Monday, October 11, 2010

Jalan Terjal LED TV


Tidak seperti smartphone, evolusi teknologi di dunia entertainment khsususnya TV terbilang lambat. Meski demikian, sejak dua tahun terakhir, konsumen mulai dijejali oleh spesies baru, yakni LED TV. LED (light emitting diode), diprediksi akan menjadi tambang baru bagi vendor TV, setelah era plasma dan LCD yang telah bertahan selama 10 tahun terakhir.

Sebagai generasi lanjutan TV layar datar, LED yang menggunakan backlight sebagai pengganti cahaya fluorescent yang digunakan pada jenis LCD TV sebelumnya, memang menawarkan sejumlah keunggulan. Diantaranya, tingkat contrast yang jauh lebih tinggi dibandingkan LCD TV, setara atau bahkan lebih tinggi daripada Plasma TV, memungkinkan produsen untuk memproduksi televisi layar datar dengan ukuran super tipis, dengan ketebalan sekitar 2.5 cm, lebih ramah lingkungan, konsumsi listrik yang lebih rendah sekitar 20-30% dibandingkan LCD TV konvensional, fitur pemrosesan gambar digital, fitur Digital TV Tuner, dan berbagai fitur terbaru yang membuat ketajaman gambar lebih sempurna.

Tengok saja TV LED besutan Samsung, yakni C9000 yang memiliki layar super tipis, hanya 7,98 milimeter. TV dengan kemampuan tiga dimensi (3D) ini diklaim sebagai TV paling tipis di dunia. Dengan layar berukuran 55 inch yang dilapisi dengan stainless steel bezel, perangkat baru ini memiliki kemampuan untuk mengubah konten 2D ke 3D langsung melalui chip CD, demikian kata eksekutif Samsung Ravinder Zutshi.

Ravinder juga mengungkapkan, C900 menawarkan fitur lain termasuk remote control layar sentuh dengan layar LCD tiga inch, perangkat pemutar Blu-Ray dan kacamata 3D.

"Kami berhasil menjual sekitar 7.000 hingga 8.000 TV dan berharap bisa menjual sekitar 30.000 pada akhir tahun ini," ujar Ravinder saat ditanya soal penjualan TV 3D Samsung sejak diluncurkan April.

Terkait konten, Ravinder mengatakan saat ini Samsung sedang berupaya meningkatkan konten 3D. Menurut perkiraanya, pada 2014 sekitar 20 persen dari film-film Hollywood akan tersedia dalam format 3D.

"Beberapa studio juga sedang berusaha untuk mengkonversi tayangan kedalam format klasik 3D yang baik," kata Ravinder seraya menambahkan, TV yang dibanderol mulai dari US$ 2.299 atau sekitar Rp 20 jutaan.

Harga Masih Mahal
Meski vendor seperti Samsung optimis mengenai masa depan LED TV, namun tak dapat dipungkiri, sebagai produk baru, tentu saja konsumen masih wait and see. Apalagi, jika hal itu dikaitkan dengan persoalan harga. Dan faktnya, sejauh ini harga LED TV masih terbilang maha. Pada saat ini untuk ukuran yang sama, harga LED TV yang termurah sekitar 1,5 kali lipat LCD TV konvensional.

Itu baru dari sisi harga. Ternyata disisi lain, tidak sesuai janji produsen, televisi 3D ternyata tidak ideal untuk menonton film atau pun siaran pertandingan olah raga. Akibatnya, pertumbuhan volume penjualan global televisi 3D tetap lemah hingga 2013.

Para produsen utama televisi di dunia berlomba merilis televisi 3D (tiga dimensi) untuk mendongrak pertumbuhan pendapatan. Para produsen tersebut mengklaim, televisi 3D sanggup menyajikan pengalaman lebih realistis ketika digunakan untuk menonton film, pertandingan olah raga, atau pun bermain game. Namun demikian, firma riset ABI (Allied Business Intelligence) Research Inc menilai, klaim para produsen televisi 3D tersebut ternyata sangat sulit dibuktikan. Sebab, ABI Research menegaskan, televisi 3D tidak akan mampu menyajikan pengalaman 3D yang sama dengan bioskop 3D, yang memiliki layar berukuran jauh lebih besar daripada televisi 3D.

"Sukses bioskop 3D mendorong produsen televisi menawarkan televisi 3D.Namun sangat disayangkan, film 3D yang terlihat dahsyat di bioskop ternyata tidak akan menawarkan sensasi yang sama ketika ditonton di layar kecil televisi," ujar Industry Analyst ABI Research Inc Michael Inouye.

Kejadian yang sama, ABI Research menambahkan,terulang ketika televisi 3D digunakan untuk menonton pertandingan olah raga, yang berlangsung di lapangan-lapangan berukuran besar, seperti pertandingan sepak bola. Sebab, pertandingan olah raga lebih cocok ditampikan di televisi definisi tinggi (HD).

"Siaran pertandingan olah raga juga problematis. Sebab, layar televisi 3D tidak mampu menampilkan detail dari stadion atau lapangan- lapangan besar. Karena itu, gambar yang tampak bagus di televisi HD belum tentu tampil sama baik di televisi 3D," papar Inouye. Karena televisi 3D belum mampu mewujudkan janji, ABI Research mengungkapkan, maka konsumen pun tidak akan tertarik untuk segera membeli televisi 3D. Akibatnya, ABI Research memperkirakan, volume penjualan global televisi 3D baru akan bertumbuh pada 2013, ketika teknologi televisi 3D sudah semakin sempurna.

"Ketika volume penjualan global televisi 3D sanggup meraih akselerasi pada 2013,maka volume penjualan global televisi 3D pada 2015 akan mampu mencapai 50 juta unit. Tetapi jika pada 2013 teknologi televisi 3D tidak berkembang cukup baik, maka perkiraan itu tidak akan terwujud," tandas Inouye.

Di antara para produsen utama televisi di dunia, salah satu produsen yang paling agresif merilis televisi 3D adalah produsen televisi terbesar kedua di dunia LG Electronics Inc. Namun demikian, LG ternyata mengaku kecewa terhadap kinerja pasar televisi 3D global. Alasannya, volume penjualan riil televisi 3D di dunia ternyata tidak setinggi perkiraan. LG memperkirakan, volume penjualan global televisi 3D pada 2010 hanya akan mencapai tiga juta unit, atau paling banyak empat juta unit.

"Permintaan televisi 3D ternyata lebih rendah daripada perkiraan. Penyebabnya, harga masih terlalu tinggi dan konten 3D masih sangat terbatas," President & Chief Executive Officer Home Entertainment Division LG Electronics Inc Simon Kang, dalam laporan Reuters.

Akan tetapi, Kang optimistis masalah yang membelit pasar televisi 3D itu akan mereda pada 2011. Karena itu,Kang memperkirakan, volume penjualan global televisi 3D pada 2011 akan melambung menjadi sekitar sepuluh juta unit. Firma riset iSuppli Corp menemukan, pada saat ini harga televisi 3D memang masih terlalu tinggi untuk sebagian besar konsumen.

iSuppli mencermati, pada saat ini satu unit televisi 3D berharga ratarata USD600-USD700 lebih mahal daripada televisi 2D (dua dimensi) yang memiliki teknologi display sekelas. iSuppli menjelaskan, harga jual rata-rata (ASP) televisi 3D pada 2010 adalah USD1.768 per unit. iSuppli berpendapat, harga televisi 3D menjadi sangat tinggi karena para produsen belum efisien dalam memproduksi televisi 3D. Seiring peningkatan efisiensi proses manufaktur televisi 3D, iSuppli meyakini,harga televisi 3D akan berangsur turun.

iSuppli memprediksi, harga jual rata-rata televisi 3D pada 2015 adalah USD825 per unit, alias tidak ada separuh dari harga jual rata-rata televisi 3D pada 2010. iSuppli pun mendapati, para produsen televisi 3D sadar harga produk mereka ternyata terlalu tinggi.Karena itu,sejumlah produsen televisi 3D mulai mempertimbangkan pemangkasan harga. Namun demikian, iSuppli menegaskan, produsen televisi 3D yang paling agresif memperbaiki kebijakan harga adalah produsen televisi terbesar di dunia Samsung Electronics Co Ltd.

Alasannya, iSuppli menjelaskan, Samsung mampu menjadi produsen televisi 3D pertama di dunia yang mampu menjual televisi 3D dengan harga kurang dari USD1.000 per unit.Tidak hanya itu, Samsung pun menyediakan pula bonus berupa dua pasang kacamata 3D.

"Televisi 3D murah dari Samsung itu bernama PN50C490. Harganya USD989 per unit, termasuk dua pasang kaca mata. Memiliki ukuran 50 inci, Samsung PN50- C490 merupakan televisi 3D pertama di dunia yang berharga kurang dari USD1.000 per unit," ujar Research Analyst TV Technology iSuppli Corp Edward Border.

No comments: