Sudahkah Anda memiliki tiket nonton pertandingan antara MU dengan Indonesian All Star yang digelar 20 Juli nanti? Kalau belum, mungkin Anda harus gigit jari. Karena pekan lalu, pihak panitia mengungkapkan bahwa seluruh tiket pertandingan sudah ludes terjual. Termasuk tiket kelas VIP yang berharga jutaan rupiah.
MU memang fenomenal. Meski gagal mempertahankan gelar liga Champions, toh di musim kompetisi yang baru saja usai, klub yang diasuh oleh Alex Ferguson itu tetap menyabet treble winner. Piala Dunia Antar Klub, Piala Carling dan gelar liga Primer 2008/2009.
Sayangnya di musim kompetisi mendatang, kita tidak akan lagi menyaksikan aksi Christiano Ronaldo yang sudah hijrah ke Real Madrid, serta Carlos Tevez yang menolak perpanjangan kontrak dengan tim berjuluk The Red Devils itu.
Begitulah, sejak menjelma menjadi industri bernilai milyaran dollar, sepak bola bukan lagi urusan olahraga semata. Berbagai isu dan kepentingan, menjadi dinamika yang tak akan ada habisnya. Terutama menyangkut keberadaan pemain dan sponsor yang menentukan hidup matinya sebuah klub sepak bola modern.
Nah, mengenai sponsor, Bila tak ada aral melintang, merek Sahara akan menjadi sangat populer di jagat ini. Apa sebabnya? Perusahaan asal India itu (Sahara India Pariwar), disebut-sebut semakin dekat untuk menjalin kontrak dengan MU untuk menjadi sponsor baru yang akan terpampang di jersey mereka mulai musim kompetisi Mei 2010. Nantinya, dengan tulisan yang tertera di kaos Wayne Rooney dkk,
Meski masih belum menemukan kata final, sejauh ini Sahara menjadi kandidat paling kuat menggantikan AIG, sejak perusahaan asuransi itu mengonfirmasi takkan memperpanjang kerjasamanya dengan 'Setan Merah' karena hantaman krisis.
Selain AIG, yang kontrak tahunannya dengan MU bernilai 19 juta pound, klub pengumpul 18 gelar juara Liga Inggris juga mengikat kerjasama dengan produsen jam asal Swiss, Hublot, pabrik ban Korea Selatan, Kumho Tire Co, serta Saudi Telecom.
Sahara sebenarnya bukan satu-satunya perusahaan India yang didekati MU, karena mereka juga dikabarkan melakukan pendekatan dengan perusahaan otomotif, Tata Group. Perusahaan yang juga bergerak dalam bidang penambangan besi, teknologi informasi, komunikasi dan hotel itu saat ini juga telah mensponsori tim F1 Ferrari. Beberapa perusahaan lain yang dikabarkan tertarik untuk memajang namanya di jersey MU adalah Air Asia dan Saudi Telecom.
Namun jika Sahara setuju dengan nilai kontak yang ditawarkan MU (sejauh ini belum dikonfirmasikan), maka konglomerat keuangan yang juga bergerak di bidang percetakan dan real estate itu, akan menjadi legenda selanjutnya, setelah Sharp, Vodafone dan AIG yang pernah sukses menjalin kerjasama dengan MU, meski tidak sedikit dana yang harus mereka gelontorkan.
Vodafone sebelum berakhirnya kontrak pada musim 2006, harus mengeluarkan 10 juta pound untuk masa lima tahun. Rekor itu kemudian dipecahkan oleh Chelsea saat klub asal London itu menggandeng Samsung. Tak kurang 50 juta pound menjadi mahar yang harus disiapkan vendor asal Korea itu, mulai musim kompetisi 2006-2011, menggeser sponsor sebelumnya, maskapai penerbangan UEA, Emirates.
Mengapa tim sepakbola menjadi incaran sponsor? Untuk mencari jawabnya barangkali kita bisa meminjam pernyataan Suzzane Benfield, konsultan desainer pada Boehme Filatex Inc. Menurutnya, seperti halnya selebirities seperti aktor, aktris dan penyanyi, atlet profesional termasuk para pesepak bola, kini juga menjelma menjadi icon budaya pop. Mereka ini adalah lifestyler yang dapat menjadi penentu arah trend, baik dalam hal fashion, automotive maupun gadget-gadget yang mendukung gaya hidup.
Fenomena David Beckham, mempertegas hal ini. Mantan kapten The Three Lions ini adalah ikon budaya pop paling ulung. Gaya berpakaian dan model rambutnya, mampu menyihir remaja-remaja di seluruh dunia. Termasuk mereka yang sebenarnya tidak pernah main sepak bola!
Alhasil, meski dunia sedang di rundung resesi, tampaknya minat perusahaan untuk tetap mensponsori klub-klub sepak bola tak kan pernah surut. Simbiosis mutualisma, akan selalu mendasari jalinan kerjasama antara dunia olahraga dan bisnis. Dan, karena terpaan krisis, kali ini giliran perusahaan-perusahaan papan atas Asia mulai berjaya di pentas olahraga dunia.
No comments:
Post a Comment