Friday, July 17, 2009
Erwin Aksa, Jadikan Bosowa Grup Bisnis Terkemuka
Bagi Bosowa Corporation, 2008 merupakan tahun yang membanggakan. Betapa tidak, semua unit bisnis pada tahun itu sukses melampaui target pendapatan. Dan hal tersebut jelas sangat membahagiakan Erwin Aksa. Upaya restrukturisasi yang dijalankannya, sejak didapuk sebagai CEO pada 1997 silam, mulai membuahkan hasil yang signifikan.
Dalam perbincangan saya dengan pengusaha muda ini, terungkap berbagai rencana strategis untuk meningkatkan pertumbuhan Bosowa pada tahun-tahun mendatang. Pada 2008, divisi semen yang merupakan tulang punggung Grup Bosowa mencatat kenaikan pendapatan hingga 25%. Keberhasilan merestrukturisasi utang dengan bank pemberi pinjaman yakni Bank Mandiri dan Bank BNI, dilanjutkan dengan pembangunan pabrik tahap 2 di Maros, Sulawesi Utara memberi dampak yang sangat signifikan bagi pertumbuhan divisi ini.
Selain Maros yang merupakan basis produksi, saat ini Bosowa sedang membangun pabrik semen baru di Batam. Tujuannya untuk memenuhi permintaan pasar dari Singapura, Kepulauan Riau, dan wilayah Sumatera lainnya. Ia mengungkapkan sejumlah keuntungan membangun pabrik di Batam. Pertama, dari segi logistik, lebih mudah mendapatkan kapal-kapal di Batam yang bisa membawa material dari berbagai negara. Seperti diketahui, untuk memproduksi semen dibutuhkan sejumlah material dari luar negeri. Lalu, di sana juga ada insentif pajak sehingga tak ada impor duty. Dan yang terpenting, konsumsi semen di Batam dan sekitarnya sedang bagus-bagusnya.
Setelah Batam, Bosowa juga sedang menjajaki pembangunan pabrik semen berikutnya di Jawa Tengah. ”Ada tiga-empat lokasi yang kami incar. Mudah-mudahan pada 2010, kami sudah bisa melakukan konstruksi,” tambahnya. Menurut Erwin, setelah beberapa tahun sempat mati suri, pasar semen dalam empat tahun terakhir mencatat pertumbuhan sangat bagus. “Apalagi di kawasan Indonesia Timur, pertumbuhan industri semen jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Jawa, malah mungkin melebihi pertumbuhan nasional”, ungkapnya.
Sejauh ini pasar semen di kawasan Indonesia Timur, masih didominasi Semen Tonasa, yakni sekitar 50%, disusul Semen Bosowa 40%. Sisanya 10% dikuasai Indocement. Untuk pasar nasional, imbuh Erwin, pangsa pasar Semen Bosowa masih terbilang minim, yakni 5%. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pada 2008, tiga produsen besar semen menguasai 89,4% pasar semen,yakni Semen Gresik Group sebesar 43,7%, Indocement 31,6%. dan Holcim Indonesia 14,1%. Bahkan di Jawa, tiga produsen itu menguasai 98,7% pangsa pasar. Sedangkan di luar Jawa, ketiga produsen papan atas itu mencaplok 78,2% pangsa pasar.
”Karenanya untuk meningkatkan market share, pada pertengahan tahun 2009, Semen Bosowa akan meningkatkan kapasitas sebesar 2 juta ton. Kalau sekarang sekitar 1,8 juta ton. Nanti akan menjadi 3,8 juta ton”, beber Erwin. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya menganggarkan dana investasi sekitar US$ 150 juta dengan waktu pembangunan mencapai 3 hingga 4 tahun. Untuk mendanai investasi itu, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk mengundang strategic partner. Ewin mengungkapkan, sejauh ini sudah ada tiga perusahaan semen asing yang berminat menjadi mitra strategis Bosowa, yaitu The Siam Cement Co Ltd dari Thailand, YTL Corporation Berhad dari Malaysia dan Lavarge SA dari Perancis.
Sebelumnya untuk mendanai langkah investasi, Erwin menargetkan pada awal 2009, Bosowa sudah melangkah ke lantai bursa. Dari hasil IPO sebesar 30% saham, diperkirakan dana yang diraih sekitar Rp 1 triliun. Namun menurut Erwin, dengan melihat kondisi ekonomi dan bursa yang belum kondusif, pilihan IPO tampaknya masih harus dikaji. Dengan kata lain, pihaknya saat ini lebh memprioritaskan opsi strategic partner. Setelah memiliki strategic partner, Bosowa menargetkan bisa menaikkan produksi 2 juta ton lagi dalam empat tahun sehingga mencapai total 5 juta ton per tahun.
Selain semen yang semakin kinclong, empat divisi lain yakni otomotif, infrastruktur, properti dan financial services juga melesat pertumbuhannya. Mengikuti trend positif penjualan mobil pada 2008, divisi otomotif sukses membukukan penjualan 4,053 unit atau meningkat 78% dibanding 2007. Begitu pun dengan tiga divisi terakhir yang mencatat kenaikan pendapatan 29%, 97%, dan 50 %.
Buat Bosowa Group, bisnis otomotif memang sudah mendarah daging. Sejak terjun di ke bisnis ini pada 1973 dan mengageni penjualan mobil Datsun pada 1978, kiprah Bosowa terus berkibar. Saat ini Bosowa merupakan dealer Mitsubishi, Mercedes-Benz, Hyundai dan Proton di Makassar. Selain menggandeng ATPM, sayap bisnis Bosowa juga merambah ke bidang penyewaan mobil dan taxi. Di bisnis rental mobil, saat ini armada Bosowa diperkuat dengan 250 mobil yang melayani konsumen 24 jam. Sementara di bisnis taxi, Bosowa menguasai 50% market share di Makassar, serta 10% di Surabaya.
Untuk memperkuat pembiayaan konsumen khususnya otomotif, Bosowa membangun PT Bosowa Multi Finance (BMF). Saat ini BMF telah memiliki enam cabang yang khusus melayani pasar di kawasan Indonesia Timur. Sebelumnya, Bosowa juga sukses merebut kue asuransi. Lewat PT Asuransi Bosowa Periskop, jasa yang ditawarkan Bosowa mencakup general insurance, leasing dan financing. Sukses di dua bidang ini, membuat Bosowa berniat untuk memperluas cakupan bisnis ke perbankan.
Sementara di bidang infrastruktur, lewat bendera PT Nusantara Infrastructure
Tbk (NI), Bosowa semakin memperluas pembangunan jalan tol. Berbagai proyek yang sudah digarap oleh NI adalah proyek tol Reformasi di Makassar, BSD di Tangerang, Fourth Section yang menghubungkan kota Makassar dengan Bandara Hasanuddin, dan dalam waktu dekat Bosowa terlibat dalam proyek tol W1 yang menghubungkan Kebon Jeruk di Jakarta Barat dengan Penjaringan di Jakarta Utara.
Guna mengatasi ketersediaan listrik, Bosowa juga mengincar mega proyek pembangkit listrik. Diharapkan proyek masa depan ini, dapat mengatasi problem krusial yang menjadi hambatan pebisnis terutama di kawasan Indonesia timur menyangkut ketersediaan listrik PLN. Menurut Erwin, saat ini hampir setiap empat jam sekali listrik padam di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, termasuk Maros tempat beroperasinya pabrik Semen Bosowa. ”Krisis listrik ini jelas sangat merugikan karena berdampak pada inefisiensi”, ujarnya. Saat ini, melalui PT Bosowa Energi, Bosowa tengah membangun PLTD dengan kapasitas 13,4 Mw yang dibangun di kawasan Baruga, Bantimurang. Berdekatan dengan pabrik semen mereka di Maros. Dengan pola swa-service, Erwin berharap pembangunan PLTD menjadi solusi dari permasalah listrik yang kerap menghantui.
Bagaimana dengan divisi properti? Di bisnis ini, jasa perhotelan masih menjadi mesin uang Bosowa. Setelah melakukan akuisisi senilai 17 milyar dollar atas jaringan hotel bintang lima, The Imperial Aryaduta Hotel Makassar, Bosowa berniat untuk memperluas investasi dengan menyediakan dana tidak kurang dari 5,4 milyar dollar. Dana sebesar itu akan digunakan untuk membangun hotel berbintang di Manado, Makassar, dan resort bernilai Rp 10 miliar per unit di Bali. Untuk penyediaan gedung perkantoran, Bosowa sedang membangun Menara Bosowa di Makassar dan pembangunan menara serupa di Jakarta. Erwin juga mengungkapkan bahwa dirinya tertarik untuk bermain di bisnis tower telekomunikasi. Namun untuk yang satu ini, ia masih enggan mengungkapkan secara detail.
Meski sangat ambisius untuk memperbesar gurita bisnis Bosowa, Erwin menyebutkan bahwa pada tahun ini, langkah ekspansi Bosowa tidak akan secepat pada 2008. Pasar yang melesu karena daya beli masyarakat yang menurun akibat hantaman krisis global, menjadi penyebab dari kehati-hatian ini. Sebagai langkah konsolidasi, untuk saat ini ia pun akan tidak memperbesar ekspose utang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment