Tuesday, December 22, 2009

Selular: Berebut Kue Yang Semakin Kecil


Tak seperti 2008, sepanjang 2009 operator mengalami perlambatan pertumbuhan. ARPU yang terus menurun dibarengi dengan ketatnya persaingan, membuat mereka harus menyusun ulang strategi guna menarik pelanggan baru. Tampaknya trend bundling yang cukup efektif dalam meraih pelanggan, dipastikan akan menjadi salah satu mainstream strategi yang akan terus berlanjut pada 2010. Tingginya animo akan layanan jejaring sosial juga akan memicu penetrasi internet berkecepatan tinggi hingga ke berbagai pelosok daerah. Dua hal itu diprediksi dapat menjadi penggerak pertumbuhan selular pada 2010.

Namun diluar trend selular di 2010 yang akan dimanfaatkan operator, ada baiknya kita melihat perjalanan masing-masing operator selama 2009. Untuk melihat kinerja operator sepanjang 2009, memang paling gampang dilihat dari portofolio keuangannya, bukan hanya semata dari sisi pertambahan pelanggan. Krisis finansial global tampaknya membuat sejumlah operator mengalami penurunan laba yang cukup signifikan sepanjang sembilan bulan pertama 2009.

Meski demikian, ditengah pertarungan tarif yang tak pernah surut, banyak inovasi yang ditawarkan para operator. Hal ini, bukan hanya memberikan keuntungan bagi pengguna, namun juga meningkatkan pendapatan operator.

Telkomsel
Operator yang merupakan anak perusahaan PT Telkom Tbk ini, masih menjadi market leader. Total hingga akhir 2009, Telkomsel diperkirakan dapat meraih 70 juta pelanggan, dimana pelanggan terbesar masih didominasi oleh prabayar, terutama SimPATI yang merajai hingga 80% portofolio pelanggan Telkomsel alias sekitar 57 juta pelanggan.

Untuk mempertahankan dominasi pasar, Telkomsel pada akhir 2009 meluncurkan Paket Perdana SimPATI M@X yang harganya cuma Rp 10.000 termasuk didalamnya pulsa senilai harga yang sama. Terdiri dari pulsa utama Rp 5.000 buat nelpon, SMS dan data ke semua operator, serta bonus Rp 5.000 untuk komunikasi ke sesama Telkomsel. Disamping itu, pelanggan juga dapat gratis akses internet sebesar 5 Mb.

Indosat
Tahun 2009 menjadi tahun yang terbilang berat bagi Indosat. Laba perusahaan yang kini dimiliki oleh Investor dari Qatar, Q-Tel itu, sepanjang 9 bulan pertama 2009 turun 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2008 menjadi Rp 1,44 triliun. Turunnya basis pelanggan Indosat memicu penurunan pendapatan itu. Saat ini total jumlah pelanggan Indosat sekitar 30 juta. Turunnya kinerja Indosat juga ditandai dengan melempemnya jagoan mereka di segmen CDMA, yakni StarOne. Sepanjang 2009, StarOne menduduki posisi paling buncit dengan hanya meraih 700 ribu pelanggan. Sangat jauh dari perolehan Telkom Flexi, sang penguasa pasar yang diperkirakan meraih 15 juta pelanggan.

PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL Axiata)
Operator yang kini diberi embel-embel Axiata itu terbilang paling moncer sepanjang 2009. Meski laporan keuangannya tak seindah 2008, tapi dari sisi pertumbuhan laba, XL bisa dibilang menyalip kompetitornya. Ditengah sulitnya meraih pelanggan, XL masih mampu meningkatkan pendapatan sebesar 8% pada kuartal ketiga 2009 dibandingkan periode yang sama 2008. Dengan peningkatan sebesar itu, total jumlah pelanggan XL kini mencapai 25,2 juta pelanggan (per September 2009). Dengan hasil itu, XL optimis bisa mengejar pertumbuhan pendapatan hingga dua digit, sementara operator lainnya umumnya hanya mematok singla digit. Tak heran, jika XL Axiata menargetkan posisi dua besar menggusur Indosat. Saat ini jarak revenue share XL dengan Indosat hanya tinggal 6%. Itu sebabnya XL optimis bisa menyalip Indosat pada saat pergantian tahun.

PT Bakrie Telecom Tbk

Sepanjang sembilan bulan pertama 2009, operator yang dimiliki oleh Grup Bakrie ini ternyata tak mampu mengulang kinerja yang terbilang mengkilat pada 2008. Ketatnya persaingan dalam memperebutkan pelanggan, dibarengi dengan terus turunnya pendapatan ARPU, membuat laba Bakrie Telecom turun sebesar 19,73% menjadi Rp 97,33 miliar. Meski demikian pencapaian yang diperoleh oleh Bakrie Telecom masih terbilang cukup bagus, mengingat para kompetitornya terutama sesama operator CDMA, rata-rata anjlok cukup dalam.

Salah satu layanan yang ditawarkan oleh Esia pada 2009 dan cukup bikin heboh adalah Esia Suka Suka (ESS). Dengan layanan ini, masyarakat dapat memilih sendiri nomor sesuai keinginannya, baik berdasarkan tanggal kelahiran, perkawinan atau nomor lain yang dianggap istimewa. ESS adalah kartu perdana pertama di dunia yang dijual tanpa nomor. Alhasil, lewat ESS, operator yang dimiliki Grup Bakrie ini bisa menggaet pelanggan lebih banyak.

PT Telkom Tbk
Telkom yang labanya sempat anjlog pada kuartal ketiga 2008, diprediksi masih bisa membukukan keuntungan pada tahun ini. Namun, hingga kuartal ketiga 2009, kenaikan laba Telkom, yang sebagian besar disumbang oleh Telkomsel, hanya mencapai 4,27% menjadi Rp 9,3 triliun. Saat ini Telkom masih merupakan market leader di pasar CDMA lewat TelkomFlexi yang meraih 15 juta pelanggan. Namun terus terjun bebasnya ARPU serta ketatnya persaingan meraih pelanggan baru, menyebabkan Telkom harus mendesain ulang layanan Flexi agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang saat ini semakin cenderung ke mobile data.

Mobile-8
Inilah operator yang punya kinerja paling buruk. Bisa dibilang sepanjang 2009, operator yang sebelumnya dimiliki oleh MNC Group ini berdarah-darah. Mobile-8 Telecom yang merupakan operator CDMA membukan rugi bersih sebesar Rp 439,9 miliar hingga September 2009, atau naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mengalami rugi bersih sebesar Rp 275,292 miliar.

Meski terancam kolaps, Mobile-8 bisa dibilang cukup inovatif dalam menggelar layanan. Salah satunya adalah Fren Duo. Mobile 8 merupakan operator pertama di Indonesia yang meluncurkan layanan ini. Uniknya, produk ini bukan hanya sekedar menawarkan dua nomor dalam satu SIM card, yakni 0888 dan nomor telepon tetap nirkabel dan FWA (fixed wireless access) sesuai kode nomor area seperti 021 (Jakarta), tapi juga memberikan tawaran tarif yang kompetitif.

Hutchinson CP Telecomunication (Three)

Untuk menggoyang dominasi tiga besar, Three terus menggeber beragam layanan yang terbilang terjangkau untuk kantong konsumen. Meski demikian, kualitas jaringan dan coverage juga menjadi perhatian operator asal Hong Kong ini. Alhasil, hingga 2009, Three mengklaim telah meraih 5,5 juta pelanggan.

Salah satu layanan yang cukup atraktif yang diperkenalkan Three adalah akses Facebook dan Twitter dengan menggunakan SMS. Lewat layanan VAS ini, pengguna Three dapat meng up date status, notes, wall dan inbox. Pengguna juga dapat me reply atau mengomentari status temannya cukup dengan tombol reply, layaknya SMS biasa.

Sementara dengan menggunakan MMS, pengguna juga dapat meng up load foto sesuka-sukanya, dan sebanyak-banyaknya hanya dengan Rp 5.000 tanpa perlu lagi membayar tarif MMS setiap meng upload gambar dari ponsel.

Hal serupa juga dilakukan dengan Twitter. Tanpa komputer dan tanpa akses internet, juga bisa diakses lewat SMS dri Three. Hebata hampir semua fungsi Twitter dapat dijalankan, entah itu mengirim tweet atau up date status, follow dan leave seseorang, mengirim direct messages ke teman, menerima tweet dari teman, dan sebagainya.

Natrindo Telecom Selular(Axis)
Sebagai salah satu operator GSM yang hadir belakangan, Axis terus menggbrak pasar terutama dengan ragam layanan berbasis voice dan SMS yang terbilang murah. Belakangan, ditengah mulai boomingnya pasar data, Axis juga menyiapkan layanan termasuk BlackBerry. Saat ini Axis meraup sekitar tiga juta pelanggan.

Sadar dengan coverage yang tidak sebaik pemain-pemain yang lebih dulu terjun ke industri selular, serta untuk mensiasati pertumbuhan pasar di daerah-daerah, Axis pada akhir 2009 menjalin kerjasama roaming nasional dengan XL Axiata. Melalui kesepakatan itu, para pelanggan Axis akan mendapat akses penuh ke jaringan XL di Sumatera, dilanjutkan ke Kalimantan dan Sulawesi. Sementara pengelolaan pelanggan Axis akan tetap ditangani langsung oleh Axis.

Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada kuartal pertama 2010 dan bisa dibilang sebagai terobosan baru di Indonesia, karena di saat operator lain saling berkompetisi, Axis dan XL justru berkolaborasi. Dengan demikian, pengguna nomor Axis akan mendapatkan jangkauan layanan yang sama dengan XL. Sementara pihak XL sendiri memastikan, bahwa aliansi itu tidak akan mengganggu apalagi mengurangi kualitas jaringan layanan XL.

Smart Telecom
Sebagai operator CDMA paling buncit, Smart terbilang cukup inovatif dalam memperkenalkan layanan mereka. Operator yang dimiliki oleh Grup Sinar Mas ini, malah belakangan naik pamornya di segmen layanan data. Dengan tarif yang terbilang murah, gratis akses internet serta paket bundling dengan notebook, Smart cukup berhasil menarik pelanggan baru. Alhasil, sampai dengan akhir 2009, diperkirakan Smart mampu meraup 2,5 juta pelanggan. Suatu angka yang lumayan bagus, mengingat pada 2009 pertumbuhan pasar selular mengkerut menjadi hanya 15%

1 comment:

editor said...

kerjasama Axis dan XL tidak mengurangi kualitas XL? Siapa bilang? Saya pelanggan XL langsung merasa dampaknya. Sinyal sering hilang dengan tiba-tiba...saya tinggal di jabodetabek...saya pakai XL dan Axis dalam satu handset...sementara sinyal axis relatif tidak terpengaruh, alias baik-baik saja....Gimana dong XL???