Selain berlomba-lomba menciptakan mobil irit atau berbahan bakar alternatif, produsen otomotif kini juga semakin concern dengan keselamatan pengendara. Keterlibatan vendor gadget juga mendukung langkah menciptakan mobil yang tidak saja nyaman tapi juga benar-benar aman.
Data WHO menunjukkan bahwa rokok adalah pembunuh nomor satu di dunia. Namun fakta lain juga memperlihatkan bahwa tingkat kematian akibat kematian di jalan raya dari tahun ke tahun juga meningkat secara signifikan. Itu sebabnya, ditengah usaha menciptakan mobil-mobil irit atau berbahan bakar alternatif seperti fuel cell, ethanol bahkan alkohol, produsen mobil juga terus berupaya meningkatkan sistem pengamanan mobil dengan dukungan teknologi yang lebih canggih.
Seperti kita ketahui, perangkat pengaman pada mobil terbagi dua, aktif dan pasif. Perangkat aktif antara lain, ESP (electronic stability program) yang mencakup pengendali traksi (traction control), ABS (antilock bracking system), EBD (electronic brake-force distribution) dan BAS (brake assist system). Kesemuanya berfungsi untuk membantu pengemudi menghindari kecelakaan atau sebelum kecelakaan benar-benar terjadi.
Sedangkan perangkat keamanan pasif, antara lain penggunaan rangka yang diperkuat oleh zona penyerap bantuan (crumpled zone), besi pelindung di bagian dalam pintu-pintu, sabuk pengaman pada seluruh kursi yang dilengkapi dengan pretensioner dan penyerap daya benturan, serta kantung udara (airbag) baik di depan, disamping atau disisi bagian dalam mobil dari pilar A sampai C (curtain airbag). Semua perangkat keamanan pasif itu, akan melindungi maupun penumpang saat kecelakaan terjadi.
Belakangan, perangkat keamanan pasif boleh dibilang tidak mengalami banyak inovasi. Namun tidak demikian halnya dengan perangkat aktif. Dalam beberapa tahun terakhir, pabrikan mobil makin intens dalam melakukan riset untuk menghasilkan sistem pengamanan yang lebih canggih dan bersifat peringatan dini (alert system). Hal ini cukup wajar, karena riset yang dilakukan para ahli di Oxford University menyimpulkan bahwa sistem peringatan dini, seperti menggetarkan pantat, tangan, kaki dan audio warning, ternyata dapat memangkas angka kecelakaan hingga 15 persen.
Riset yang dipimpin oleh Dr. Charles Spence mengungkapkan, pengendara mobil cenderung mengalami information overload, seperti gejala panik, bingung, gelagapan, sampai kondisi hilang kontrol, saat berusaha merespon sinyal warning yang pada dasarnya dirancang untuk menghindarkan diri dari kecelakaan.
Merujuk pada hasil riset tersebut, jelas diperlukan sistem yang dapat memberikan peringatan dini secara bertahap dan terarah, sesuai level bahaya dan dari mana kemungkinan bahaya itu mendekat. Karenanya, tim riset menyarankan perlu pabrikan mobil memasang panel getar pada kursi, seatbelts, pedal-pedal dan kemudi. Sementara audio warning dapat diletakkan pada tempat terpisah. Jadi bila bahaya datang, misalnya dari samping, dari sanalah peringatan suara akan berasal.
Citroen dan Toyota
Riset yang dilakukan oleh tim peneliti Oxford itu, ternyata tidak sia-sia. Pabrikan asal Perancis, Citroen, misalnya meluncurkan Citroen C4 dan C5, yang merupakan mobil pertama di dunia yang menawarkan sistem peringatan dengan getaran. Mobil yang meraih penhargaan five star untuk tingkat keamanan tertinggi dari badan independen European New Car Assesment Program (Euro NCAP) itu, memang layak menjadi acuan bagi pabrikan mobil lain.
Optional system yang diadopsi oleh Citroen C4 dan C5 dapat mendeteksi saat mobil keluar jalur. Bila keluar jalur sebelah kanan, maka bagian kanan akan bergetar. Begitu juga jika sebaliknya. Panel pada dashboard pun dirancang sedemikian rupa. Citroen membagi indikator konvensional seperti full beam dan engine terpisah dengan panel instrumen yang menyangkut bahaya. Sehingga konsentrasi pengemudi tidak terpecah, karena sumber bahaya akan segera diketahui bila ada cahaya berkedip dari area yang tidak biasanya.
Pabrikan asal Jepang, Toyota pun tidak ketinggalan. Toyota yang dikenal sebagai pabrikan mobil nomor satu di dunia termasuk pada katagori mobil hybrid, ternyata juga sangat concern dalam menelurkan perangkat keamanan aktif. Pada penyelenggaraan Auto Summit di Detroit, AS, 2006 lalu, Toyota telah memperkenalkan sejumlah perangkat yang dapat memonitor kondisi tubuh dan perilaku pengendara (driver’s mood). Perangkat yang diletakkan pada seat covers itu, dapat memonitor tensi darah sehingga pengemudi dapat mengetahui beragam kondisi saat tengah menyetir, apakah nervous, panik atau stabil. Bila panik, panel indikator berupa lampu peringatan akan menyala, sehingga memberi kesempatan kepada pengemudi untuk rehat sejenak agar kembali tenang yang akan ditunjukkan lewat normal light.
Perangkat lain adalah diabetes detecting monitor yang diletakkan pada sisi luar kemudi. Bagi pengidap diabetes, perangkat ini tentu sangat bermanfaat karena dapat menjadi indikator tensi darah saat berada dibalik kemudi.
Vendor Telekomunikasi
Menariknya, diluar perangkat yang dikembangkan langsung oleh para pabrikan mobil, sejumlah vendor telekomunikasi pun mulai ikut nimbrung dalam urusan ini. Siemens misalnya, beberapa waktu lalu telah memperkenalkan teknologi NVPRS (Night Vision and Pedestrian Recognizition System). Dalam pameran Frankfurt Motor Show 2005, perangkat aktif ini cukup menyedot perhatian pengunjung.
NVPRS merupakan perangkat yang mengkombinasikan lampu infrared dari kamera yang diletakkan di bagian radiator. Keduanya terhubung langsung dengan layar composite berukuran kecil yang diletakkan dibagian atas dashboard. Layar mini ini dapat memonitor pola-pola gerakan pejalan kaki, termasuk gerakan mendadak yang berasal dari samping pengemudi atau pedestrian. Perangkat ini tentu sangat bermanfaat bila pengemudi tengah melintasi jalan atau area yang dipenuhi dengan kerumunan orang, seperti pasar atau jalan-jalan sempit di areal perumahan. Perangkat buatan Siemens itu, kini sudah dicangkokkan pada mobil-mobil papan atas seperti BMW dan Hummer.
Selain Siemens, Motorola juga tengah mengembangkan Moto-Polite, yakni ponsel cerdas yang dapat mengenali kondisi pengemudi saat tengah berkendara. Ponsel ini mampu menganalisa situasi yang dirasa tidak cukup aman bila pengemudi mengangkat ponsel. Misalnya, saat tengah sibuk memarkir kendaraan atau memacu mobil dalam kecepatan tinggi. Juga ketika mobil tengah melintasi jalan yang kondisinya kurang nyaman, seperti medan-medan yang tidak rata bahkan cenderung off-road. Semua panggilan akan dialihkan pada voice mail. Yang lebih menarik lagi, saat fasilitas airbag terbuka karena benturan keras, Moto-Polite akan langsung terhubung dengan nomor darurat 911.
Diluar urusan darurat, tentu saja Moto-Polite akan berlaku seperti ponsel biasa, jika pengemudi tetap menelpon saat parkir, memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi atau melintasi jalan yang tidak rata.
Meski demikian, Moto-Polite telah memberikan alternatif apakah pengemudi menerima panggilan atau tidak dalam situasi yang tidak “menguntungkan” atau cenderung “membahayakan diri”. Bagaimana pun kendali sepenuhnya ada pada pengemudi.
1 comment:
good article Mr Uday..
www.bambang-suharno.blogspot.com
www.ahlinaskahpidato.wordpress.com
Post a Comment