tahun belakangan Sony Ericsson terus menerus mengalami kerugian pendapatan dan penjualan. Produsen ponsel Sony Ericsson mengatakan kerugiannya makin dalam menjadi US$ 245 juta pada kuartal ketiga. Mereka juga mengumumkan pendanaan baru dari investor luar.

Penjualan pada kuartal ketiga 2009 turun lebih dari 40% atau setara US$ 24 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2008 yang hanya mencapai US$ 4,1 miliar. Perangkat yang dilepas kepasaran dalam periode Juli-September sebanyak 14.1 juta, naik 2% pada kuartal ini, tetapi turun 45% pada perhitungan tahun. Dengan kinerja yang jeblok itu, Sony Ericsson harus rela pangsa pasar mereka pada kuartal tersebut hanya tersisa lima persen.

Setali Tiga Uang
Repotnya saat Sony Ericsson melempem dan harus berjuang mempertahankan pasar, induk perusahaan mereka, Sony dan Ericsson juga terpuruk.

Dalam laporan yang diumumkan awal bulan ini, produsen peralatan telekomunikasi asal Swedia, Ericsson, melaporkan kinerjanya keuangannya di kuartal ketiga 2009 mengalami penurunan laba sebesar 71,5% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Penurunan laba itu dipicu oleh menurunnya angka penjualan akibat dampak krisis keuangan global. Data yang dilansir perusahaan melaporkan, laba bersih perseroan selama kuartal ketiga 2009 hanya mencapai 810 juta kronor (71 juta poundsterling), turun dari 2,84 miliar kronor di periode serupa tahun 2008.

Selain melaporkan penurunan laba, Ericsson juga melaporkan penjualannya menurun 5,6% menjadi 46,4 miliar kronor, turun dari 49,2 miliar kronor sepanjang periode Juli-September 2008. Perusahaan yang bermarkas di Stockholm itu, mengatakan, pangsa pasar selular Ericsson tengah melesu akibat lemahnya permintaan sejak krisis keuangan global meletup.

Kondisi serupa juga dialami Sony? Perusahaan yang berdiri sejak 1946 memperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 150 miliar yen untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2010. Meski demikian, Sony Corporation tetap memasang target pertumbuhan laba sebesar 5% dalam tiga tahun mendatang. "Ini bukan tujuan jangka pendek," ujar Howard Stringer, Chief Executive Officer Sony yang menggantikan CEO lama Ryoji Chubachi, yang mundur dari jabatannya pada 1 April 2009.

Untuk mencapai target itu, Sony berniat memasuki pasar televisi tiga dimensi (3D) tahun depan. Dalam pasar teve layar datar, Sony tertinggal jauh di belakang Samsung Electronics Co Ltd. Dengan produk terbarunya, Sony mengejar target pangsa pasar global sebesar 20% di Maret 2013.

Produk baru lainnya yang diandalkan Sony adalah baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik dan buku elektronik (e-book).Tak hanya merilis produk baru, Sony juga mengagendakan efisiensi biaya. "Kami harus ringan, cepat dan tangguh," kata Stringer.
September lalu, Sony telah meluncurkan game console PlayStation 3 (PS3) versi pipih yang harganya lebih murah. PS3 kini menjadi konsol permainan terlaris.

Thursday, November 19, 2009

Superblok Merambah Ke Kota Satelit


Fenomena paling menarik dari bisnis properti Indonesia kini adalah menjamurnya pembangunan superblok. Gambaran riuh rendahnya pembangunan superblok tampak di beberapa wilayah strategis Ibu Kota. Di Jalan S Parman, di antara Taman Anggrek dan Hotel Ciputra, terdapat Podomoro City dengan luas 22 hektar.

Di sana tegak apartemen Mediterania I dan II. Juga Royal Mediterania Garden. Lalu, proyek paling gres yang bakal menjulangkan nama grup ini ialah Central Park, juga di Podomoro City. Central Park yang akan menjadi ikon Grup Agung Podomoro dibangun di atas areal 9,3 hektar.

Jika semua proyek selesai, grup usaha yang dipimpin oleh Trihatma Kusuma Haliman ini akan memiliki kawasan superblok modern terluas di Indonesia. Trihatma bisa bangga dengan proyek ini sebab ia membangun kawasan ikon baru.

Superblok juga tampak di kawasan premium Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia dan sekitarnya. Misalnya, Thamrin Residence yang terdiri atas lima menara 35 lantai, kombinasi antara pusat hunian dan bisnis. Ini masih ditambah dengan sentra perkantoran, Jakarta City Center (JaCC) untuk peminat grosir dan ritel.

Selain Thamrin Residence (Thamres), terdapat dua superblok premium di kawasan lain, yakni superblok Grand Hyatt-Plaza Indonesia-EX dan sentra perkantoran. Dua gedung di sini dibangun dengan tinggi 50 lantai, memberi warna dominan untuk wajah MH Thamrin.

Ada pula superblok Grand Indonesia, hotel dengan latar belakang sejarah, dan dua menara 55 lantai yang dibangun oleh Grup Djarum. Grup besar lain, Ciputra dan Pakuwon, juga membangun beberapa superblok kelas satu. Ciputra, di antaranya, membangun Ciputra World di kawasan Kuningan. Salah satu proyek yang akan menjadi ikon grup ini adalah Ciputra Multivision Tower yang juga memiliki 28 lantai kelar dalam tempo 18 bulan. Bangunan yang menyundul langit Jakarta ini bakal berdiri di atas lahan seluas 4.800 m2. “Nilai investasinya mencapai Rp 250 miliar,” ujar Direktur Grup Ciputra, Nanny Santoso.

Adapun Grup Pakuwon membangun superblok di kawasan Casablanca dan Gandaria. Grup ini menganggarkan dana hampir Rp 10 triliun untuk pembangunan dua proyek besar itu. Proyek ini mendapat sambutan positif publik. Harapan kami, dua megaproyek ini akan memberi faedah untuk masyarakat, kata pimpinan Grup Pakuwon, Melinda Tedja.

Grup lainnya, Lippo, membangun proyek Kemang Village dan St Moritz di Jakarta. Di Surabaya, grup usaha yang dipimpin James Riady ini membangun City of Tomorrow. Lalu, proyek paling gres datang dari Subianto Satmaka dan kawan-kawan. Mereka membangun superblok di Pancoran, Area 24. Proyek ini dikerjakan arsitek kawakan Ridwan Kamil.

Sementara Grup Perdana Gapuraprima pada 2010 juga akan tancap gas. Grup ini akan membangun Plaza Subroto dan The Mansion Mega Kuningan. Saat ini, kedua proyek itu tengah dalam proses perizinan. Gapura Prima Plaza Subroto merupakan bangunan yang terdiri dari perkantoran, mal, dan apartemen. Sesuai namanya bangunan ini terletak di Jl. Gatot Subroto, tepatnya di bawah fly over Slipi. Sedangkan The Mansion Mega Kuningan bakal dibangun di kawasan Mega Kuningan, tepatnya di samping Bellagio Mansion.

Di kawasan Serpong yang menjelma menjadi kota satelit Jakarta, PT Alam Sutera Realty Tbk juga berencana mengembangkan proyek properti superblok (mixed use development) tahap II. "Paling cepat, 2010 baru bisa jalan," ujar Presiden Direktur Alam Sutera Realty Tri Ramadi. proyek superblok tahap II kalau jadi dibangun bersama dengan pihak asing akan berada di atas lahan seluas 20 hektare milik perseroan. "Tetapi pengembangannya tentunya bertahap, tidak sekaligus karena kita juga menanti adanya investor," tutur Tri.

Ia menuturkan, proyek tersebut diberi lebel Superblok II karena saat ini Alama Sutra juga sedang mengembangkan proyek serupa dengan bekerja sama dengan asing di kawasan Serpong, Tangerang yang terdiri dari mal, hunian, mal, dan kampus. "Asing semakin berminat, karena saat ini hunian kami sudah memiliki akes jalan tol sendiri," ujarnya.

Wednesday, November 18, 2009

Pasar Apartemen Masih Memikat


Meski penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak segera direspons oleh perbankan dengan menurunkan bunga kredit konsumsi, namun daya serap konsumen terhadap kehadiran hunian baru seakan tak pernah padam.

Tengok saja hasil penjualan Agung Podomoro Grup yang kemarin (11/11) melakukan topping off di dua tower apartemennya, Central Park Residences, di superblok Podomoro City, Jakarta Barat. Dengan 344 unit apartemen di masing-masing tower, kini 70% di antaranya sudah laku terjual.

"Melihat perkembangan tersebut, kami yakin hingga akhir tahun ini seluruh unit yang berjumlah 688 bisa laku semua," kata Matius Jusuf, Marketing Director Podomoro City optimistis.

Matius berkeyakinan, dengan laju inflasi yang bergerak di kisaran 6%, pasar properti bisa tumbuh hingga 12% saat ini. "Apalagi konsumen kelas apartemen dan residensial sepertinya mulai tidak lagi menghiraukan gerak suku bunga karena karakter beli secara cash," imbuh Alvin Andronicus, General Manager Pemasaran Podomoro City.

Alvin menjelaskan, dari total penjualan yang telah berhasil dibukukan Podomoro City, hanya 30% saja yang menggunakan fasilitas kredit dari perbankan. Sementara sisanya, lebih senang menggunakan fasilitas cicilan kontan sesuai skim yang disediakan developer.

Karenanya, Podomoro City juga tak terlalu agresif menggandeng kerjasama dengan perbankan. "Kami hanya memiliki kerjasama dengan BII, CIMB-Niaga, dan Permata Bank," kata Alvin.

Menurut Alvin, skim pembayaran secara kontan yang disediakan oleh pihaknya sengaja dijadikan daya tarik sendiri untuk menarik minat pasar dan menyiasati kemungkinan over supply.

Selain memberikan potongan harga, beberapa skim pembayaran juga membebaskan konsumen dari uang muka, dan memberi keringanan dengan persentase di atas bunga deposito.

"Kultur masyarakat yang gemar membeli produk diskon itu yang kami manfaatkan dengan meningkatkan daya tarik pembayaran," tandas Alvin. "Yang penting konsumen yakin bahwa pembangunan berjalan sesuai jadwal tak boleh meleset sedikit pun," timpal Halim Kumala Project Director Central Park Residence.

Rp 1,1 Triliun

Sebelumnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memimpin kredit sindikasi Rp 1,1 triliun untuk membiayai pembangunan proyek mal dan apartemen Central Park, yang dikelola oleh PT Tiara Metropolitan Jaya.

Mal dan apartemen yang berlokasi di Jakarta Barat ini dibangun dengan nilai investasi sebesar Rp 2,74 triliun, dimana 59,88 persen (Rp 1,64 triliun) didanai oleh self-financing, dan 40,12 persen (Rp 1,1 triliun) berasal dari pinjaman.

Untuk memenuhi kebutuhan pinjaman tersebut, BNI mengucurkan Rp 500 miliar, BII sebesar Rp 300 miliar dan CIMB Niaga sebesar Rp 300 miliar. Direktur Korporasi BNI, Krishna Suparto, mengatakan fasilitas kredit ini merupakan salah satu bentuk dukungan perbankan terhadap perkembangan industri properti di Indonesia.

"Bank juga menilai bahwa sektor properti tetap memiliki prospek bisnis yang sangat baik, terutama untuk pusat perbelanjaan atau mal dan apartemen sebagai hunian di pusat
kota," kata Krishna dalam penandatanganan perjanjian kredit di Gedung BNI Pusat, Jakarta, (07/08/2009). Fasilitas pinjaman berupa kredit modal kerja non-permanen ini memiliki jangka waktu kredit 5 tahun (termasuk grace periode 1 tahun).

Tuesday, November 17, 2009

Properti Siap (Kembali) Melesat


Setelah sepanjang 2009 terpuruk, pasar properti terutama sektor residensial pada tahun depan diperkirakan akan membaik. Pemicunya adalah semakin menurunnya tingkat suku bunga KPR dan tersedianya pasokan baru sejalan dengan menguatnya keyakinan pengembang.

Meski bank masih lambat dalam menurunkan suku bunga kredit, termasuk kredit pemilikan rumah dan apartemen, toh, pasar properti terus menggeliat. Survei Bank Indonesia (BI) yang dilansir Rabu (11/11) menunjukkan, penjualan properti untuk hunian (residensial) pada triwulan III 2009 naik 2,5% dibandingkan dengan triwulan II 2009. Porsi penjualan residensial terbesar disumbang rumah tipe kecil, yakni 32,85%, dan tipe rumah menengah sebesar 23,38%.

Seiring meningkatnya permintaan, harga residensial pun ikutan naik. Survei BI menunjukkan, kenaikan harga terjadi di semua tipe rumah. Kenaikan tertinggi dialami tipe rumah kecil yang pada triwulan III 2009 naik 0,71% dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan jika dibandingkan triwulan III 2008, kenaikannya mencapai 2,75%.
BI menyebut, kenaikan harga rumah dipicu kenaikan harga bahan bangunan dan upah pekerja. Kenaikan ini diperkirakan berlanjut di kuartal IV 2009.

Senada dengan BI, riset yang dilakukan konsultan properti Procon Savills menunjukkan, pasar properti yang mulai menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari penjualan rumah di DKI Jakarta dan sekitarnya yang naik 75% dari 1.400 unit pada kuartal II 2009, menjadi 2.560 unit pada kuartal III 2009.

Kenaikan penjualan tersebut, karena ada pasokan baru sebesar 42% telah diserap pasar, dan di daerah Bogor sendiri menyerap sekitar 35% dari penjualan pasokan baru”, ujar Utami Prastiana, Direktur Riset dan Konsultan PS, dalam Property Market Outlook 2010 di Jakarta, Rabu (11/11).

Utami menjelaskan, pasar perumahan atau residensial di Jabodetabek akan bertambah sebanyak 80% menjadi 3.820 unit selama tiga bulan terakhir. “Naiknya pasar perumahan sejalan dengan menguatnya keyakinan para pengembang, dan bunga pinjaman yang semakin terjangkau. Pasokan baru dan penjualan meningkat secara nyata terutama untuk property kelas menengah”, urainya.

Dia berasalan, selain menguatnya keyakinan konsumen seiring dengan membaiknya perekonomian, suku bunga BI (SBI rate) yang rendah dan stabil, berdampak positif terhadap bunga KPR.

“Pada kuartal ketiga, pasokan kumulatif mencapai 346.300 dengan Tangerang sebagai penyumbang terbesar sekitar 42%. Itu berarti ada kenaikan sebesar 80% dibandingkan kuartal sebelumnya” papar Utami.

Ia menambahkan bahwa kinerja pasar residensial diperkirakan akan tetap membaik, yang tercermin dari kenaikan penjualan. Namun begitu, diperkirakan hanya terdapat 1.500 unit akan dipasarkan pada akhir kuartal 2009. Itu berarti lebih rendah dari kuartal ketiga, karena masa pemasaran yang cukup pendek.

Ritel, Perkantoran dan Kondominium
Seperti halnya sektor residensial, pasar properti untuk katagori ritel diperkirakan mulai membaik setelah tidur panjang sejak awal tahun 2009. Procon memperkirakan sektor ritel sewa akan stabil pada 2010 mendatang, meski sampai dengan triwulan ketiga masuk 120.000 m2, sehingga ruang sektor ini seluruhnya mencapai 3 juta m2. Pasokan baru sektor ritel ditandai dengan beroperasinya Central Park di Jalan S Parman dan Pasar Grosir Senen di Kawasan Senen, serta Rasuna Epicentrum (Epi Walk).
Sebelumnya pasar properti ritel tertekan oleh imbas krisis ekonomi. Lucy Rumantir, Chairman Jones Lang LaSalle Indonesia (JLL), perusahaan konsultan properti, mengungkapkan, "Ketika sektor properti mengalami penurunan, yang pertama paling turun adalah sektor ritel," katanya.

Riset JLL mencatat, tahun 2009 jumlah pasokan baru ritel di Jakarta diperkirakan sebesar 190.000 m2. Sementara permintaan justru hanya sebesar 85.000 m2. "Untuk semester I 2009 pasokan berasal dari Emporium Pluit dan Plaza Indonesia Extension, sedangkan di semester II 2009 berasal dari Central Park, rasuna Epicentrum, dan St. Moriz," beber Wendy Haryanto, Director, Head of Retail, JLL.

Jika dibandingkan dengan tahun 2008, ketimpangan antara pasokan ruang baru ritel di Jakarta dengan permintaan terasa besar. Tahun 2008, jumlah pasokan tercatat sekitar 140.000 m2, sementara permintaan justru lebih besar di kisaran angka 145.000 m2.

Lesunya permintaan terlihat dari penurunan tingkat okupansi mal-mal di Jakarta. Wendy mencatat, jika tahun 2008 tingkat okupansi sebesar 84%, di tahun 2009 tingkat okupansi diperkirakan turun menjadi 82%. "Tahun 2007 tingkat okupansi justru lebih besar, di kisaran 89%," tukas Wendy.

Penurunan permintaan itu membuat harga sewa rata-rata ruang ritel di mal selama semester I-2009 turun sekitar 4%. "Penurunan bisa lebih besar, terutama bagi penyewa yang berasal dari kalangan fashion," tutur Wendy.

Pengelola mal mau tak mau menurunkan harga sewa karena banyak calon penyewa yang cenderung menahan diri. Mereka melihat kondisi ekonomi belum terlalu baik. Meski begitu, Wendy justru menilai, yang paling baik dilakukan oleh pengelola saat ini adalah berupaya mengisi malnya supaya penuh. "Kita lihat tren sekarang, permintaan dari penyewa kalangan F&B dan entertainment selalu tinggi, sementara untuk fashion justru tidak besar," kata Wendy memberi petunjuk.

Sementara untuk sektor perkantoran, Procon menjelaskan bahwa pada kuartal ketiga 2009, terdapat tambahan pasokan baru sebesar 110.700 m2 ruang kantor di pusat bisnis Jakarta. Disumbang oleh Cyber II di Kuningan dan The Plaza di Thamrin. ”Pasokan baru ruang perkantoran akan bertambah sampai dengan 2011. Diperkirakan akan masuk 367.000 m2, dimana 60% berasal dari pasokan 2010.” jelasnya.

Sementara peningkatan permintaan juga akan dialami oleh sektor kondominium. Total pasokan selama kuartal ketiga mencapai 69.000 unit, naik sekitar 2,6% dibandingkan kuartal II. Kenaikan itu berasal dari empat proyek, serta masih bertambah sampai dengan 2012 dengan masuknya Pulomas Park dan Signature Park.

Monday, November 16, 2009

Dapatkah Indonesia Mencapai Target Swasembada Daging Sapi di 2014?


Sudah bukan rahasia lagi jika Indonesia adalah salah satu negara pengimpor sapi terbesar di dunia. Data yang dilansir oleh Ditjen Peternakan, menunjukan dalam lima tahun terakhir impor sapi terus menunjukkan peningkatan. Pada 2004, impor sapi mencapai 359.000 ekor. Kemudian sempat menurun menjadi 256.000 ekor di 2005. Namun berturut-turut melonjak menjadi 265.700 (2006), 496.000 (2007) dan 450.000 (2008).

Catatan Ditjen Peternakan memang memperlihatkan bahwa neraca produksi daging sapi nasional pada 2008, hanya mampu memenuhi 64,9% dari proyeksi kebutuhan konsumsi masyarakat. Dengan populasi 11 – 12 juta ekor, produksi daging sapi nasional maksimal hanya mencapai 249.925 ton. Padahal kebutuhan konsumsi daging diperkirakan mencapai 385.035 ton per tahun. Itu berarti Indonesia masih kekurangan 135.110 ton atau sekitar 35,1% dari total kebutuhan daging.

Alhasil untuk memenuhi kebutuhan daging yang tumbuh-rata 5,5% per tahun, sementara pertumbuhan sapi lokal cuma 3,7%, tidak ada pilihan bagi pemerintah kecuali mengimpor. Meski bersifat pragmatis, kebijakan itu setidaknya dapat “menolong” industri sapi lokal. Bisa dibayangkan populasi sapi potong di dalam negeri akan terkuras, jika tidak disubstitusi oleh sapi bakalan dan daging impor.

Semua pihak sepakat bahwa kekurangan pasokan ini disebabkan sistem pembibitan sapi potong nasional masih parsial, sehingga tidak menjamin kesinambungan. Padahal, titik krusial dalam pengembangan sapi potong adalah pembibitan. Kondisi ini terbilang ironis, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar se-Asia Tenggara yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah. Potensi alam yang beriklim tropis dan kekayaan lahan yang luas, sangat memungkinkan bagi negara ini untuk membangun usaha sektor pertanian, khususnya sub sektor peternakan.

Disisi lain, bagi pengusaha pembibitan sapi adalah investasi yang berat dan kurang menarik. Akibatnya, pembibitan yang ada selama ini lebih banyak dilakukan secara tradisional oleh peternak rakyat. Parahnya lagi, populasi sapi produktif juga terus menurun karena sapi betina yang bisa dijadikan induk juga dipotong untuk dijadikan pedaging.

Survei populasi sapi yang dilakukan Afpindo bersama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) beberapa waktu lalu, menunjukkan hasilnya sangat mengejutkan. Populasi sapi lokal menurun drastis dengan kisaran hanya 60%. Alhasil, mencari induk bunting saat ini terbilang susah. Jika hanya 1-2 ekor mungkin ada, tapi mencari 11 ekor, luar biasa sulit. Kalau pun ada, maka harus diambil dari lokasi yang terpisah-pisah sehingga berdampak pada tingginya biaya.

Untuk mengurai “benang kusut” itu, pemerintah pada 18 Agustus lalu, akhirnya meluncurkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) tentang Kredit Usaha Perbibitan Sapi (KUPS). Sebelumnya, Deptan berharap Permenkeu itu sudah keluar sejak awal tahun 2009, sehingga dapat menopang program swasembada daging 2010, yang dipastikan telah gagal. KUPS merupakan skim kredit bersubsidi. Dalam program ini, peternak atau pelaku usaha yang mendapatkan kredit hanya membayar bunga sebesar 5% dari bunga komersial yang berlaku. Sedangkan selisih bunga menjadi tanggungan pemerintah.

Dengan keluarnya KUPS ini, pemerintah berharap target untuk mencapai swasembada daging pada 2014 bisa tercapai. Selama lima tahun ke depan (2009-2013), diharapkan ada penumbuhan minimal 50 industri perbibitan swasta dan pusat pembibitan di masyarakat sebanyak 11.310 kelompok. Selain itu adanya peningkatan populasi sapi betina sebanyak 1 juta ekor dan memberikan lapangan kerja sekitar 514.000 orang. Jika hal itu terealisasi, maka dalam dua tahun untuk mendapatkan sapi bakalan, Indonesia tidak perlu impor lagi karena sudah tersedia induknya.

Ditjen Peternakan berharap, skema kredit KUPS ini menjadi stimulus peningkatan industri perbibitan sapi dan berdampak langsung pada peningkatan populasi sapi. Saat ini, pasok daging sapi dalam negeri baru mampu memenuhi dua pertiga dari total kebutuhan konsumsi. Sepertiga lainnya harus dipenuhi dari impor sapi bakalan sekitar 400.000 - 500.000 ekor/tahun dan impor daging 70.000 ton/tahun.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari industri sapi nasional, Afpindo (Asosiasi Feedloter Indonesia) tentu menyambut baik langkah pemerintah meluncurkan KUPS. Demikian ditegaskan oleh Ketua Dewan Afpindo Achmad. Apalagi Dalam konteks ketahanan pangan, langkah untuk ber-swasembada dalam semua komoditas yang menjadi bahan konsumsi masyarakat (termasuk dalam hal ini daging sapi) sangat penting untuk diwujudkan, karena ketergantungan kepada pihak lain dipastikan akan mempunyai tingkat risiko dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dan negara.

Namun agar dapat berjalan efektif, Achamd menyebutkan bahwa pelaksanaan program KUPS harus dilakukan secara selektif, terkontrol dan tepat sasaran. Pemerintah juga harus membuka diri atas masukan dari berbagai pihak terakait. Sebab, perputaran usaha pembibitan sangat lambat dibandingkan dengan usaha penggemukkan sapi. Kondisi ini membuat tertahannya alur kas keuangan perusahaan, sehingga berdampak pada keterbatasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong. Apalagi subsidi kredit hanya berjangka dua tahun. Padahal pembibitan hingga sapi siap potong diperlukan waktu 5 – 6 tahun.

Karenanya untuk lebih meningkatkan efektifitas KUPS, selain faktor grace period yang lebih panjang, sebaiknya pemerintah tidak hanya mengandalkan perbankan. Sebab, dengan sistem perbankan yang menganut sikap kehati-hatian akan membuat sulit bagi peternak kecil untuk mengakses KUPS. Meski pemerintah memberikan subsidi, bukan berarti perbankan dengan mudah mengucurkan kredit. Untuk mensiasati kendala itu, sebaiknya pemerintah mengaktifkan kembali lembaga penjaminan yang akan menjamin kredit kepada peternak. Dengan adanya lembaga penjamin peternak sapi kecil dan menengah bisa memperoleh akses kredit ke perbankan.

"Disisi lain, untuk mendukung program swasembada daging, sudah saatnya pemerintah merumuskan kebijakan lain yang bertujuan untuk mencegah pemotongan betina produktif agar tidak terjadi pengurasan sapi bakalan lokal seperti yang selama ini kerap terjadi", ujarnya.

Achmad menilai, terkait dengan swasembada daging 2014, pembibitan sapi baik untuk menghasilkan sapi untuk tujuan konsumsi ataupun untuk mengembangkan sapi bibit adalah keharusan. Meski demikian, diperlukan kebijakan yang komprehensif dan bersifat sungguh-sungguh dari pemerintah. Apalagi berkaca dari sejarah, pemerintah sebelumnya sudah memiliki kebijakan GaUng (TigaUng) yang didekrasikan di Lampung pada 1992, yakni sapi lokal sebagai tulang punggUNG, Impor sapi bakalan sebagai pendukUNG, dan impor daging sapi sebagai penyambUNG, yang terbukti efektif memajukan industri sapi nasional.

Thursday, November 12, 2009

Mengintip Strategi Kawasaki dan Suzuki di 2010


Dua ATPM yang selama ini bercokol di lima besar, Suzuki dan Kawasaki, mulai bersiap menggeber rencana bisnis mereka di 2010. "Januari 2010 nanti, kami akan luncurkan varian bebek baru dari Kawasaki," kata Freddy Basuki, Manager Marketing dan Research Kawasaki Indonesia. Meski belum bersedia merinci spesifikasi bebek baru yang berjuluk Kawasaki Edge tersebut, Freddy mengakui pihaknya sengaja membidik pasar bebek di Indonesia. Alasannya, pasarnya sangat besar.

"Dari total pasar sepeda motor yang kini mendekati lima juta unit, 50%nya memang didominasi jenis motor bebek," timpal Gunadi Sindhuwinata Ketua AISI (Asosisasi Industri Sepeda Motor). Meski demikian pangsa sepeda motor jenis skutik terus mengalami peningkatan. Data yang dilansir AISI menunjukkan, penjualan skutik sepanjang Januari – Oktober 2009, menembus 1.789 juta unit, melambung hingga 36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kembali ke Kawaski, menurut Freddy, pihaknya menargetkan mampu menjual 3.000 unit Kawasaki Edge per bulan. Selain untuk pasar dalam negeri, Kawasaki juga berencana untuk melempar Edge ke pasar ekspor khususnya di wilayah Asia Tenggara.

Sementara itu, PT Suzuki Indomobil Motor (SIM), agen tunggal pemegang merek (ATPM) sepeda motor Suzuki, berniat menambah investasi US$ 50 juta pada 2010. Investasi tersebut untuk menambah kapasitas produksi sekitar 40% menjadi 720 ribu unit.

“Pada 2010, produksi sepeda motor ditargetkan menjadi 720 ribu unit, naik dari tahun ini 600 ribu unit,” ujar Presiden Direktur SIM Yoshiji Terada. Menurut dia, pihaknya akan mempusatkan produksi motor Suzuki di Indonesia, setelah sebelumnya diproduksi di Thailand. Yoshiji memastikan bahwa rencana tersebut akan direalisasikan pada 2010. “Kami melihat potensi pasar Indonesia yang besar, sumber daya migas dan nonmigas yang memadai, serta kebutuhan transportasi yang masih besar,” tutur Terada.

Meski melambat, penjualan Suzuki melalui PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) sepanjang Oktober 2009 mencapai sekitar 39.935 unit, naik dari sebelumnya sekitar 35 ribu unit. Menurut Manajer Pemasaran 2 Wheel SIS Edi Darmawan, peningkatan penjualan tersebut terjadi seiring berakhirnya pemilihan presiden dan penurunan nilai dolar AS terhadap rupiah. “Selain itu, kami juga menggenjot penjualan bulan lalu dengan berbagai promosi di dealer Suzuki dan perusahaan leasing,” ujar Edi.

Dia menambahkan, tahun ini pihaknya menargetkan penjualan motor Suzuki mencapai 600 ribu unit, dengan pangsa pasar 10-11% terhadap total penjualan nasional sebesar 5,5 juta unit. Target ini turun dari penjualan tahun lalu yang mencapai 793.741 unit. “kondisi ekonomi baik makro maupun mikro yang lesu dan kenaikan suku bunga kredit, menjadi penyebab menurunnya daya beli masyarakat tahun ini,” kata Edi.

Penjualan Skydrive
Sementara itu, khusus untuk varian skutik terbaru Skydrive, Edi menjelaskan, sejak diluncurkan pada 1 Mei 2009, rata-rata penjualan per bulan berkisar 6-7 ribu. “Hingga Oktober, penjualan Skydrive sudah berada di kisaran 50-60 ribu unit,” ujar dia. SIS menargetkan, dalam setahun atau hingga akhir April 2010, varian Skydrive mampu terjual hingga 100 ribu unit. Untuk itu, ke depannya SIS akan mengintensifkan promosi varian Skydrive melalui berbagai kegiatan di kota-kota besar Indonesia.
“Selain itu, kerjasama promosi dengan perusahaan leasing dan dealer juga akan tetap kami lakukan,” tutur Edi Darmawan.

Dia juga optimistis pasar skutik di Indonesia akan terus bertumbuh, seiring perubahan tren penggunaan sepeda motor. “Saat ini, sepeda motor, khususnya skutik, selain sebagai alat transportasi juga sebagai sarana kaum muda untuk bergaya,” tutur dia.

Ketika disinggung mengenai rencana peluncuran produk baru skutik Suzuki pada tahun depan, Edi masih belum mau berkomentar. “Produk baru pasti ada, tapi masih rahasia lah,” kata dia. Edi optimistis penjualan motor, khususnya Suzuki pada tahun depan akan lebih bergairah, seiring dengan membaiknya kondisi perkonomian

Wednesday, November 11, 2009

BSD Junction digusur Teras Kota


Pertumbuhan industri ritel yang mencapai 20-30% per tahun, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan pusat-pusat perbelanjaan modern. Dengan atmosphere yang dirancang sedemikian rupa, pusat-pusat peberlanjaan itu menjadi medium gaya hidup dan mampu menyedot pengunjung dalam jumlah yang sangat besar, sehingga mendorong tenant-tenant berebut space yang potensial mendatangkan omzet dan keuntungan.

Namun kini persaingan yang terjadi antara pusat-pusat perbelanjaan semakin hari semakin ketat. Sehingga berdampak pada semakin banyaknya space yang belum terisi yang mencapai 50%. Bahkan dalam beberapa kasus, sudah menjurus pada kanibalisme pasar terutama antar pusat perbelanjaan dalam lokasi yang berdekatan.

Sebagai contoh, kita bisa melongok kasus yang dialami oleh BSD Junction. Beroperasi sejak 2007, pusat pebelanjaan seluas 3 hektar yang terhubung dengan jembatan ke ITC BSD guna memberikan banyak pilihan berbelanja di kedua tempat, terlihat semakin hari semakin bias dari konsep sebelumnya.

Pada awalnya BSD Junction dikenal sebagai mal dengan konsep menonjolkan segi dining and entertainment yang terdiri dari 58 resto dan cafe yang pertama dan satu-satunya di Serpong, Tangerang. Ada pula 1000 kios (speciality stores) yang menjual baju, sepatu, jewelery, jam tangan dan aksesoris. Di lantai dasar tersedia Festival Plaza Food Center yang dilengkapi dengan Revolving Stage, sebuah panggung untuk menggelar live music.

Selain itu nuansa menyerupai Champ De Elysee di Paris yakni cafe pinggir jalan sehingga pengunjung cafe dan resto dapat menikmati lalu lalang pengunjung di luar cafe. Nuansa semacam itu tentu sangat cocok bagi para remaja dan keluarga yang hendak bersantai.

Dengan slogan Life Style and Shopping Center, beberapa tenant ternama tertarik bergabung di BSD Junction , diantaranya pedagang Mangga Dua, pedagang Tanah Abang, pedagang Cempaka Mas dan pedagang Roxy. Gerai sepatu telah bergabung Buccheri, Cherilon Shoes, Sepatu 101, Toko Sepatu 99. Sedang gerai fashion telah ada Posh Boy, Hammer, Optik Melawai, Lawman Jeans, Chic Simplicity Fashion, Glamour Factory Outlet. Sedang tenant lainnya antara lain Optik Tunggal, May-May Salon & Bridal House, Stephanie Skin & Bodycare, Link Beauty, Gallery Telkom, Video Ezy, IT Galeri, House of Duravit, Sumber Baru, Honda Fatmawati, Nuansa Musik, Hana Kitchen, Idefab.
Sementara di lantai II menyediakan toko obat, mainan anak, handicraft, souvenir, furniture, alat tulis kantor, jewelery, aksesoris dan jam tangan.

Di awal beroperasi, masyarakat Serpong dan Tangerang terlihat cukup antusias. Apalagi setiap pekan, kerap digelar beragam program entertainment, seperti live music dan event yang merangsang kreativitas anak, seperti lomba menggambar dan mewarnai.

Namun, setelah dua tahun beroperasi, konsep yang diusung oleh BSD Juction itu tidak bertahan lama. Even promosi yang selama ini menjadi kelebihan, menjadi monoton karena hanya itu-itu saja, seperti Barongsai dan wushu. Dampaknya traffic pengunjung terlihat semakin menurun. Sementara di sisi lain, karena mungkin konsepnya tidak jauh berbeda, ITC BSD justru mampu menyedot ribuan pengunjung, terutama sejak kehadiran Carrefour. Tak pelak, kondisi itu membuat banyak tenant tidak tahan dan memilih hengkang.

Kini, BSD Junction terlihat semakin merana. Pusat perbelanjaan berlantai tiga itu nyaris kosong melompong, terutama dilantai dua dan tiga. Belakangan mereka mencoba bertahan dengan menggandeng Dunia Bangunan, super market bahan-bahan bangunan yang berlokasi cukup luas di lantai dasar, meski hal itu membuat bingung konsumen, karena semakin jauh dari konsep awal.

Dalam kondisi itu, kehadiran Teras Kota yang hanya berjarak kurang dari 1 Km dipastikan akan semakin mengusur pamor BSD Juction. Sejak beroperasi pertengahan tahun ini, Teras Kota yang kental dengan gaya hidup, sukses menjaring tenant ternama seperti Gramedia, Wendy’s, Es Teler 77, The Roast Duck King, bahkan gerai kedai kopi papan atas, Starbucks.

Manisnya Bisnis Pasar Modern


Tak berlebihan bila keberadaan pasar modern sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kita. Sehingga sangat wajar, jika dalam 5 tahun terakhir pasar modern mampu menjadi penggerak utama perkembangan ritel di Indonesia.

Menurut data yang dilansir oleh Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), pada 2004 – 2008, omset pasar modern bertumbuh 19,8%, tertinggi dibanding format ritel modern yang lain. Omset department store, specialty store dan format ritel modern lainnya masing-masing meningkat hanya 5,2%, 8,1%, dan 10,0% per tahun.

Peningkatan omset yang cukup tinggi tersebut membuat pasar modern semakin menguasai pangsa omset ritel modern. Pada 2004, omset pasar modern adalah 70,5% dari total omset ritel modern di Indonesia. Pada tahun 2008 telah meningkat menjadi 78,7%. Selain itu, jika dibandingkan terhadap total omset industri ritel di Indonesia (ritel modern dan ritel tradisional), pangsa omset Pasar Modern juga mengalami peningkatan dari 18,3% pada 2004, menjadi 24,4% pada 2008.

Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini terdapat 3 jenis Pasar Modern yaitu Minimarket, Supermarket dan Hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan.

Kontras dengan supermarket, minimarket dan hypermarket adalah pasar modern dengan performance yang sangat signifikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini.
Performance minimarket yang sangat baik terlihat dari laju pertumbuhan omsetnya. Pada 2004 – 2008 omset minimarket meningkat sangat tinggi, rata-rata 38,1% per tahun. Omset hypermarket juga meningkat cukup tinggi, yakni 21,5% per tahun. Sementara pada periode 2004 – 2008 tersebut, omset Supermarket meningkat hanya 6,2% per tahun.

Untuk Hypermarket, performance yang sangat baik terlihat dari kemampuannya menjadi Pasar Modern dengan pangsa omset terbesar. Pada 2008, omset Hypermarket adalah Rp23,1 triliun atau 41,7% dari total omset seluruh Pasar Modern di Indonesia, sementara Minimarket 32,1% dan Supermarket 26,2%. Kemampuan Hypermarket menjadi Pasar Modern dengan pengumpulan omset terbesar karena Hypermarket menawarkan pilihan barang yang lebih banyak dibanding Supermarket dan Mini market, sementara harga yang ditawarkan Hypermarket relatif sama – bahkan pada beberapa barang bisa lebih murah daripada Supermarket dan Minimarket.

Penguasaan pangsa omset oleh Hypermarket telah terjadi sejak tahun 2005. Sebelumnya, yakni pada 2004, market share omset terbesar dipegang oleh Supermarket. Penurunan pangsa omset Supermarket yang terjadi terus menerus – bahkan pada tahun 2008, menjadi yang yang terkecil – menunjukkan bahwa format Supermarket tidak terlalu favourable lagi. Sebab, dalam hal kedekatan lokasi dengan konsumen, Supermarket kalah bersaing dengan Minimarket (yang umumnya berlokasi di perumahan penduduk), sementara untuk range pilihan barang, Supermarket tersaingi oleh Hypermarket (yang menawarkan pilihan barang yang jauh lebih banyak).

Kinerja cemerlang Hypermarket juga ditunjukkan melalui pertumbuhan jumlah gerai. Pada 2004-2008 pertumbuhan gerai Hypermarket sangat tinggi, yakni 39,8% per tahun. Gerai Minimarket juga meningkat cukup tinggi , yakni 16,4% per tahun, sementara gerai Supermarket meningkat 10,9% per tahun.

Jumlah gerai Hypermarket yang bertumbuh sangat tinggi tersebut menunjukkan bahwa format Hypermarket yang baru diperkenalkan ke masyarakat di Indonesia pada awal tahun 2000-an disambut baik oleh konsumen di tanah air.

Tuesday, November 10, 2009

Prospek Ritel Modern Masih Menjanjikan


Prospek industri ritel modern masih menjanjikan pertumbuhan yang cukup baik tahun ini yaitu sekitar 5-10 persen, meskipun melambat dibandingkan tahun lalu menyusul meluasnya dampak krisis global yang menyusutkan likuiditas di dalam negeri.

"Prospek industri ritel di Indonesia masih sangat baik, masih menjanjikan pertumbuhan
investasi maupun omzet," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Benjamin J Mailool, di Jakarta. Ia menjelaskan sejumlah faktor yang ada di dalam negeri masih menjadi daya tarik investor untuk masuk dan mengembangkan bisnis ritel modern di negeri ini. "Industri ini (ritel modern) masih menarik bagi pendatang atau investor baru," katanya.

Benjamin menyebut jumlah populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 230 juta jiwa
merupakan pasar yang besar. Selain itu, penetrasi ritel modern di dalam negeri relatif masih kecil yaitu berdasarkan riset AC Nielsen satu juta penduduk hanya dilayani 52 ritel modern. Bahkan tingkat penetrasi industri ritel modern di Indonesia paling kecil di kawasan Asia Pasifik.

Ia juga melihat perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang didukung oleh meluasnya penggunaan kartu kredit mendorong kebutuhan ritel modern semakin meningkat. "Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya mal yang sangat mendukung tumbuhnya ritel modern, sehingga terjadi tren modernisasi pola hidup konsumen di Indonesia," katanya.

Pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan ritel modern sangat pesat. Pada tahun 2008,
pertumbuhan omzet ritel modern mencapai sekitar 20-22 persen dan tahun ini pertumbuhan masih terjadi meskipun sedikit melambat. "Pada tahun ini dibandingkan tahun lalu pertumbuhan (omzet) ritel modern diperkirakan masih tumbuh, namun hanya lima sampai 10 persen," ujarnya.

Menurut dia, hal itu terkait dengan melambatnya pertumbuhan pembangunan mal di dalam negeri akibat terbatasnya likuiditas, sehingga ekspansi gerai ritel modern pun melambat. Selain itu, meluasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kekhawatiran meluasnya dampak krisis global membuat konsumen lebih menghemat pengeluaran mereka. "Kondisi itu juga menyebabkan banyak perusahaan ritel modern berhati-hati melakukan ekspansi penambahan gerai mereka, yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan omzet maupun investasi," ujar Benjamin.

Namun secara keseluruhan, ia menilai industri ritel modern memiliki daya tarik yang kuat bagi investor asing maupun domestik baik tahun ini maupun tahun-tahun mendatang mengingat ekonomi Indonesia juga terbukti tahan terhadap krisis global dibandingkan negara lainnya.

Benjamin hanya berharap pemerintah mendukung pertumbuhan ritel modern dengan kebijakan yang pro pasar sehingga tidak menghambat perkembangan industri ritel modern. "Banyak peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam mengatur ritel modern. Tapi prinsipnya kami berharap peraturan tersebut pro pasar yang bisa mengikuti dinamika perkembangan ritel modern dan dengan tepat mengatasi masalah yang dihadapi," katanya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Distribusi, dan
Logistik Benny Sutrisno juga optimis bisnis ritel modern termasuk sektor yang menarik bagi investor asing karena pasar Indonesia yang besar dengan daya beli yang terus tumbuh, sehingga pemerintah perlu membuat aturan yang kondusif bagi pertumbuhan bisnis tersebut tanpa mengabaikan kepentingan nasional yang ingin dicapai.

"Bisnis ritel modern itu paling menjanjikan dan setiap negara memiliki aturan sendiri-sendiri. Pemerintah (Indonesia) berhak membuat aturan (ritel modern) sesuai dengan kepentingan nasional yang ingin dicapai," ujarnya. Oleh karena itu, ia berharap peraturan yang sudah ditetapkan -- yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern yang disusul dengan Permendag 53 Tahun 2008 tentang hal yang sama -- dijalankan dulu secara konsisten baik oleh pemerintah maupun pelaku.

Perlu Dukungan Pemerintah
Meski menjanjikan, Pembina Aprindo sekaligus CEO Matahari Group of Departement Store Hari Darmawan, menilai komitmen pemerintah belum sadar bahwa sektor ritel sangat penting. Seharusnya ritel harus menjadi ujung tombak ekonomi, karena selama ini 70% kegiatan konsumi nasional berasal dari sektor ritel.

Untuk itu, peningkatan daya beli masyarakat sangat penting untuk menggenjot sektor ritel dan hal ini tentunya sudah menjadi kewajiban pemerintah. Selain itu, kebijakan yang dibuat pemerintah harus konsisten dan tidak mencampuri lebih dalam soal bisnis ritel.

"Industri ritel yang penting, justru tidak ada perhatian. Pejabat kita belum mengerti ritel, Indonesia masih ketinggalan jauh," ucapnya. Ia mencontohkan saat ini Indonesia menjadi negara satu-satunya yang mengatur mengenai trading term, yang merupakan praktek bisnis yang seharusnya pemerintah tidak ikut campur yaitu hubungan antara pemasok dengan peritel.

Penetrasi ritel asing ke pasar dalam negeri makin tak terbendung. Setidaknya ada 4 peritel asing yang mencoba menjajaki pasar ritel Indonesia seperti Wallmart, Central, Casino dan Tesco. Tak hanya peritel asing yang baru, peritel asing yang sudah mapan di dalam negeri seperti Carrefour pun makin kuat mencengkram kukunya mengusai pasar.

Menurut pengamat ritel Hidayat, kekuatan peritel-peritel asing ini bukan sesuatu yang aneh. Jika menengok negara asal Carrefour, misalnya, kebijakan Perancis sangat ketat terhadap pengembangan ritel.

Perancis memiliki kebijakan mendorong pengembangan ekonomi dengan memberikan suku bungan yang rendah ke sektor prioritas seperti manufaktur. Namun kebijakan yang diberikan untuk sektor ritel justru kebalikannya.

Hal inilah yang membuat ritel seperti Carrefour mencoba mengembangkan strategi bertahan dengan mengambil marjin tipis namun mengejar perputaran atau penjualan barang yang tinggi.

Sehingga tidak mengherankan, ketika mereka ekspansi ke luar negeri termasuk Indonesia yang bunganya lebih rendah, maka strategi ini sangat efektif untuk merajai atau memenangkan persaingan di ritel domestik. "Carrefour masuk ke Indonesia yang bunganya rendah, perputarannya tinggi. Maka tak heran bisa merajai," kata Hidayat.

Monday, November 9, 2009

Catatan F1 : Kemana Sponsor Berlabuh?


Hiruk pikuk lomba jet darat paling bergengsi musim kompetisi 2009, baru saja usai. Meski tidak sekompetitif musim 2007 dan 2008, dimana jawara harus ditentukan sampai balapan terakhir, banyak catatan menarik sepanjang lomba digelar. Pertama, tentu saja keberhasilan tim debutan Brawn GP yang sukses merebut posisi pertama untuk konstruktor dan pembalap. Padahal, tim yang dikomandani oleh Rass Brawn ini nyaris tidak jadi bertarung kalau tidak disokong oleh taipan Richard Branson, pemilik Virgin Group.

Kedua, tergusurnya tim tradisional seperti Ferrari dari peringkat tiga besar. Kecelakaan hebat yang menimpa Felipe Massa, membuat Kimi Raikonen seperti harus bertarung sendirian. Kehadiran pembalap Italia Giancarlo Fisichella di empat balapan terakhir, rupanya tidak banyak membantu Ferrari untuk bersaing dengan Brawn GP, RedBull dan McLaren. Alhasil, tim kuda jingkrak itu hanya menempati posisi keempat klasemen akhir konstruktor, yang merupakan catatan terburuk Ferrari dalam lima musim kompetisi terakhir. Bahkan bagi Raikonen, kegagalan Ferari itu juga menjadi musim terakhirnya bersama The Francing Horse, karena tim yang bermarkas di Maranello itu, memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jasanya pada musim kompetisi mendatang. Pebalap Spanyol yang juga juara dunia dua kali, Fernando Alonso akan berduet dengan Felipe Massa.

Ketiga, mundur totalnya The Japan Incorporated. Menyusul hengkangnya Honda dan Super Aguri pada musim 2009 karena alasan krisis ekonomi global, maka musim kompetisi 2010 cita rasa Jepang di lomba F1, praktis hilang lenyap. Setelah balapan terakhir di Abu Dhabi, Qatar, Toyota memutuskan untuk tidak lagi bertarung karena alasan yang sama. Keputusan Toyota membuat Bernie Ecelestone, Bos F1, bertambah pening karena sejauh ini pihaknya masih belum memperoleh kepastian pabrikan mana yang akan memasok ban pasca mundurnya Bridgestone dari F1 mulai musim mendatang.

Keempat, kemana para sponsor berlabuh? Mundurnya Toyota, BMW dan (kemungkinan) Renault, membuat banyak pihak bertanya-tanya tentang kemana para sponsor yang selama ini merupakan tulang punggung tim-tim itu akan mengalihkan kerjasama. Mari kita lihat beberapa sponsor yang melekat pada tiga tim itu. Toyota : Panasonic, Denso, EMC, Esso, KDDI, Maghery Marely. Renault : ING, Total, Pepe Jeans, Viceray, Universia, Elf, Puma, Steria, Mutua Madrilena. BMW : Petronas, Credit Suisse, Intel, Dell dan Syntium.

Khusus untuk Renault, Skandal GP Singapura 2008 benar-benar berdampak buruk untuk pabrikan Perancis itu. Sudah dihukum FIA dan dua bosnya mengundurkan diri, Renault kehilangan sumber pendanaan menyusul mundurnya beberapa sponsornya. ING yang merupakan sponsor pertama memilih hengkang. Perusahaan raksasa asal Belanda itu menyebutkan bahwa logo mereka akan hilang dari setiap bagian dari mobil Renault.

Selain ING, sponsor lain yang juga meninggalkan Renault adalah Mutua Madrilena. Sama seperti ING, perusahaan asuransi asal Spanyol itu juga langsung memutus kontraknya setelah Renault dijatuhi hukuman oleh FIA.

Rumor menyebutkan bahwa kesulitan pendanaan yang dialami Renault pasca pemutusan kontrak oleh para sponsornya itu, membuat mereka berniat mengikuti jejak Toyota dan BMW. Meski begitu, Bob Bell dan Jean-Francois Caubet, bos baru tim Renault, belum memberikan konfirmasi mengenai rumor yang berkembang kencang.

Apakah para sponsor itu akan mengalihkan dukungan mereka pada tim-tim baru yang seperti Lotus, USF1, Campos, Manor, atau Superfund yang dipimpin mantan pembalap F1, Alex Wurz, waktu yang akan menjawabnya nanti.

Meski begitu, dalam hal suntikan dana sponsor, Ferrari adalah jagonya. Tim Kuda Jingkrak mendapat sekira USD 200 juta per tahun dari sponsor swasta. Nilai tersebut merupakan yang terbesar yang bisa diperoleh tim-tim F1.

Thursday, November 5, 2009

Maraknya Pemakaian Kaca Film Security


Saat ini kondisi kota-kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta semakin rentan terhadap aksi tindak kriminal bandit-bandit jalanan. Mulai dari penembakan, sampai aksi kejahatan yang menggunakan benda-benda tajam atau tumpul. Sehingga pengendara mobil selalu merasa was-was dan waspada bila berada di jalan-jalan Ibu Kota. Kondisi itu diperparah dengan aksi teror yang dilakukan kelompok Nordin M. Top yang beberapa waktu lalu, kerap melakukan pengeboman di berbagai lokasi strategis. Tak salah, jika rasa aman semakin mahal saja harganya.

Berdasarkan kasus di atas, kaca film security tampaknya menjadi kebutuhan mendesak bagi kalangan eksekutif. Kaca film itu sedemikian canggih pembuatannya sehingga mampu menahan peluru, kapak, balok kayu, ataupun besi. Dibandingkan kaca film lainnya, kaca film security mampu melindungi dari benturan pada kaca akibat batu kerikil atau benda-benda lainnya dan mencegah luka serius pada kecelakaan. Juga, mencegah perampokan dan pencurian di kendaraan, rumah atau kantor, serangan teroris dan bom api (molotov), badai atau angin kencang, bahkan kerusakan akibat gempa. “Material kaca yang cukup tebal dan memiliki kekuatan khusus seperti kaca multi layer plus acrylic yang bisa mencegah kaca pecah akibat peluru, kampak dan gempa,” jelas Troy Kurniawan, Brand Manager Solar Gard.

Berdasarkan uji hasil pemeriksaan laboratorium, terbukti bahwa sebuah kaca film yang memiliki ketebalan 7 milimeter dapat meredam musibah semacam itu. Sebab, ketika ada orang jahat menggedor kaca dengan menggunakan balok kayu atau menembakkan pistol ke arah kaca mobil, rumah atau gedung, kaca film security dapat menahan tekanan yang begitu kuat.

Kondisi itu juga berlaku jika kaca film tersebut tertimpa getaran ledakan bom. Kaca mobil atau rumah itu paling tidak hanya menyebabkan retakan saja, lalu kaca film itu akan terlepas dari framenya serupa daun yang jatuh ke lantai. Ledakan itu tidak akan mampu menyebabkan pecahan kaca tersebut beterbangan dan melukai penggunanya.

Mengapa? Kaca film itu dirancang hingga memiliki kelenturan seluas 25.000 psi (pound-force per square inch) atau setara dengan 1.702 atmosfer (1.725 Bar). Karena itulah, ketika kaca film itu dipecahkan sekuat tenaga, kelenturan kaca film itu mampu menahan pecahan kaca itu.

Dalam sebuah uji coba, jika kaca film security dibentangkan sekuat tenaga, kaca film itu mampu menahan tubuh orang dewasa yang berdiri di tengah- tengahnya. Kaca film itu baru akan tembus atau bolong jika tingkat kelenturan sejauh 1.702 atmosfer sudah terlampaui.

Meski bukan mengurangi resiko kejahatan hingga 100%, dengan kaca film jenis ini setidaknya rasa percaya diri pengendara timbul kembali, sehingga tidak takut lagi terhadap penjahat yang menghadang kendaraan atau khawatir meninggalkan kendaraan, rumah, atau kantor.

Sejauh ini, penggunaan kaca film security sudah mulai dimanfaatkan oleh para eksekutif dan ekspatriat yang tinggal di Indonesia. Sejumlah kedutaan pun sudah menggunakan kaca film jenis ini demi memberikan rasa aman dan nyaman.

Nah, karena fungsinya yang tidak sekedar menahan panas, maka harga kaca film security terbilang lebih mahal dibandingkan kaca film jenis lainnya. untuk ketebalan 4 mil hanya untuk kaca depan bisa mencapai angka Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000 juta. Sedangkan untuk bagian samping antara Rp. 1.500.000 sampai Rp. 2.500.000. Agak sedikit murah untuk bagian belakang mobil yang rata-rata dibanderol Rp. 800.000 sampai Rp. 1.500.000. Apabila ingin yang lebih tebal yakni 8 mil untuk bagian belakang dan samping bisa mencapai angka Rp. 3.000.000. Namun melihat fungsinya, harga itu cukup sebanding dengan timbulnya rasa aman pengguna.

Wednesday, November 4, 2009

Dari Solar Control Hingga Anty Spy


Dilihat dari sejarah, militer merupakan institusi pertama yang mengembangkan teknologi kaca film, tujuannya adalah untuk melindungi dari serangan musuh. Sukses di militer, kaca film dikembangkan ke masyarakat sipil. Pada 1950-an, kaca film mulai dipakai mobil-mobil sipil. Buntutnya kaca film semakin berkembang dan menjadi bisnis aksesoris mobil yang menguntungkan.

Generasi pertama kaca film berkonsentrasi untuk menghalangi intensitas visible light. Pada generasi pertama, kaca film hanya dibuat dengan mencelupkan ke bahan pewarna tanpa ada material yang mampu menahan panas. Jadi meski sudah gelap, panasnya tetap saja terasa.

Kemudian generasi kedua muncul dengan diperkenalkannya teknologi metalizing. Teknologi ini menggunakan polyester yang dilapisi logam alumunium dengan teknik pencelupan (coating) di ruang hampa. Namun karena masih tidak dapat memberikan hasil yang maksimal, maka teknologi ini lama-lama ditinggalkan.

Belajar dari kekurangan tadi, generasi ketiga sudah dirancang agar tidak menghasilkan panas berlebih yang bisa merusak polyester. Solusinya adalah dengan sputtering, yakni penembakan ion-ion metal ke lapisan polyester sebagai bahan dasar kaca film.

Pada generasi ini, kaca film sekonyong konyong menjadi lembaran plastik transparan ajaib karena menjadi media penangkal panas yang baik sekali. Namun oleh pabrikan ternama di AS, teknik sputtering dikembangkan lagi menjadi multi-sputtering agar bisa memberikan hasil yang lebih maksimal.

Saat ini teknologi terbaru dari kaca film mulai memanfaatkan teknologi nano. ”Namun karena teknologi generasi ini justru kembali menggunakan senyawa kimia dan bahan pewarna seperti teknologi terdahulu, hasilnya tidak lebih baik dari kaca film generasi ketiga yang sudah menggunakan metal”, ujar Troy Kurniawan, Brand Manager SolarGard.

Kini seiring dengan kebutuhan dan fungsi yang terus meningkat, produk-produk kaca film juga semakin beragam. Tidak hanya Solar Control, namun juga Building, Decorative dan Safety/Security. Llumar, perusahaan kaca film asal Amerika, dikenal sebagai produsen yang getol mengembangkan kaca film Anti Spy dan Paint Protection Film.

Kaca Film Anti Spy ini berfungsi sebagai Wi-Fi Shield, dimana sesuai dengan perkembangan jaman, telah banyak kantor atau institusi penting menggunakan jaringan Wi-Fi di lingkungannya.

Kaca Film Anti Spy ini sangat unik, karena dapat melindungi data data penting kita supaya tidak bisa di hack oleh orang yang tidak bertanggung jawab melalui gelombang Wi-Fi.

Sedangkan Paint Protection Film yang juga dikembangkan oleh 3M, memiliki performance untuk melindungi cat mobil kita dari baret baret kecil saat dicuci maupun dari tar atau aspal yang sering menempel di bagian samping bawah saat mobil melaju di jalan raya.

Kaca Film Bukan Sekedar Gelap


Banyaknya produk kaca film yang beredar di pasaran, membuat pilihan konsumen tidak lagi terbatas pada satu atau dua merek saja. Begitu pun pilihan terhadap harga, konsumen dapat menentukan dari yang terendah hingga yang paling tinggi. Namun keterbatasan informasi sering memunculkan persepsi keliru terhadap pilihan kaca film.

Harus diakui, pengetahuan masyarakat akan kaca film masih terbilang rendah. Minimnya informasi, membuat konsumen sering salah kaprah dalam memilih produk kaca film yang berkualitas. Repotnya, kondisi ini kerap dimanfaatkan oleh pada trader dalam menjual produk yang sesungguhnya punya kualitas jelek. Alhasil, tidak jarang banyak konsumen mengeluh karena pasca pemasangan kaca film, ruang di dalam kabin masih sumpek dan tetap panas.

Dari sekian banyak persepsi yang keliru mengenai kaca film, persoalan warna antara gelap dengan kaca film yang bening, terbilang paling sering ditemukan.

"Sebenarnya bukan masalah warna, gelap atau bening. Tapi kualitas yang ditentukan oleh lapisan kaca film itu sendiri. Contohnya yang bening malah daya tolak panas dan sinar UV-nya bisa sampai 95%, dibandingkan dengan warna gelap yang hanya 60%. Gelap atau bening, itu cuma fashion," ujar Mulyono Adi bos spesialis Kaca Film.

Ia mencontohkan, kaca film yang bagus, biasanya mengandung kadar metal yang tinggi, sehingga daya tolak terhadap panas dan UV terjaga. "Dengan pemasangan kaca film yang benar dan berkualitas, tentunya membuat ruang kabin menjadi adem tanpa harus memutar panel AC secara maksimal," ujarnya.

Dan efek lain dari penggunaan kaca film yang berkualitas adalah penghematan BBM. Karena dengan kaca film yang bagus, akan mengurangi kerja AC dan akhirnya meringankan beban mesin, karena kerja kompresor AC menjadi tidak berat. "Tentunya bisa sedikit menghemat BBM, juga tidak merusak ozon karena freon berlebih," ujar Mulyono.

Struktur Material
Karenanya untuk mengetahui kualitas kaca film, kita perlu memperhatikan struktur material yang terkandung pada kaca film yang kita gunakan. Karena seperti yang kita ketahui, sinar matahari mengandung beragam unsur dan efek radiasi berbeda terhadap kesehatan.

Parameter Pertama adalah sinar ultraviolet (UV) yang memiliki panjang gelombang di bawah 400Nm. Oleh para ahli, radiasi dari UV-A, UV-B dan UV-C inilah yang dianggap paling merugikan dengan resiko tertinggi adalah menyebabkan kanker kulit. Sementara terhadap mobil, pancaran UV dapat cepat membuat pemudaran warna interior.

Kedua, visible light (VL). Ini adalah pancaran sinar yang dapat ditangkap mata kita secara jelas. Sinar dengan panjang gelombang antara 400Nm hingga 700Nm ini adalah semua yang mata kita bisa lihat. Orang yang buta, tidak memiliki sama sekali visible light ini.

Ketiga adalah infra red. Sinar ini mempunyai panjang gelombang lebih dari 700 Nanometer (Nm). Unsur inilah yang menimbulkan rasa panas pada permukaan kulit. Bila didiamkan terlalu lama berinteraksi dengan kulit, unsur ini akan membuat kulit berwarna gelap. Kondisi tersebut sebagai reaksi dari pigmen yang terkandung pada kulit.

Pembahasan tentang infra red ini paling menarik, karena banyak supplier kaca film yang mengedepankan kualitas penolakan infra red sebagai acuan kualitas sebuah produk kaca film.

Persepsi ini harus diluruskan, karena infra red masih terbagi menjadi nir infra red (NIR) dan far infra red (FIR). Dimana letak perbedaannya? NIR bisa kita rasakan panasnya, sedangkan FIR tidak dapat kita rasakan panasnya, namun tetap berdampak bagi tubuh kita.

Selain itu, sampai saat ini ”BELUM” ada portable equipment yang bisa menghitung seberapa besar infra red rejected secara akurat pada sebuah produk kaca film, karena semua portable equipment yang dimiliki para pemain kaca film hanya memiliki kemampuan menghitung pada rentang 880 Nm hingga 1100 Nm saja, sedangkan rentang infra red dalam spektrum matahari adalah dari 700 Nm hingga 2500 Nm.

Kondisi inilah yang membuat kebanyakan produsen kaca film lebih memfokuskan produknya untuk bisa menangkal sinar UV semaksimal mungkin.

Dari sisi teknologi, kaca film yang baik biasanya mengadopsi sputtered technology. Yaitu proses pembenaman kandungan ion-ion metal untuk menangkal sinar UV hingga 99 persen. Harga dari jenis kaca film seperti ini relatif mahal. Sementara kaca film dengan kadar tangkal UV di bawahnya, berkisar 30-35 persen, relatif lebih murah.

Langkah sederhana untuk mengetes kualitas kaca film adalah dengan menggunakan alat pendeteksi uang kertas (money detector). Yaitu dengan memposisikan selembar uang di belakang kaca film, kemudian disinari dengan detektor tersebut. Jika angka yang tertera pada lembaran uang tidak bisa terlihat, maka sinar UV pun dijamin tidak mampu menerobos lapisan kaca film.

Monday, November 2, 2009

Strategi Diono Nurjadin Besarkan Mandala


Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Perumpamaan ini, tampaknya cocok dengan sosok Diono Nurjadin. Menurut Presdir Mandala Airlines ini, karena ayahnya adalah seorang pilot maka lingkungan kedirgantaraan adalah makanan sehari-hari. Alhasil, sejak kecil ia sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan burung besi itu.

Namun sebelum nyemplung ke industri penerbangan, Diono yang menempuh jenjang sekolah di luar negeri, pernah berkarir di berbagai perusahaan yang sama sekali tidak berkaitan dengan industri penerbangan. Terakhir ia menjabat sebagai Direktur di Peregrine Securities Singapura dan Vice President di Bankers Trust Singapura. Sekembalinya ke Indonesia, ia melihat banyak peluang yang bisa dimaksimalkan industri penerbangan domestik dengan lebih fokus pada bisnis ‘airport services’ seperti ground handling, cargo handling, freight forwarding, in-flight catering, integrated logistic solutions, international courier, cargo airlines dan passenger airlines.

Jadilah Diono memulai petualangan baru. Karir pertamanya dimulai dengan menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur di Cardig Air dan di JAS Airport Services di tahun 1998.

Akuisisi Mandala oleh Cardig membuka jalan bagi Diono untuk membuktikan keahliannya sebagai trouble shooter. Dengan penguasaan saham sebesar 51% di Mandala, Cardig International leluasa menentukan posisi di jajaran manajemen puncak. Diono menceritakan, pada saat Mandala dibeli oleh Cardig International di tahun 2006, ia menjabat sebagai President & CEO Cardig International. ‘Sudah merupakan tanggung jawab dan kewajiban saya untuk menjalankan amanah dari pemegang saham Mandala yaitu menjadikan Mandala sebagai maskapai generasi modern yang akan menjadi ‘kebanggaan’ Bangsa Indonesia’, ujarnya optimis.

Menurut Diono, karena imbas krisis ekonomi global, saat ini hampir semua maskapai penerbangan di berbagai belahan dunia mengalami masa-masa sulit. Tidak terkecuali maskapai penerbangan di Indonesia yang harus bertahan ditengah turunnya load factor dan cekikan harga bahan bakar. Meski demikian, selalu ada peluang dibalik krisis. Demikian Diono berprinsip.

Ia menilai, seburuk apa pun kondisi ekonomi global, bisnis penerbangan di Indonesia masih menjanjikan. Apa lagi negara Indonesia adalah negara kepulauan dimana moda transportasi udara masih menjadi satu kebutuhan. Hanya saja, maskapai penerbangan di Indonesia masih perlu mencermati melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika meskipun harga minyak dunia turun. Selain itu, desentralisasi telah menjadikan pergerakan bisnis tidak melulu hanya di Jakarta tetapi di daerah-daerah lain di Indonesia, sehingga peluang bepergian untuk keperluan bisnis masih terbuka lebar, demikian Diono.

Dengan banyaknya pemain, baik domestik maupun manca negara, banyak yang menilai, bisnis penerbangan nasional pada 2010 mendatang akan menjadi lebih kompetitif. Diono pun berpendapat sama. Menurutnya, bukan jamannya lagi jualan maskapai hanya bertumpu pada harga murah. ‘’Setiap maskapai penerbangan dituntut untuk lebih bisa menawarkan added value bagi pelanggannya’, tukas Diono. Untuk Mandala, pihaknya telah memiliki diferensiasi yang membedakan dari maskapai penerbangan lainnya untuk bisa menarik penumpang terbang dengan Mandala.

Agar lebih kompetitif, berbagai inovasi yang telah dilakukan Mandala. Seperti menerapkan kebijakan pengoperasian satu jenis pesawat saja yaitu AIRBUS jenis A320 dan Airbus A319 sehingga dapat berujung pada ‘cost efficient’. Pemilihan terhadap Airbus juga karena pertimbangan bahwa pesawat buatan Eropa itu yang ramah lingkungan sesuai standar EURO, imbuh Diono.

Bagaimana dengan harga tiket? Tidak seperti low cost carrier yang cenderung jor-joran, murah namun miskin layanan, Mandala mematok harga kompetitif sesuai dengan kebutuhan penumpang, baik untuk segmen korporasi maupun untuk ‘mass market’. Umumnya penetapan harga disesuaikan dengan berbagai kondisi, seperti peak season atau low season. Untuk mendukung kemudahan, model transaksi on-line juga diperkenalkan Mandala. Mulai pertengahan Maret lalu, penumpang Mandala semakin memiliki kemudahan untuk membayar tiket melalui internet banking dan ATM yang disediakan oleh Panin Bank dan Bank Permata. ‘Dengan inovasi itu, Mandala selalu berupaya menyediakan easybook and easy pay untuk para pelanggan’, ujar Diono

Dan kini, tanpa terasa telah 11 tahun pria yang terkesan kalem ini telah menekuni bisnis penerbangan. Dengan kinerja yang semakin membaik, ia sangat optimis Mandala dapat menjadi maskapai tangguh yang mampu bersaing dengan maskapai lain yang telah leading lebih dahulu, baik di pasar domestik maupun internasional.