Thursday, July 30, 2009

Guntur Siboro dan Indosat


Masuknya Q-Tel sebagai pemegang saham mayoritas di Indosat, rupanya langsung berdampak terhadap nasib jajaran direksi. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar 11 Juni 2009 lalu, manajemen menyetujui pergantian direksi. Johnny Swandi Sjam akhirnya lengser dari posisi Dirut. Johny digantikan oleh CEO GE Money Harry Sasongko Tirtotjondro yang baru akan efektif bekerja pada 11 Agustus 2009.

Q-Tel tampaknya lebih menyukai manajemen yang bersifat ramping. Itu sebabnya, pada jajaran direksi baru, investor asal Timur Tengah ini menetapkan hanya terdapat empat direktur plus CEO. Bandingkan dengan manajemen sebelumnya, selain Presdir dan Wadirut terdapat delapan direktur lain.

Bila melihat komposisi direksi yang baru, Q-Tel hanya menyisakan dua yakni Wakil Direktur Kaizad Kaizad Bomi Heerjee dan Direktur Jabotabek dan Corporate Sales Fadzri Santosa. Nah, salah satu posisi direktur harus lengser adalah Direktur Marketing yang selama ini dijabat oleh Guntur Siboro.

Mengenai pergantian ini, saya menjadi teringat pembicaraan dengan Guntur Siboro disela-sela peluncuran IM3 Groove beberapa waktu lalu di FX Plaza. Baginya posisi Direktur merupakan kehormatan sekaligus tantangan. Saat menerima jabatan itu pada 2006, ia pun sudah siap dengan segala resiko, termasuk pergantian ditengah jalan seperti yang kerap terjadi di banyak BUMN.

Itu sebabnya pasca pengumuman reshuffle, Guntur tetaplah Guntur. Ia tetap dikenal sebagai sosok yang low profile, murah senyum dan bersahaja. Pastinya, banyak pihak terutama di Indosat yang merasa kehilangan karena pria kelahiran Singkawang ini, sudah menjadi mitra yang andal dalam membangun tim marketing Indosat ditengah ‘pertempuran’ yang cenderung mulai ‘berdarah-darah’ dengan operator lain.

Memang perjalanan karir seseorang memang tidak mudah diitebak. Siapa sangka, sebelum ’berpeluh-peluh’ dengan Indosat dan mencapai posisi Direktur Marketing, Guntur yang meraih Master pada Cornell University ini ternyata lebih dulu nyemplung ke dunia perminyakan. Pada 1998, Guntur memiliki karir cemerlang di PT Caltex Pacific Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Senior System Engineer pada Infosyst Planning Departement. Namun, pada 1999 ia memutuskan untuk meninggalkan raksasa perminyakan asal AS itu. Sebuah keputusan yang ia sebut ”bijak”, saat ia memilih untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya bagi Indosat.

Saat bergabung dengan Indosat, peraih MBA dari Monash University ini, semakin termotivasi dengan berbagai dinamika yang melingkupi perusahaan pelat merah itu. Apalagi berbagai posisi dan tugas diembannya, mulai dari divisi Satellite Operation, Network Operation, Business Development, Investor Relation, Marketing, Corporate Strategy, Kepala Divisi Regional Sumatera dan puncaknya sebagai Direktur Marketing. Dari berbagai pengalaman tersebut, jadilah Guntur sosok yang terbilang lengkap. Tak salah bila dibilang, Guntur adalah profesor di industri telekomunikasi.

Kelak setelah tidak lagi menjabat lagi, barangkali Guntur akan merealisasikan obsesinya yang selama ini belum kesampaian. Apa itu? Rupanya ia ingin memperbaiki sistem pendidikan di negeri ini, terutama menyangkut pendidikan dasar. Menurutnya, di AS basic pendidikan hanyalah membaca, menulis dan berhitung. Jika ketiga aspek ini menjadi acuan para pendidik di negeri ini, maka setidaknya berbagai masalah termasuk kualitas yang kerap menjerat dunia pendidikan kita, dapat teratasi. Itu sebabnya, jika kelak tidak lagi menjadi profesional, Guntur bertekad untuk menjadi akademisi dengan membangun sekolah berkualitas yang berpedoman pada ketiga aspek tadi.

Diluar obsesi yang idealis itu, pria yang hobby membaca dan bermain futsal ini masih berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3. Baginya gelar Master Engineering dan MBA, masih belum cukup. Guntur menyebutkan, program doktor akan bersifat paripurna. Selamat jalan Bang Guntur, semoga lebih sukses ditempat baru!

1 comment: