Monday, July 6, 2009

Budi Hartono, Sosok Dibalik Sukses Llumar


Muda, energik dan penuh semangat. Begitulah kesan yang muncul saat saya bersua dengan Budi Hartono. Ditemui di kantornya di bilangan Pondok Indah Jakarta, pria kelahiran Surabaya ini terkesan sangat menikmati hidupnya. Bisa jadi karena PT Perisai Sakti (PS) yang dikomandaninya, sudah membukukan prestasi yang menggembirakan. “Dalam beberapa tahun terakhir, rapor Perisai Sakti kini tidak lagi merah. Hal ini merupakan bukti dari konsistensi dan profesionalisme seluruh jajaran manajemen, sehingga akan terus memacu semangat kerja Llumar Indonesia di masa yang akan datang”, ungkapnya.

Hebatnya, pencapaian ini juga sejalan dengan popularitas Llumar sebagai produk kaca film dengan brand perception yang sangat positif. Umumnya, konsumen mengasosiasikan Llumar sebagai produk berkualitas namun dengan harga yang kompetitif. Sementara tag line : Made in USA, pun diyakini memiliki tuah yang cukup berpengaruh terhadap kualitas produk Llumar. ”Faktanya sejauh ini AS memang masih menjadi kiblat teknologi kaca film dunia”, ujar Budi.

Menurut penuturan Budi, kesuksesan membangun Llumar sesungguhnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Segudang tantangan membelitnya saat ia memutuskan untuk memegang lisensi sebagai distributor Llumar untuk pasar Indonesia. Hadir pertama kali pada 2002, produk Llumar masih kalah pamor dibandingkan dengan produk sejenis yang sudah malang melintang duluan, seperti V-Kool, Solar Guard, 3M atau Johnson. Sudah begitu, ia mewarisi utang milyaran rupiah dari para pemegang saham lama.

Namun berbekal keyakinan yang kuat, Budi tidak perlu berpikir panjang untuk menyatakan kesanggupannya untuk memimpin PS. Ia percaya, dengan penetrasi pasar yang masih terbilang rendah, produk-produk kaca film branded, seperti Llumar memiliki potensi pasar yang luas. Tak perlu menunggu lama, langkah-langkah pembenahan pun dilakukan. Pada tahun-tahun pertama, ia memfokuskan pada pembangunan jaringan pemasaran ke seluruh Indonesia. Dealer-dealer potensial di berbagai kota besar di Indonesia, direkrut untuk memperkuat armada penjualan. Pada sisi lain, langkah promosi pun juga digenjot. Budi tidak segan-segan menggelontorkan dana ratusan juta rupiah untuk membangun brand awarness Llumar.

Bahkan untuk aktifitas promosi, model out of box selalu menjadi ciri khas Llulmar. Ambil contoh pada 2004, ia membangun booth setinggi 11 meter pada ajang IAS (Indonesia Auto Show) yang menjadi rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Seolah tidak puas, ia melepaskan sebanyak 10 ribu balon Llumar ke udara, bertepatan dengan kampanye terakhir pemilu 2004 PDI-P di Parkir Timur Senayan. Aksi lepas balon itu pun juga berbuah penghargaan yang sama dari MURI.

Menurut Budi, bisnis juga merupakan seni. Itu sebabnya, ia meyakini kesuksesan bisnis juga bukan sekedar ditopang dari sumber daya konvensional, seperti modal, SDM atau dukungan jaringan pemasaran. ”Insting pun cukup berperan”, ujarnya. Ia menceritakan kisah unik yang dijalaninya pada awal membangun Llumar. Sadar akan keterbatasan anggaran, Budi terkesan berjudi karena pada dua bulan pertama ia ’sukses’ menghabiskan opex (operation expenditure) sebanyak Rp 800 juta, hanya untuk berkeliling ke Indonesia guna merekrut para dealer, serta untuk aktifitas promosi baik ATL maupun BTL. Alhasil, PS tidak memiliki modal lagi untuk membeli bahan baku Llumar langsung dari pabriknya di Martinsville, Virginia, AS.

Rupanya langkah-langkah promosi terbilang efektif. Konsumen mulai tergerak dan dealer-dealer di seluruh Indonesia mulai kebanjiran order. Namun tentu saja PS tidak dapat mengirim produk pesanan. ”Wong, bahan bakunya belum ada”, ungkap Budi sambil tertawa. Kondisi itu ia biarkan selama hampir dua bulan, sampai para dealer teriak-teriak.

Nah, pada puncaknya, Budi bersama timnya pun bergerak cepatnya. Ia menghubungi para dealer untuk meminta pembayaran di muka. Dan langkah ini terbilang efektif. Karena tidak ingin kehilangan peluang dan omzet yang sudah menunggu di di depan mata, semua dealer menyanggupi. Hasilnya, hanya dalam tempo singkat, terkumpul uang Rp 1,5 milyar, cukup untuk membeli bahan baku Llumar yang langsung didistribusikan ke seluruh dealer. Nah, dari situlah, imbuh Budi, bola salju Llumar mulai bergerak, sekaligus mampu menjawab kebutuhan konsumen.

Menurut Budi, jaringan pemasaran yang kuat memang menjadi salah kunci sukses Llumar. Kini saat produk life cycle Llumar mulai memasuki masa maturitas, ia membatasi jumlah dealer. Saat ini total dealer PS di seluruh Indonesia berjumlah 25. Bagi mereka yang masih ingin berminat menjadi dealer, Budi menetapkan syarat yang cukup berat. Yakni menyediakan “uang hangus” senilai Rp 50-75 juta. Mahar ini nantinya akan digunakan untuk keperluan promosi calon dealer bersangkutan sebanyak 30%, sisanya akan digunakan untuk promosi yang bersifat nasional. Budi menjamin, tak seperak pun dari dana tersebut mengalir ke rekening PS.

Sejatinya, imbuh Budi, tujuan dari mahar tersebut untuk menghargai keberadaan dealer-dealer incumbent. ”Karena mereka bersedia tumbuh dan berkembang bersama PS terutama pada waktu Llumar masih belum punya nama”, ujarnya.

3 comments:

Unknown said...

malu deh ihhh...hahaha

Anab Afifi said...

Foto Budi Hartononya mana? Malah cewek yang dipasang...

Unknown said...

@mas Anab Afifi : itu atas anda orangnya, hehe..
salam V pak Budi.. :)