Tuesday, October 27, 2009

Bau Kematian Aora TV


Sekitar sepekan sebelum lebaran lalu, seorang dirut sebuah perusahaan TV berbayar (pay TV) membisikkan kepada saya bahwa perusahaan pesaingnya tengah kesulitan likuiditas dan terancam kolaps. Namun buru-buru ia menandaskan bahwa informasi itu bersifat off-the record.

Kini sebulan setelah sinyalemen itu, fakta mulai terkuak. Aora TV, operator televisi berbayar milik PT Karya Megah Adijaya, telah merumahkan 90% dari 120 orang karyawannya pada September lalu, setelah tidak lagi menayangkan Liga Inggris musim 2009/2010.

Tentu saja banyak kalangan yang tidak mempercayai bahwa Aora TV bakal tumbang. Pasalnya sejak mentalnya Astro TV karena terganjal regulasi, pamor Aora TV menjulang. Pertumbuhan pelanggan Aora melesat sejak dipastikan memegang hak siar Liga Inggris 2008/2009. Bayangkan, baru dua bulan pertama memegang lisensi itu, jumlah pelanggan mencapai 20.000 pada Oktober 2008.

Sayang manajemen Aora menurutnya tidak mempersiapkan skenario terburuk untuk menyiasati kelanggengan usahanya. Terbukti ketika tvOne ikut menyiarkan Liga Inggris beberapa bulan berikutnya, sedikit demi sedikit pertumbuhan pelanggan tersebut tersendat. Walhasil, target pemasukan yang diidamkan dapat menutupi investasi besar untuk membeli hak siar tersebut ikutan hangus.

Seperti diketahui, pada 19 Agustus 2008 dalam pertemuan Editors Club di Portovenere Resto, Ritz Carlton Hotel Mega Kuningan, Direktur Utama Aora TV Ongky P Soemarno menyebut perusahaannya membeli hak siar tersebut sekitar US$ 20 juta. Alias Rp 184 miliar dengan kurs waktu itu Rp 9.200 per dolar.

Tampaknya Aora TV terlalu over confidence dengan selalu bicara mengambil hak siar sendirian. Sehingga tidak mengantisipasi masuknya tvOne di Liga Inggris. Akibatnya mereka tidak bisa melanjutkan siaran Liga Inggris karena tersandung dana. Karena untuk bisnis seperti ini membutuhkan dana yang besar sekali. Kegagalan Liga Inggris 2008/2009, rupanya menjadi pangkal dari kesulitan Aora TV.Parahnya lagi, untuk musim kompetisi 2009/2010, hak siar liga Inggris dibagi rata ketiga stasiun TV, masing-masing TV One, Yes TV dan Indovision.

Masalah tidak berhenti sampai pemecatan karyawan saja. Pasalnya, Aora ternyata juga belum mengembalikan uang jaminan sebesar Rp 100 juta sampai Rp 200 juta yang disetorkan 2.000 dealernya di seluruh Indonesia. Selama ini untuk menjadi dealer, mereka harus menyerahkan uang jaminan Rp 100 juta sampai Rp 200 juta. Sampai sekarang uang jaminan mereka belum dikembalikan. Akibatnya banyak dealer sudah tidak percaya lagi dengan Aora TV.

Ketika dikonfirmasi mengenai perumahan karyawan, Asisten Presiden Direktur Aora TV Gaby Motuloh sama sekali tidak membantahnya. "Tapi penyebabnya bukan mutlak Aora. Karena sejak terestrial masuk, penggemar Liga Inggris kan tidak harus membeli pay tv," katanya.

Hal tersebut ditunjukkan dengan berhenti melonjaknya jumlah pelanggan Aora TV. Dalam catatan Gaby, sampai Agustus 2009 jumlah pelanggannya hanya sebanyak 23.500.

Kekhawatiran memuncak, karena Aora TV tidak lagi menyiarkan Liga Inggris musim 2009/2010. "Begitu masuk musim baru dan Aora tidak pegang hak siar banyak pelanggan yang berhenti. Karena Liga Inggris juga disiarkan oleh terestrial TV," keluhnya.

Menurut Gaby, saat ini Aora tengah mencari mitra strategis untuk melanjutkan pengembangan bisnisnya. Mitra strategis yang dimaksud, diharapkan dapat bekerja sama dalam semua aspek mulai dari segi pendanaan sampai operasional. Namun, ia tidak bersedia menyebutkan perusahaan yang tengah dijajaki untuk menjadi mitra.

Apakah Aora TV akan bernasib sama dengan Astro TV?

2 comments:

Armang said...
This comment has been removed by the author.
Armang said...

Aora sampai sekarang masih tayang dan menjadi tayangan favorit karena murah meriah untuk kami kalangan marginal bawah ke bawah yang sinyal antena tv lokalnya ancur banget di daerah kami sehingga keberadaan aora dengan iuran yg murah sangat membantu.