Monday, July 6, 2009

TV dan Perlombaan Tekhnologi



Sejak beberapa dekade terakhir, TV layar lebar menjadi ajang perlombaan teknologi yang dikembangkan oleh para vendor elektronik papan atas. Selain platform, ukuran rupanya juga menjadi standar keberhasilan. Semuanya berujung pada upaya memuaskan konsumen.

LCD TV kini boleh jadi mendominasi pasar TV layar lebar. Dengan desain yang sleek serta ukuran yang tipis, banyak yang kepincut dan langsung menempatkan sebagai prioritas belanja elektronik. Apalagi dengan produksi yang semakin masal, harga TV LCD belakangan semakin turun. Lihat saja varian terkecil, 32 inch sudah dapat ditebus dengan harga Rp 6 jutaan. Padahal tiga tahun lalu, harganya masih bertengger diatas Rp 15 jutaan.

Market size LCD TV memang terus membesar setiap tahunnya. Menurut perkiraan firma iSuppli, penjualan televisi LCD di Asia Tenggara akan meningkat menjadi 13,5 juta unit pada 2012, dari 1,6 juta unit pada 2007. Artinya, pasar di kawasan itu mampu meraih pertumbuhan tahunan rata-rata 53,9%.

Pertumbuhan volume penjualan (unit) televisi LCD dibarengi pula dengan pertumbuhan pendapatan. iSuppli memperkirakan, pada 2012 pendapatan televisi LCD Asia Tenggara akan menembus USD6,3 miliar, naik rata-rata 38,6% per tahun dari USD1,2 miliar pada 2007. iSuppli mengungkapkan, pada saat ini pasar televisi Asia Tenggara masih didominasi CRT karena TV jenis memang lebih murah.

Meski sejumlah vendor juga memperkenalkan TV layar lebar dengan teknologi DLP atau LCoS, LCD dipastikan akan tetap menjadi primadona. Meski begitu, tantangan terhadap dominasi LCD juga akan semakin keras. Pasalnya, sejumlah vendor telah memunculkan tekonologi lain yang dapat menjadi pesaing serius di masa datang. Salah satunya adalah SED (Surface-Condution Electron-Emitter Display).

SED yang juga merupakan turunan dari TV flat panel, pertama kali diperkenalkan oleh Canon pada 1980-an. Untuk mendongkrak performa, Canon yang merupakan jawara kamera digital, menggandeng Toshiba pada 1999. Memasuki 2004, keduanya bahkan membentuk perusahaan patungan yang dinamakan SED Inc.

Sejauh ini produksi SED masih terbatas. Masa depan TV ini tampaknya masih terganjal oleh masalah hukum, pasca gugatan yang dilancarkan Nanotech karena menganggap pihak Canon melanggar paten milik mereka.

Selain SED, teknologi lain yang siap menyalip LCD adalah OLED. Epson dan Samsung adalah dua vendor dibalik pengembangan TV jenis ini. Epson dapat disebut sebagai perintis, karena pertama kali memperkenalkan kepada publik prototipe TV OLED berukuran 40 inch pada 2004. Setahun kemudian, Samsung juga sukses mengembangkan TV sejenis dengan ukuran yang sama. Teknologi OLED memiliki kelebihan dibandingkan plasma atau LCD, terutama dalam hal ketebalan yakni kurang dari 3 cm. OLED juga memiliki response time yang jauh lebih baik serta konsumsi listrik yang relatif lebih hemat.

Diluar OLED dan SED, teknologi teranyar yakni FED TV juga bakal meramaikan pasar TV di masa depan. FED TV yang dikembangkan oleh Sony, diperkirakan bakal lebih cepat diproduksi secara masal. Pasalnya, Sony belum lama ini telah memperkenalkan monitor FED 19 inch yang dapat dimainkan pada console PS3. Penonton yang hadir berdecak kagum karena salah satu game terpopuler Grand Tursimo dapat dimainkan dengan kecepatan 5 hingga 240 fps.

Dengan animo pasar yang besar terutama di kalangan gamer, Sony menyatakan akan memulai produksi monitor FED pada tahun depan. Dengan kualitas gambar yang sempurna, nyaris tanpa flickr, diperkirakan Sony juga akan segera merilis FED TV dalam waktu yang tidak lama lagi. Sony optimis bahwa FED TV akan menjadi standar TV masa depan menggantikan LCD TV.

No comments: