Tuesday, August 11, 2009

Convenience Store, Ceruk Baru Industri Retail


Beberapa waktu lalu, saya bertemu dan ngobrol panjang dengan Putu Liskadarti, teman satu tim di Divisi Marketing, saat saya bergabung dengan PT Electronic Solution setahun lalu. Putu yang sekarang masih melajang, saat ini juga sudah berganti baju. Sejak Maret lalu, ia bergabung dengan Alfa Midi.

Tentu saja, kali ini topik perbincangan bukan lagi menyangkut produk-produk elektronik dan tetek bengeknya, namun pada upaya pengembangan Alfa Midi yang usianya masih “bau kencur”. Menurut saya, dua hal paling mendasar yang menjadi tantangan bagi Alfa Midi ke depan adalah menyangkut reputasi merek dan positioning. Sebab meski bermain pada ceruk baru, persepsi masyarakat boleh dibilang masih kabur karena nyaris tidak ada perbedaan yang signifikan antara Alfa Midi dengan mini market lain, termasuk Alfamart yang nota bene masih satu “rumpun”.

Namun terlepas dari persoalan itu, Alfa Midi tampaknya sudah tancap gas menyongsong industri ritel yang sangat prospektif. Tengok saja penelitian yang dilansir oleh The Nielsen Company. Menurut perusahaan riset bisnis ini, sektor ritel di negara berkembang terutama di Asia Pasifik masih akan terus tumbuh. Hal itu juga ditandai dengan transformasi bisnis toko tradisional menjadi mini market dan convenience store, yang tidak hanya melulu menjual makanan, tapi juga memberikan pelayanan lain, seperti jasa perbankan dan menambah area café guna menangkap perubahan gaya hidup masyarakat urban.

Menurut Manajer The Nielsen Company Hendra Gunawan, bisnis ritel di Indonesia terus bertumbuh fenomenal dalam lima tahun terakhir. “Selalu tumbuh double digit dan menjadi Top 3 di Asia Pasifik. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, inflasi yang terkendali, konsumsi domestik, peningkatan populasi kaum muda dan penetrasi ritel modern, semakin mendorong pertumbuhan industri ritel semakin baik”, ungkap Hendra.

Riset yang dilansir AC Nielsen mengungkapkan pada 2008, ekspansi peritel modern mencapai 27,5% dengan total 6.745 outlet di seluruh Indonesia. Perinciannya adalah 152 unit hypermarket, 157 supermarket dan 6.201 minimarket.

Diantara ekpansi peritel modern itu, Alfa Midi adalah salah satunya. Berbeda dengan Alfamart yang diposisikan sebagai mini market, Alfa Midi bisa dibilang sebagai reinkarnasi dari Alfa Retailindo atau yang lebih dikenal sebagai Alfa Gudang Rabat (AGR). Seperti kita ketahui, pasca akuisisi AGR oleh Carrefour pada akhir 2007, Preskom PT Alfa Retailindo Tbk (Alfa) Djoko Susanto, yang juga komisaris PT Alfaria Trijaya, pemilik merek dagang Alfmart, bergerak cepat. Ia segera membangun Alfa Midi yang mengusung konsep convenience store. Alfa Midi merupakan bentuk tengah antara super market dengan mini market dengan luasan 200 meter persegi. bentuk ini merupakan salah satu jawaban atas kebutuhan konsumen yang makin bertambah, terutama ketersediaan produk-produk groceries yang tidak ditemukan di mini market . Saat ini, Alfa Midi telah membuka 60 gerai di Jakarta dan Surabaya.

Melihat prospek pasar yang menjanjikan, gerak cepat Alfa Midi tampaknya akan segera dibayangi oleh pemain lain. Salah satunya adalah PT Matahari Putra Prima Tbk. Matahari tampaknya akan segera menggantikan bisnis super market, menjadi convenience store yang banyak menjual produk makanan dan minuman siap saji.

Format convenience store yang dijalankan peritel multiformat itu digenjot dalam dua skala luasan gerai. Untuk luas toko di atas 1.000 m2 diberi merek Foodmart, sedangkan yang lebih kecil dan menyerupai gerai minimarket dinamai Foodmart Ekspres.

"Matahari mentransformasi gerai supermarket jadi toko dengan fasilitas yang lebih mengarah kepada convenience store," kata Roy N. Mandey, Vice President Corporate Communication PT Matahari Putra Prima Tbk. Roy mengatakan jika mempertahankan format supermarket akan bersaing ketat dengan hipermarket yang lebih lengkap jenis produknya karena luas gerai yang jauh lebih besar.

Seperti diketahui, pasar super market dan hiper market di Indonesia sudah terbilang sesak terutama oleh serbuan merek asing, seperti supermarket Carrefour Express (Carrefour, Prancis), Superindo (Delhaize, Belgia), Giant (Dairy Farm, Hong Kong), serta hipermarket Carrefour dan Giant.

Nah, melihat pertimbangan itu, pilihan Matahari untuk turun kelas tampaknya sangat masuk akal. Apalagi segmen convenience store masih langka pemain, hanya Alfa Midi.

No comments: