Monday, July 6, 2009

Demam Broadband Internet



Diam-diam broadband internet kini sudah menjadi gaya hidup baru masyarakat Indonesia. Dipicu oleh berbagai faktor seperti device yang semakin terjangkau terutama ponsel dan netbook, serta murahnya harga berlangganan, internet broadband memang tengah happening di Indonesia. Hal ini ditambah lagi dengan fenomena BlackBerry yang kental dengan aroma gaya hidup. Alhasil, kini jumlah pengguna internet diperkirakan sudah mencapai 30 juta. Padahal tahun lalu, angkanya masih dibawah 20 juta pelanggan.

Lonjakan ini terutama dipicu oleh layanan mobile internet yang semakin gencar ditawarkan oleh operator-operator ponsel. Dengan harga berlangganan yang semakin murah, trend pertumbuhan pelanggan dipastikan akan terus meningkat di masa yang akan datang. Banyak kalangan meyakini, hingga akhir 2009 total pelanggan akan menembus 50 juta.

Kondisi ini jelas menggembirakan. Pasalnya, penetrasi internet di Indonesia masih dibawah 10%. Tergolong sangat rendah dibandingkan dengan Negara-negara lainnya. Dalam Networked Readiness Index yang dikeluarkan World Economic Forum, Indonesia mendapat peringkat ke 76, jauh di bawah Malaysia dan Thailand.

Namun, agar tidak mengulangi kasus Indosat beberapa waktu lalu, operator dapat mengambil pelajaran penting agar tidak ditinggalkan pelanggan. Setidaknya ada lima sisi yang mengemuka dari internet broadband, yakni quality of service, harga yang terjangkau, koneksi yang cepat, dukungan teknologi terkini, costumer service yang helpful, dan brand operator yang kuat.

Apa yang dialami Indonesia juga menjadi cerminan bahwa dunia tengah demam dengan layanan internet broadband. Survey yang dirilis oleh lembaga riset terkemuka, OVUM Strategy Analytics, menyebutkan bahwa pada 2012 mendatang, total pelanggan internet broadband akan menembus 1,8 milyar pengguna. Selain device yang semakin terjangkau, lonjakan ini dipicu oleh semakin banyaknya operator yang sudah bermigrasi ke layanan 3G atau 3,5G.

Catatan Global Mobile Suppliers Association (GSA) menunjukkan pada 2008, terdapat 228 operator WCDMA atau 3G di 94 negara. Sementara jumlah operator yang sudah mengaplikasikan layanan 3,5G atau HSPA mencapai 207 operator yang tersebar di 89 negara. Kombinasi keduanya sudah menjangkau 240 juta pengguna. Operator nomor satu di Jepang, NTT DoComo menjadi salah satu operator dengan pencapaian mobile internet tertinggi. Lebih dari 80% pelanggan mereka, terbiasa menggunakan internet pita lebar. GSA juga mencatat, sebanyak 800 perangkat berbasis HSPA dan 120 supplier, menjadi bagian dari momentum pertumbuhan itu.

Maraknya operator yang bermigrasi ke 3G atau 3,5G dengan sendirinya akan mendorong penggunaan mobile internet semakin massif. Alhasil, GSA menyimpulkan bahwa 75% pengguna internet pada 2013 mendatang akan didominasi oleh pelanggan mobile.

Meski generasi 3,5 (WCDMA dan HSPA) mulai banyak diadopsi oleh para operator di seluruh dunia, namun perkembangan teknologi broadband di masa datang semakin menjanjikan, terutama dari sisi kecepatan. Seperti diketahui, HSPA saat ini memiliki kecepatan akses data 1,4 Mbps. Kecepatan ini dapat bertambah drastis, jika operator bermigrasi ke HSPA+ yang menawarkan akses data pita lebar hingga 5,8 Mbps.

Dalam perkembangannya, HSPA+ juga terus mengalami evolusi. Vendor jaringan seperti Ericsson belakangan semakin getol memperkenalkan Long Term Evolution (LTE). Menurut Mikael Back, Chief Officer WCDMA Radio Network, LTE didesain sebagai standar jaringan bergerak masa depan menggantikan standar jaringan sebelumnya. ”Beragam aplikasi yang ditawarkan oleh operator, nantinya akan bertumpu pada komunikasi data. Dengan kecepatan yang tinggi, waktu jeda yang rendah maka pelanggan akan dapat menikmati kecepatan unduh yang luar biasa”, ujar Back.

Untuk mendukung platform baru itu, Ericsson telah mendemonstrasikan prototipe LTE pada ajang 3GSM World Congress di Barcelona 2008. Hebatnya, LTE mampu mentransfer data dengan kecepatan hingga 100 Mbps.

Back juga menyebutkan bahwa LTE memiliki kesesuaian dengan produk-produk GSM generasi sebelumnya. Itu berarti LTE dapat berjalan pada semua pita frekwensi yang memiliki lisensi dari 450 MHz (time division duplexing) hingga 2,5 MHz (frequency-division duplexing). ”Dengan berjalan pada kedua frekwensi itu, pada akhirnya LTE akan berdampingan dengan teknologi standar yang telah ada”, ungkapnya.

No comments: