Friday, November 20, 2009

Mampukah Sony Ericsson Bangkit?


Tahun 2009 tinggal hitungan hari lagi. Sepertinya banyak perusahaan di dunia yang lebih menatap ke 2010, dengan harapan lebih baik meski harus berjuang untuk tetap survive. Bagaimana pun mereka tetap beruntung tidak harus bernasib seperti Lehman Brothers yang harus dilikuidasi karena menanggung kerugian jutaan dollar akibat impitan krisis finansial global.

Begitu pun dengan Vendor handset ternama, Sony Ericsson berencana memindahkan markas besarnya di Carolina Utara ke Atlanta. Tidak hanya itu, mereka juga akan menutup sebagian kantor cabangnya yang tersebar di seluruh dunia.

Menurut para petinggi Sony Ericsson, langkah ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan penghematan di tengah persaingan pasar yang semakin ketat. Akibat langkah drastis itu, sekitar 1.600 pekerja Sony Ericsson di seluruh dunia juga akan dikurangi.

Perusahaan join venture milik Ericsson Swedia dan Sony Jepang ini juga akan melakukan konsolidasi untuk operasional pengembangan produk, dengan terlebih dahulu menutup lokasi di Research Triangle Park, Seattle, Miami, San Diego, juga Kista di Swedia, dan di Chennai India.

"Penutupan beberapa lokasi ini juga merupakan bagian dari pengumuman pada bulan April, di mana Sony Ericsson menyatakan akan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 20 persen dari total karyawan mereka yanng berjumlah sekira 10.000 jiwa," ujar juru bicara Sony Ericsson Stacy Doster.

Di Research Triangle Park, perusahaan yang baru berusia delapan tahun itu saat ini masih memiliki sekira 425 pekerja, setelah terjadi perampingan tahun lalu. Operasional di lokasi tersebut meliputi customer support, customer service, sales, finance, dan research development.

Menurut Doster, Atlanta dipilih menjadi markas baru Sony Ericsson karena lokasinya yang dekat dengan kantor AT&T, penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Amerika. Selain itu, Atlanta juga dikenal sebagai 'gerbang menuju Amerika Latin' karena memiliki bandara internasional Hartsfield-Jackson yang mampu mendekatkan Sony Ericsson dengan dunia internasional.

Selanjutnya, pengembangan produk Sony Ericsson akan dikonsolidasikan di beberapa tempat seperti Redwood Shores California, Lund Swedia, Tokyo dan Beijing.
Beberapa tahun belakangan Sony Ericsson terus menerus mengalami kerugian pendapatan dan penjualan. Produsen ponsel Sony Ericsson mengatakan kerugiannya makin dalam menjadi US$ 245 juta pada kuartal ketiga. Mereka juga mengumumkan pendanaan baru dari investor luar.

Penjualan pada kuartal ketiga 2009 turun lebih dari 40% atau setara US$ 24 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2008 yang hanya mencapai US$ 4,1 miliar. Perangkat yang dilepas kepasaran dalam periode Juli-September sebanyak 14.1 juta, naik 2% pada kuartal ini, tetapi turun 45% pada perhitungan tahun. Dengan kinerja yang jeblok itu, Sony Ericsson harus rela pangsa pasar mereka pada kuartal tersebut hanya tersisa lima persen.

Setali Tiga Uang
Repotnya saat Sony Ericsson melempem dan harus berjuang mempertahankan pasar, induk perusahaan mereka, Sony dan Ericsson juga terpuruk.

Dalam laporan yang diumumkan awal bulan ini, produsen peralatan telekomunikasi asal Swedia, Ericsson, melaporkan kinerjanya keuangannya di kuartal ketiga 2009 mengalami penurunan laba sebesar 71,5% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Penurunan laba itu dipicu oleh menurunnya angka penjualan akibat dampak krisis keuangan global. Data yang dilansir perusahaan melaporkan, laba bersih perseroan selama kuartal ketiga 2009 hanya mencapai 810 juta kronor (71 juta poundsterling), turun dari 2,84 miliar kronor di periode serupa tahun 2008.

Selain melaporkan penurunan laba, Ericsson juga melaporkan penjualannya menurun 5,6% menjadi 46,4 miliar kronor, turun dari 49,2 miliar kronor sepanjang periode Juli-September 2008. Perusahaan yang bermarkas di Stockholm itu, mengatakan, pangsa pasar selular Ericsson tengah melesu akibat lemahnya permintaan sejak krisis keuangan global meletup.

Kondisi serupa juga dialami Sony? Perusahaan yang berdiri sejak 1946 memperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 150 miliar yen untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2010. Meski demikian, Sony Corporation tetap memasang target pertumbuhan laba sebesar 5% dalam tiga tahun mendatang. "Ini bukan tujuan jangka pendek," ujar Howard Stringer, Chief Executive Officer Sony yang menggantikan CEO lama Ryoji Chubachi, yang mundur dari jabatannya pada 1 April 2009.

Untuk mencapai target itu, Sony berniat memasuki pasar televisi tiga dimensi (3D) tahun depan. Dalam pasar teve layar datar, Sony tertinggal jauh di belakang Samsung Electronics Co Ltd. Dengan produk terbarunya, Sony mengejar target pangsa pasar global sebesar 20% di Maret 2013.

Produk baru lainnya yang diandalkan Sony adalah baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik dan buku elektronik (e-book).Tak hanya merilis produk baru, Sony juga mengagendakan efisiensi biaya. "Kami harus ringan, cepat dan tangguh," kata Stringer.
September lalu, Sony telah meluncurkan game console PlayStation 3 (PS3) versi pipih yang harganya lebih murah. PS3 kini menjadi konsol permainan terlaris.

No comments: