Friday, October 9, 2009
Canon Global Vs Canon Indonesia
Era digital memunculkan Canon sebagai salah satu jawara. Namun, krisis ekonomi global memang berdampak cukup berat terhadap banyak produsen digital imaging, termasuk Canon Corp. Produsen kamera digital terbesar di dunia, melaporkan terkikisnya profit di kuartal terakhir tahun lalu sebesar 81%. Perusahaan ini juga memprediksikan penurunan pendapatannya hingga dua per tiga dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lantaran menyusutnya permintaan kamera dan menguatnya yen terhadap dolar AS.
Prediksi tahunan Cannon dilihat sebagai indikator pendapatan dari eksportir Jepang untuk tahun ke depan. Maklum, sementara sebagian besar perusahaan di Jepang tutup buku pada 31 Maret, bisnis Canon tutup buku pada 31 Desember.
Canon yang juga memimpin atas Sony dan Nikon Corp untuk pasar kamera digital, tidak memberikan prediksi dividen untuk tahun kerbau ini.
Untuk mengurangi beban biaya, Canon mengatakan bakal memangkas ongkos produksinya sebesar 70 miliar yen sepanjang tahun 2009 ini. Pasalnya, perusahaan elektronik, termasuk Canon, harus berhadapan dengan krisis yang memaksa mereka harus menghitung ulang produksinya dan memangkas pekerjanya.
"Pendapatan seperti ini tidak bisa dihindarkan dalam kondisi perekonomian yang tidak semestinya," tukas Mitsushige Akino, Chief Fund Manager untuk Ichiyoshi Investment Management.
Berbeda dengan kondisi di Eropa dan Amerika Utara yang cenderung mengerut, pasar Indonesia terbilang tetap cerah. “Pasar kamera digital terus tumbuh, tidak hanya di kota-kota besar namun juga berbagai daerah lain di Indonesia. Itu sebabnya tidak ada perubahan target pencapaian Canon dari yang ditetapkan sebelumnya”, pungkas Direktur Divisi Canon, Datascrip, Merry Harun.
Merry menjelaskan, sesuai trend saat ini pertumbuhan kamera digital didominasi oleh kamera jenis saku (compact). Dari 800 ribu unit target kamera yang diprediksi akan terjual di 2009, Canon mematok target penjualan sebanyak 230 ribu unit. Untuk jenis kamera tersebut, Canon tetap mengandalkan dua varian, IXUS dan PowerShot.
IXUS lebih ditujukan bagi pengguna yang memerlukan sebuah produk yang sederhana namun bergaya, sementara PowerShot ditujukan bagi pengguna yang menginginkan fungsi lebih dari sekedar kamera biasa. Sejauh ini pasar terbesar diserap PowerShot, yakni sebanyak 60% dan Ixus 40%. Tidak seperti kamera jenis DSLR, dimana Canon menguasai market share hingga 60%, pada segmen compact, vendor asal Jepang ini hanya menguasai 25% pangsa pasar karena ketatnya persaingan.
Menurut Merry, Canon tidak ingin terjebak dalam perang harga yang cenderung terjadi akhir-akhir ini, terutama di segmen entry level. Seperti halnya ponsel, sejumlah brand mematok harga dibawah Rp 1 juta. Kondisi itu memang memicu kenaikan permintaan, namun bagi Canon, kualitas adalah nomor satu sehingga Canon lebih cenderung bermain di segmen mid to high end. “Segmen ini tidak terlalu terpengaruh dengan harga. Perbedaan harga Rp 300 – Rp 500 ribu bukan halangan, sepanjang produk yang dibeli terkenal dengan kualitas dan layanan purna jual”, tukas Merry.
Untuk mendukung pertumbuhan penjualan, memasuki semester kedua 2009, Canon meluncurkan jajaran kamera digital terbaru dari seri PowerShoot dan IXUS. Mereka adalah: Canon PowerShot G11, S90, SX 20, SX 120 IS, IXUS 200 IS dan IXUS 120 IS. Kamera-kamera itu ditawarkan dengan harga bervariasi, terendah Rp 3,1 juta dan termahal Rp 5.750 ribu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment