Monday, August 24, 2009

Clevo Mendobrak Dominasi Susu Asing


Bukan GarudaFood bila tidak bikin kejutan. Tepat pada HUT RI ke 64 (17/8) lalu, produsen makanan dan minuman papan atas ini meluncurkan Clevo, minuman susu kemasan tetra ukuran 125 ml sekaligus menandai masuknya grup usaha yang dikomandani oleh Sudhamek AWS ini di bisnis dairy.

Disela-sela peluncuran Clevo, saya sempat berbincang dengan Managing Director GarudaFood Hartono Atmadja Group. Menurutnya ada sejumlah pertimbangan mendasar mengapa GarudaFood cawe-cawe ke bisnis dairy. Paling utama adalah karena kebutuhan susu di Indonesia, terutama untuk anak-anak usia sekolah sangat besar dan tingkat konsumsi susu di Indonesia yang masih sedikit.

Berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia (FAO), besarnya konsumsi susu penduduk Indonesia saat ini di bawah 10 liter atau tepatnya hanya 9 liter/kapita/ tahun, tertinggal sekalipun dari Vietnam yang tingkat konsumsi susunya sebanyak 10.7 liter/kapita/tahun. Bahkan, kalah jauh dibandingkan Singapura 32 liter, Malaysia 25,4 liter, dan Filipina sebanyak 11,3 liter/kapita/tahun.

Apalagi setelah krisis ekonomi melanda dunia, tak terkecuali Indonesia, para orang tua semakin kesulitan untuk bisa memberikan asupan susu karena naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok, terutama susu yang sebagian besar masih diimpor. “Oleh karena itu, GarudaFood berkomitmen untuk menyediakan produk minuman susu berkualitas dengan harga terjangkau”, ujarnya.

Seperti halnya kacang, untuk memproduksi Clevo GarudaFood juga bermitra dengan pihak lain sebagai pemasok, yakni Koperasi Susu Sekar Tanjung, Pasuruan, Jawa Timur. Kemitraan ini juga semakin mengukuhkan GarudaFood sebagai produsen yang konsisten dalam menjalankan CSR.

Dikemas dengan varian rasa cokelat dan stroberi yang terbukti disukai anak-anak, GarudaFood optimis Clevo akan mudah diterima pasar dengan cepat.
“Clevo menyasar anak dalam usia pertumbuhan dan usia sekolah yaitu 6 tahun hingga 11 tahun. Survei membuktikan anak-anak adalah peminum susu terbanyak di Indonesia,” ungkap Hartono.

GarudaFood mematok targetan penjualan sekitar lima juta liter per tahun. Menurut data Euromonitor 2008, growth untuk kategori susu masih cukup besar yaitu sekitar 10% yang masih dikuasai pemain besar seperti Indomilk, Frisian Flag, Ultra Jaya dan Danone. “Ini menjadi tantangan besar bagi kami untuk bisa bersaing” tambah Hartono. Selain di Jakarta, peluncuran Clevo diselenggarakan pula di Malang, dan Bandung.

Bagi saya, peluncuran Clevo tidak sekedar persoalan pasar semata. Namun lebih dari itu, Clevo adalah bentuk lain dari perlawanan terhadap dominasi produsen susu asing. Sebagai produk asli Indonesia, Clevo dapat menjadi simbol kebangkitan susu lokal yang selama ini terabaikan, akibat kebijakan pembangunan nasional yang cenderung mengabaikan potensi pangan lokal.

Akibatnya, Indonesia kian terjebak dalam arus impor pangan. Lebih dari 5 milyar dollar AS atau setara dengan Rp 50 trilyun lebih devisa setiap tahun terkuras untuk impor enam komoditas dari negara lain. Komoditas itu meliputi kedelai, gandum, daging sapi, gula, susu bahkan garam yang sesungguhnya sangat mudah diproduksi di dalam negeri.

Khusus untuk susu, data yang dilansir oleh Departemen Perindustrian menunjukkan impor bahan baku susu bagi industri susu maupun makanan, mencapai 65 juta dollar AS per tahun. Bila ditambah impor dalam bentuk produk olahan, angka melambung menjadi 795 juta dollar AS, atau terjadi kenaikan 140 juta dollar AS.

Jadi, tidak salah bila kita dukung Clevo untuk mengurangi ketergantungan terhadap produsen susu asing.

No comments: