Thursday, October 8, 2009

Bertahan di Era Digital


Kamera digital kini adalah mainstream baru dunia photograpi. Ironisnya ketika pasar terus bertumbuh dan menawarkan beragam peluang, beberapa pemain justru kedodoran bahkan tumbang.

Dunia photograpi memang selalu menyimpan legenda. Minolta misalnya, dikenal sebagai vendor pertama yang di dunia yang sukses merilis kamera jenis auto focus (single-lens reflex). Fuji berhasil mengembangkan film berkecepatan tinggi jenis 1600 yang membuat industri photograpi semakin bergairah. Sementara Nikon terkenal dengan legenda F-Series, kamera 3mm yang mampu bertahan hingga setengah abad.

Namun kini para vendor itu tengah berada dipersimpangan jalan. Meneruskan cerita sukses masa lalu atau berjuang ke landscape bisnis baru, digital trend.

Selama satu dekade terakhir, vendor kamera memang harus beradaptasi dengan revolusi digital yang tidak saja melahirkan teknologi mencengangkan, namun juga memunculkan pemain-pemain baru yang mampu menyodok pasar. Kehadiran Sony, Panasonic dan Samsung yang mampu mengawinkan lompatan teknologi dan kemudahan ala digital, membuat kinerja produsen kamera tradisional terseok-seok.

Alhasil, suka atau tidak suka, kamera film (black scroll film) yang sebelumnya mendominasi harus bersiap-siap untuk masuk masuk museum atau cukup dikenang sebagai salah satu cinderamata abad 19.

Memang, revolusi digital tengah menyerbu industri photograpi dunia. Catatan lembaga survey InfoTrends menunjukkan hal tersebut, dimana lebih dari ¾ kamera yang terjual di seluruh dunia, saat ini didominasi oleh kamera digital. Itu sebabnya, kebutuhan akan digital image pun melonjak. Diperkirakan pada 2010 mendatang, 90% hasil photo profesional berasal dari digital image, naik hingga 20% dibanding dengan kondisi saat ini.

Revolusi digital juga secara cepat mengubah situasi yang sebelumnya adalah comfort zone bagi produsen kamera konvensional. Langkah penyelamatan pun terpaksa dilakukan bila tidak ingin terkubur dari persaingan. Mereka tentu tidak ingin bernasib seperti Konika Minolta yang terpaksa harus menutup divisi kamera dan menjualnya aset-asetnya ke Sony Corp. Atau AgfaPhoto yang bernasib lebih mengenaskan, bangkrut dan kemudian harus dilikuidasi.

Buntutnya, berbagai langkah drastis pun dilakukan. Produsen kamera terbesar di dunia, Nikon, telah menghentikan tujuh hingga sembilan kamera film dan akan berkonsentrasi pada pengembangan kamera digital. Fuji Film telah merumahkan 5.000 karyawan dan memilih memperluas cakupan bisnis pharmaceuticals, meski harus menggelontorkan dana tak kurang dari 8,5 juta dollar AS. Padahal sebelumnya Fuji dikenal sebagai jawara kamera film selama hampir dua dekade, terutama untuk jenis kamera pocket.

Agar tidak kehilangan momentum, Nikon dan Fuji memang terus berpacu dengan waktu. Beragam produk canggih pun diluncurkan dan berharap pasar pasar merespon dengan baik. Fuji misalnya, belum lama ini memperkenalkan kamera yang dapat menghasilkan gambar dan video sekelas 3 dimensi. Harganya yang mahal, sudah pasti akan menyasar segmen high-end.

Tanpa membutuhkan kacamata khusus, penikmat foto kini dapat melihat gambar dan video berformat 3D. Kamera jenis ini telah diproduksi oleh vendor kamera asal Jepang, Fujifilm, dengan harga sekira 570 euro. Kamera 3D dengan nama seri FinePix REAL 3D W1 ini berdesain mirip dengan sebuah kamera digital poket biasa. Namun dia dilengkapi dengan dua buah lensa dan dua buah sensor. Kedua sensor dan lensa itu, masing-masing berfungsi sebagai penangkap gambar latar depan dan latar belakang sebuah objek.

"Setelah kedua lensa dan sensor itu bekerja, prosesor dalam kamera akan menyatukan kedua imej untuk menyajikan gambar dan video berformat 3D," ujar Manager Produk Digital Fujifilm Theo Georghiades. Semua orang bisa melihat hasil tangkapan gambar dengan berbagai cara. Baik melalui layar berukuran 2.8 inci yang terintegrasi atau melalui sebuah bingkai digital berukuran 8 inci.

Fuji film diklaim sebagai perusahaan kamera pertama yang berhasil menggelontorkan kamera 3D digital sejak era digital mulai masuk ke dunia fotografi.

No comments: