Wednesday, October 13, 2010

Serpong Semakin Eksotis


Sulit dimungkiri, kawasan Serpong yang sebelumnya dikenal sebagai hutan karet, kini menjelma sebagai kota mandiri yang sangat hidup. Sejak dipelopori oleh Grup Ciputra pada era 80-an, beragam properti berbagai kelas merebak di wilayah ini. Hebatnya, tak hanya residensial, komersial, hiburan, dan juga fasilitas sosial, melengkapi kota yang kini menjadi bagian dari Tangerang Selatan itu.

Beragam properti dan fasilitas tersebut tentu saja juga dikembangkan oleh banyak pengembang dengan level berbeda. Sebut saja PT Cowell Development Tbk. yang agresif membangun tiga proyek perumahan yakni Melati Mas Residence (200 Ha), Serpong Park (40 Ha), dan Serpong Terrace (10 Ha).

Sementara PT Bumi Serpong Damai Tbk giat menggarap BSD City tahap II di sebelah Barat seluas 800 Ha setelah berhasil mengembangkan BSD City Timur seluas 1.500 Ha. Total area kawasan BSD City sendiri seluas 6.000 Ha. Sekitar 200 Ha dari luas pengembangan BSD City Barat diperuntukan sebagai kawasan central business district (CBD) yang luasnya lima kali lebih besar dari CBD BSD City Timur. Juga terdapat Edu Town, sebuah kawasan pendidikan terpadu seluas 42 Ha yang di atasnya akan dibangun berbagai gedung institusi pendidikan serta proyek penelitian dan riset ilmiah.

Begitupula dengan PT Alam Sutera Tbk yang semakin ngebut pasca dibukanya akses tol Alam Sutera resmi sejak akhir tahun lalu. Beroperasinya akses langsung yang menelan dana sebesar Rp150 miliar tersebut, mereka optimis penjualan propertinya akan naik tajam. Sehingga mereka percaya diri menelurkan produk-produk lainnya khususnya properti komersial.

Direktur Pemasaran PT Alam Sutera Realty Tbk Lilia Sukotjo mengatakan peresmian dan pembukaan akses tol langsung ke kawasan permukiman itu menjadi momentum perubahan arah pengembangan di proyek seluas 800 Ha tersebut. “Selama ini orang mungkin mengenal Alam Sutera sebagai pengembang proyek residensial. Sampai sekarang, sekitar 45% areal yang kami miliki sudah dikembangkan menjadi perumahan,” ujarnya seraya menambahkan setelah beroperasinya akses tol di kilometer 15+400 Jakarta-Merak, pihaknya berencana membangun sejumlah proyek superblok di sepanjang sisi jalan tol tersebut.

Nantinya dibangun beberapa properti komersial seperti hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan apartemen. Menurut Lilia, mereka akan menggandeng pihak ketiga. “Kami akan fokus menggarap sejumlah proyek mix used yang berorientasi memberikan pemasukan tetap kepada perusahaan misalnya dari sewa. Namun begitu, kami tetap akan memasarkan residensial,” katanya.

Begitu banyaknya rencana dan pengembangan yang dilakukan para pengembang di sini, tak pelak berdampak pada peningkatan harga lahan. “Kenaikannya sekitar 15% sampai 20% per tahun,” ujar Rita Megawati, Regional Manager L.J. Hooker Indonesia yang juga principal L.J. Hooker Gading Serpong. Harga lahan aktual berkisar Rp1 juta sampai Rp4,5 juta per m2 sementara harga rumah mulai Rp300 juta sampai Rp1,5 miliar. Hanya
kalangan menengah ke atas yang mampu memiliki properti di kawasan ini.

Berkembangnya kawasan sekitar Serpong juga sangat terkait dengan infrastruktur. Seperti kawasan Cisauk yang bakal melesat jika stasiun kereta Cisauk disinggahi KRL dan double track yang tentu sangat membantu warga yang bekerja di tengah kota Jakarta. Bagi pengguna kendaraan pribadi, juga akan dimanjakan oleh jalan tol seksi Serpong-Balaraja, yang telah dicanangkan Pemkab Tangerang. Jalur ini merupakan interkoneksi antar wilayah Kabupaten Tangerang Selatan, yang mencakup Ciputat, Pamulang, Serpong, Cisauk, Pagedangan, dan Pondok Aren, dengan pusat pemerintahan di Tigaraksa. Sementara kawasan Kunciran semakin mudah dijangkau dengan dibukanya akses tol Alam Sutera.

No comments: