Wednesday, November 11, 2009
BSD Junction digusur Teras Kota
Pertumbuhan industri ritel yang mencapai 20-30% per tahun, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan pusat-pusat perbelanjaan modern. Dengan atmosphere yang dirancang sedemikian rupa, pusat-pusat peberlanjaan itu menjadi medium gaya hidup dan mampu menyedot pengunjung dalam jumlah yang sangat besar, sehingga mendorong tenant-tenant berebut space yang potensial mendatangkan omzet dan keuntungan.
Namun kini persaingan yang terjadi antara pusat-pusat perbelanjaan semakin hari semakin ketat. Sehingga berdampak pada semakin banyaknya space yang belum terisi yang mencapai 50%. Bahkan dalam beberapa kasus, sudah menjurus pada kanibalisme pasar terutama antar pusat perbelanjaan dalam lokasi yang berdekatan.
Sebagai contoh, kita bisa melongok kasus yang dialami oleh BSD Junction. Beroperasi sejak 2007, pusat pebelanjaan seluas 3 hektar yang terhubung dengan jembatan ke ITC BSD guna memberikan banyak pilihan berbelanja di kedua tempat, terlihat semakin hari semakin bias dari konsep sebelumnya.
Pada awalnya BSD Junction dikenal sebagai mal dengan konsep menonjolkan segi dining and entertainment yang terdiri dari 58 resto dan cafe yang pertama dan satu-satunya di Serpong, Tangerang. Ada pula 1000 kios (speciality stores) yang menjual baju, sepatu, jewelery, jam tangan dan aksesoris. Di lantai dasar tersedia Festival Plaza Food Center yang dilengkapi dengan Revolving Stage, sebuah panggung untuk menggelar live music.
Selain itu nuansa menyerupai Champ De Elysee di Paris yakni cafe pinggir jalan sehingga pengunjung cafe dan resto dapat menikmati lalu lalang pengunjung di luar cafe. Nuansa semacam itu tentu sangat cocok bagi para remaja dan keluarga yang hendak bersantai.
Dengan slogan Life Style and Shopping Center, beberapa tenant ternama tertarik bergabung di BSD Junction , diantaranya pedagang Mangga Dua, pedagang Tanah Abang, pedagang Cempaka Mas dan pedagang Roxy. Gerai sepatu telah bergabung Buccheri, Cherilon Shoes, Sepatu 101, Toko Sepatu 99. Sedang gerai fashion telah ada Posh Boy, Hammer, Optik Melawai, Lawman Jeans, Chic Simplicity Fashion, Glamour Factory Outlet. Sedang tenant lainnya antara lain Optik Tunggal, May-May Salon & Bridal House, Stephanie Skin & Bodycare, Link Beauty, Gallery Telkom, Video Ezy, IT Galeri, House of Duravit, Sumber Baru, Honda Fatmawati, Nuansa Musik, Hana Kitchen, Idefab.
Sementara di lantai II menyediakan toko obat, mainan anak, handicraft, souvenir, furniture, alat tulis kantor, jewelery, aksesoris dan jam tangan.
Di awal beroperasi, masyarakat Serpong dan Tangerang terlihat cukup antusias. Apalagi setiap pekan, kerap digelar beragam program entertainment, seperti live music dan event yang merangsang kreativitas anak, seperti lomba menggambar dan mewarnai.
Namun, setelah dua tahun beroperasi, konsep yang diusung oleh BSD Juction itu tidak bertahan lama. Even promosi yang selama ini menjadi kelebihan, menjadi monoton karena hanya itu-itu saja, seperti Barongsai dan wushu. Dampaknya traffic pengunjung terlihat semakin menurun. Sementara di sisi lain, karena mungkin konsepnya tidak jauh berbeda, ITC BSD justru mampu menyedot ribuan pengunjung, terutama sejak kehadiran Carrefour. Tak pelak, kondisi itu membuat banyak tenant tidak tahan dan memilih hengkang.
Kini, BSD Junction terlihat semakin merana. Pusat perbelanjaan berlantai tiga itu nyaris kosong melompong, terutama dilantai dua dan tiga. Belakangan mereka mencoba bertahan dengan menggandeng Dunia Bangunan, super market bahan-bahan bangunan yang berlokasi cukup luas di lantai dasar, meski hal itu membuat bingung konsumen, karena semakin jauh dari konsep awal.
Dalam kondisi itu, kehadiran Teras Kota yang hanya berjarak kurang dari 1 Km dipastikan akan semakin mengusur pamor BSD Juction. Sejak beroperasi pertengahan tahun ini, Teras Kota yang kental dengan gaya hidup, sukses menjaring tenant ternama seperti Gramedia, Wendy’s, Es Teler 77, The Roast Duck King, bahkan gerai kedai kopi papan atas, Starbucks.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment