Sunday, October 31, 2010

XL, Axiata dan Rivalitas Regional


Tak percuma AXIATA Group Berhad, kelompok bisnis dari Malaysia, menguasai XL. Melalui anak perusahaannya yaitu Indocell Holding Sdn Bhd, Axiata yang sebelumnya dikenal sebagai TM International, menjadi pemilik mayoritas (83,3% saham), kini mulai menikmati hasil dari investasi yang mereka tanam saat mengambil alih dari PT Excelcomindo Pratama Tbk, pada 2005.

Tengok saja kinerja yang dicapai oleh XL sepanjang sembilan bulan pertama 2010. Mereka berhasil mencetak pendapatan usaha sebesar Rp. 13 triliun (naik 32% YoY) dan laba bersih Rp. 2,1 triliun (naik 73% YoY). Dengan demikian, XL telah merevisi target 2010 untuk EBITDA marjin menjadi lebih dari 50%.

”Pada triwulan ketiga ini, XL lebih memusatkan kepada penambahan jumlah pelanggan sehingga jumlah pelanggan kami telah meningkat sebesar 44% YoY menjadi 38,5 juta pelanggan. Selain itu, EBITDA juga mengalami pertumbuhan sebesar 60% YoY menjadi Rp. 6,8 triliun dengan EBITDA marjin 52%,” ujar Presdir XL, Hasnul Suhaimi.

Sampai dengan September 2010, XL telah melakukan pembayaran pinjaman baik yang sudah jatuh tempo maupun yang belum jatuh tempo dengan total sejumlah USD 233.9 juta dan Rp 3.2 triliun menggunakan sebagian besar arus kas internal. Selain itu, XL telah menandatangani pinjaman baru dengan total sejumlah Rp 6.5 triliun, di mana telah dilakukan penarikan sejumlah Rp 3 triliun. Pada akhir bulan September, saldo hutang XL menjadi Rp 10.9 triliun dengan ratio Hutang Bersih (Hutang berbunga dikurangi Kas)/EBITDA sebesar 1,2 kali.

Menurut Hasnul, kunci sukses XL tidak hanya terletak pada penawaran tarif terjangkau sehingga memicu lonjakan trafik percakapan, namun juga memperhatikan kepuasan pelanggan. Sebagai buktinya, peringkat Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) untuk produk prabayar XL meningkat menjadi peringkat ke-2 pada 2010. Selain itu, XL juga menerima penghargaan dari Frost and Sullivan sebagai Mobile Service Provider of The Year dan Service Provider of The Year.

Yang menarik, kinerja gemilang yang dibukukan oleh XL terjadi justru pada saat industri selular Indonesia, mulai menunjukkan masa maturitas. Kompetisi ketat diantara 11 operator, membuat pasar Indonesia cenderung berdarah-darah sehingga pola akuisisi kini sudah jamak dalam meraih pelanggan. Hebatnya lagi, pencapaian XL pada tahun ini sekaligus menggusur Indosat di posisi kedua, sekaligus mulai menebar ancaman pada Telkomsel sebagai market leader.

Kondisi ini sudah pasti membuat President and Group CEO Axiata Berhard, Datuk Seri Jamaludin Ibrahim, semakin bersemangat untuk menguasai pasar regional, terutama dalam bersaing dengan SingTel, raksasa telekomunikasi asal Singapura yang sebelumnya sudah lebih dahulu malang melintang.

Seperti diketahui, saat ini Axiata menguasai 7 operator di kawasan Asia dengan kepemilikan bervariasi, masing-masing Celcom(100%)- Malaysia, XL(83.8%)- Indonesia, Dialog Telekom(85%)- Sri Lanka, Robi (70%)- Bangladesh, HELLO (100%)- Cambodia, Idea Cellular(19.1%)- India, dan M1(29.7%)- Singapore.

Sedangkan SingTel, selain Singapura juga memiliki kepemilikan saham di 7 negara, masing-masing AIS (Advanced Info Service) - Thailand, Globe Telecom - Philipina, Yes Optus - Australia, City Cell - Banglandesh, Telkomsel - Indonesia, Bharti - India, dan Warid Telecom - Pakistan.

No comments: