Tuesday, November 10, 2009

Prospek Ritel Modern Masih Menjanjikan


Prospek industri ritel modern masih menjanjikan pertumbuhan yang cukup baik tahun ini yaitu sekitar 5-10 persen, meskipun melambat dibandingkan tahun lalu menyusul meluasnya dampak krisis global yang menyusutkan likuiditas di dalam negeri.

"Prospek industri ritel di Indonesia masih sangat baik, masih menjanjikan pertumbuhan
investasi maupun omzet," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Benjamin J Mailool, di Jakarta. Ia menjelaskan sejumlah faktor yang ada di dalam negeri masih menjadi daya tarik investor untuk masuk dan mengembangkan bisnis ritel modern di negeri ini. "Industri ini (ritel modern) masih menarik bagi pendatang atau investor baru," katanya.

Benjamin menyebut jumlah populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 230 juta jiwa
merupakan pasar yang besar. Selain itu, penetrasi ritel modern di dalam negeri relatif masih kecil yaitu berdasarkan riset AC Nielsen satu juta penduduk hanya dilayani 52 ritel modern. Bahkan tingkat penetrasi industri ritel modern di Indonesia paling kecil di kawasan Asia Pasifik.

Ia juga melihat perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang didukung oleh meluasnya penggunaan kartu kredit mendorong kebutuhan ritel modern semakin meningkat. "Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya mal yang sangat mendukung tumbuhnya ritel modern, sehingga terjadi tren modernisasi pola hidup konsumen di Indonesia," katanya.

Pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan ritel modern sangat pesat. Pada tahun 2008,
pertumbuhan omzet ritel modern mencapai sekitar 20-22 persen dan tahun ini pertumbuhan masih terjadi meskipun sedikit melambat. "Pada tahun ini dibandingkan tahun lalu pertumbuhan (omzet) ritel modern diperkirakan masih tumbuh, namun hanya lima sampai 10 persen," ujarnya.

Menurut dia, hal itu terkait dengan melambatnya pertumbuhan pembangunan mal di dalam negeri akibat terbatasnya likuiditas, sehingga ekspansi gerai ritel modern pun melambat. Selain itu, meluasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kekhawatiran meluasnya dampak krisis global membuat konsumen lebih menghemat pengeluaran mereka. "Kondisi itu juga menyebabkan banyak perusahaan ritel modern berhati-hati melakukan ekspansi penambahan gerai mereka, yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan omzet maupun investasi," ujar Benjamin.

Namun secara keseluruhan, ia menilai industri ritel modern memiliki daya tarik yang kuat bagi investor asing maupun domestik baik tahun ini maupun tahun-tahun mendatang mengingat ekonomi Indonesia juga terbukti tahan terhadap krisis global dibandingkan negara lainnya.

Benjamin hanya berharap pemerintah mendukung pertumbuhan ritel modern dengan kebijakan yang pro pasar sehingga tidak menghambat perkembangan industri ritel modern. "Banyak peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam mengatur ritel modern. Tapi prinsipnya kami berharap peraturan tersebut pro pasar yang bisa mengikuti dinamika perkembangan ritel modern dan dengan tepat mengatasi masalah yang dihadapi," katanya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Distribusi, dan
Logistik Benny Sutrisno juga optimis bisnis ritel modern termasuk sektor yang menarik bagi investor asing karena pasar Indonesia yang besar dengan daya beli yang terus tumbuh, sehingga pemerintah perlu membuat aturan yang kondusif bagi pertumbuhan bisnis tersebut tanpa mengabaikan kepentingan nasional yang ingin dicapai.

"Bisnis ritel modern itu paling menjanjikan dan setiap negara memiliki aturan sendiri-sendiri. Pemerintah (Indonesia) berhak membuat aturan (ritel modern) sesuai dengan kepentingan nasional yang ingin dicapai," ujarnya. Oleh karena itu, ia berharap peraturan yang sudah ditetapkan -- yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern yang disusul dengan Permendag 53 Tahun 2008 tentang hal yang sama -- dijalankan dulu secara konsisten baik oleh pemerintah maupun pelaku.

Perlu Dukungan Pemerintah
Meski menjanjikan, Pembina Aprindo sekaligus CEO Matahari Group of Departement Store Hari Darmawan, menilai komitmen pemerintah belum sadar bahwa sektor ritel sangat penting. Seharusnya ritel harus menjadi ujung tombak ekonomi, karena selama ini 70% kegiatan konsumi nasional berasal dari sektor ritel.

Untuk itu, peningkatan daya beli masyarakat sangat penting untuk menggenjot sektor ritel dan hal ini tentunya sudah menjadi kewajiban pemerintah. Selain itu, kebijakan yang dibuat pemerintah harus konsisten dan tidak mencampuri lebih dalam soal bisnis ritel.

"Industri ritel yang penting, justru tidak ada perhatian. Pejabat kita belum mengerti ritel, Indonesia masih ketinggalan jauh," ucapnya. Ia mencontohkan saat ini Indonesia menjadi negara satu-satunya yang mengatur mengenai trading term, yang merupakan praktek bisnis yang seharusnya pemerintah tidak ikut campur yaitu hubungan antara pemasok dengan peritel.

Penetrasi ritel asing ke pasar dalam negeri makin tak terbendung. Setidaknya ada 4 peritel asing yang mencoba menjajaki pasar ritel Indonesia seperti Wallmart, Central, Casino dan Tesco. Tak hanya peritel asing yang baru, peritel asing yang sudah mapan di dalam negeri seperti Carrefour pun makin kuat mencengkram kukunya mengusai pasar.

Menurut pengamat ritel Hidayat, kekuatan peritel-peritel asing ini bukan sesuatu yang aneh. Jika menengok negara asal Carrefour, misalnya, kebijakan Perancis sangat ketat terhadap pengembangan ritel.

Perancis memiliki kebijakan mendorong pengembangan ekonomi dengan memberikan suku bungan yang rendah ke sektor prioritas seperti manufaktur. Namun kebijakan yang diberikan untuk sektor ritel justru kebalikannya.

Hal inilah yang membuat ritel seperti Carrefour mencoba mengembangkan strategi bertahan dengan mengambil marjin tipis namun mengejar perputaran atau penjualan barang yang tinggi.

Sehingga tidak mengherankan, ketika mereka ekspansi ke luar negeri termasuk Indonesia yang bunganya lebih rendah, maka strategi ini sangat efektif untuk merajai atau memenangkan persaingan di ritel domestik. "Carrefour masuk ke Indonesia yang bunganya rendah, perputarannya tinggi. Maka tak heran bisa merajai," kata Hidayat.

No comments: