Monday, June 15, 2009

Burung Nazar Berburu Mangsa


Bagi sebagian orang, krisis itu tak ubahnya kiamat kecil. Kerajaan bisnis yang dibangun puluhan tahun runtuh hanya dalam sekejap. Tapi, buat sebagian orang, krisis justru mendatangkan peluang. Inilah kesempatan bagi mereka untuk berburu hutang atau aset bagus dengan harga murah. Pendek kata, mereka tinggal menuai panen. Sementara yang bertahun-tahun berkeringat membangunnya hanya bisa mengusap dada.

Tengok saja kiprah Opus Supremus. Setelah sukses mengambil alih utang Lehman Brothers senilai US$ 140 juta, salah satu trust holding group dari Leichtenstein, negara kecil di perbatasan Austria dan Swiss ini, bersiap menggelontorkan US$ 400 juta guna mengambil alih hutang bermasalah (distressed debt) dan obligasi yang gagal bayar (default) dari sejumlah perusahaan di Indonesia. Utang itu selanjutnya dapat dikonversi menjadi kepemilikan saham.

Ditengah belitan krisis finansial global, Opus menilai potensi perusahaan yang gagal melunasi utang dan obligasi cukup besar. Hal itu, tidak hanya melanda korporasi di Indonesia, namun di hampir semua negara di dunia. Khusus di Indonesia, Opus telah mengidentifikasi sekitar 30 – 40 perusahaan, sebagian besar telah listing di BEI, berpotensi gagal membayar utang.

Contoh kasus gagal bayar yang sudah mencuat adalah emisi obligasi global PT Davomas Abadi Tbk dan PT Mobile-8 Telecom Tbk. Davomas mengumumkan kegagalan itu kepada pemegang 11% Guaranteed Senior Secured Notes yang jatuh tempo 2011. Sementara PT Mobile-8 Telecom Tbk gagal membayar obligasi dengan nilai total pokok, bunga dan denda obligasi US$ 215.000 kepada Java Investment Advisory Group Incorporated dan Precise Circle Limited sehingga diajukan ke sidang perkara kepailitan.

Gagal bayar kini menjadi ancaman paling serius bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia maupun negara Asia lainnya. Moody’s Investor Service belum lama ini mengungkapkan bahwa resiko restrukturisasi utang sejumlah perusahaan di Asia Pasifik mulai meningkat tajam, terutama sektor properti di Australia, Singapura dan China. Bahkan, segelintir perusahaan di India, Malaysia, Philipina dan Indonesia, tengah menghadapi tekanan berat dalam melunasi kewajibannya, menyusul perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia sendiri, BI menyebutkan bahwa utang perusahaan swasta yang akan jatuh tempo berjumlah US$ 19 milyar pada tahun ini.

Seiring masih berlangsungnya krisis finansial global, tak pelak bisnis distressed debt sangat menggiurkan. Selain Opus, dua perusahaan sejenis yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Recapital dan Saratoga. Namun keduanya lebih fokus pada private equity, bukan pada pengambilalihan utang dan penyehatan perusahaan. Saratoga bersama konsorsium Northstar, pekan lalu bahkan sukses menggusur Pertamina dalam memperebutkan 37,15% saham PT Elnusa Tbk milik PT Tridaya Esta.

Nah, suka atau tak suka, Opus, Recapital dan Saratoga adalah segerombolan burung nazar di era pasar bebas. Siapa kuat dia menang!

No comments: