Wednesday, November 4, 2009

Kaca Film Bukan Sekedar Gelap


Banyaknya produk kaca film yang beredar di pasaran, membuat pilihan konsumen tidak lagi terbatas pada satu atau dua merek saja. Begitu pun pilihan terhadap harga, konsumen dapat menentukan dari yang terendah hingga yang paling tinggi. Namun keterbatasan informasi sering memunculkan persepsi keliru terhadap pilihan kaca film.

Harus diakui, pengetahuan masyarakat akan kaca film masih terbilang rendah. Minimnya informasi, membuat konsumen sering salah kaprah dalam memilih produk kaca film yang berkualitas. Repotnya, kondisi ini kerap dimanfaatkan oleh pada trader dalam menjual produk yang sesungguhnya punya kualitas jelek. Alhasil, tidak jarang banyak konsumen mengeluh karena pasca pemasangan kaca film, ruang di dalam kabin masih sumpek dan tetap panas.

Dari sekian banyak persepsi yang keliru mengenai kaca film, persoalan warna antara gelap dengan kaca film yang bening, terbilang paling sering ditemukan.

"Sebenarnya bukan masalah warna, gelap atau bening. Tapi kualitas yang ditentukan oleh lapisan kaca film itu sendiri. Contohnya yang bening malah daya tolak panas dan sinar UV-nya bisa sampai 95%, dibandingkan dengan warna gelap yang hanya 60%. Gelap atau bening, itu cuma fashion," ujar Mulyono Adi bos spesialis Kaca Film.

Ia mencontohkan, kaca film yang bagus, biasanya mengandung kadar metal yang tinggi, sehingga daya tolak terhadap panas dan UV terjaga. "Dengan pemasangan kaca film yang benar dan berkualitas, tentunya membuat ruang kabin menjadi adem tanpa harus memutar panel AC secara maksimal," ujarnya.

Dan efek lain dari penggunaan kaca film yang berkualitas adalah penghematan BBM. Karena dengan kaca film yang bagus, akan mengurangi kerja AC dan akhirnya meringankan beban mesin, karena kerja kompresor AC menjadi tidak berat. "Tentunya bisa sedikit menghemat BBM, juga tidak merusak ozon karena freon berlebih," ujar Mulyono.

Struktur Material
Karenanya untuk mengetahui kualitas kaca film, kita perlu memperhatikan struktur material yang terkandung pada kaca film yang kita gunakan. Karena seperti yang kita ketahui, sinar matahari mengandung beragam unsur dan efek radiasi berbeda terhadap kesehatan.

Parameter Pertama adalah sinar ultraviolet (UV) yang memiliki panjang gelombang di bawah 400Nm. Oleh para ahli, radiasi dari UV-A, UV-B dan UV-C inilah yang dianggap paling merugikan dengan resiko tertinggi adalah menyebabkan kanker kulit. Sementara terhadap mobil, pancaran UV dapat cepat membuat pemudaran warna interior.

Kedua, visible light (VL). Ini adalah pancaran sinar yang dapat ditangkap mata kita secara jelas. Sinar dengan panjang gelombang antara 400Nm hingga 700Nm ini adalah semua yang mata kita bisa lihat. Orang yang buta, tidak memiliki sama sekali visible light ini.

Ketiga adalah infra red. Sinar ini mempunyai panjang gelombang lebih dari 700 Nanometer (Nm). Unsur inilah yang menimbulkan rasa panas pada permukaan kulit. Bila didiamkan terlalu lama berinteraksi dengan kulit, unsur ini akan membuat kulit berwarna gelap. Kondisi tersebut sebagai reaksi dari pigmen yang terkandung pada kulit.

Pembahasan tentang infra red ini paling menarik, karena banyak supplier kaca film yang mengedepankan kualitas penolakan infra red sebagai acuan kualitas sebuah produk kaca film.

Persepsi ini harus diluruskan, karena infra red masih terbagi menjadi nir infra red (NIR) dan far infra red (FIR). Dimana letak perbedaannya? NIR bisa kita rasakan panasnya, sedangkan FIR tidak dapat kita rasakan panasnya, namun tetap berdampak bagi tubuh kita.

Selain itu, sampai saat ini ”BELUM” ada portable equipment yang bisa menghitung seberapa besar infra red rejected secara akurat pada sebuah produk kaca film, karena semua portable equipment yang dimiliki para pemain kaca film hanya memiliki kemampuan menghitung pada rentang 880 Nm hingga 1100 Nm saja, sedangkan rentang infra red dalam spektrum matahari adalah dari 700 Nm hingga 2500 Nm.

Kondisi inilah yang membuat kebanyakan produsen kaca film lebih memfokuskan produknya untuk bisa menangkal sinar UV semaksimal mungkin.

Dari sisi teknologi, kaca film yang baik biasanya mengadopsi sputtered technology. Yaitu proses pembenaman kandungan ion-ion metal untuk menangkal sinar UV hingga 99 persen. Harga dari jenis kaca film seperti ini relatif mahal. Sementara kaca film dengan kadar tangkal UV di bawahnya, berkisar 30-35 persen, relatif lebih murah.

Langkah sederhana untuk mengetes kualitas kaca film adalah dengan menggunakan alat pendeteksi uang kertas (money detector). Yaitu dengan memposisikan selembar uang di belakang kaca film, kemudian disinari dengan detektor tersebut. Jika angka yang tertera pada lembaran uang tidak bisa terlihat, maka sinar UV pun dijamin tidak mampu menerobos lapisan kaca film.

No comments: