Friday, October 8, 2010

Vietnam, Primadona Baru Telekomunikasi Asia


Selain Indonesia dan Filipina, Vietnam merupakan Negara tujuan investasi asing dalam sektor telekomunikasi. Bahkan di tengah-tengah krisis keuangan global banyak perusahaan telekomunikasi asing mengalihkan perhatian mereka kepada Vietnam.

Beberapa tahun terakhir industri telekomunikasi di Vietnam tumbuh sebesar 24% per tahun. Prestasi ini menjadikan Vietnam sebagai negara dengan pertumbuhan terbesar kedua setelah China dalam sektor telekomunikasi.

Keberhasilan itu merupakan buah dari kebijakan agresif yang ditempuh pemerintah Vietnam yang terus memperluas infrastruktur nasional, sehingga basis pelanggan semakin tumbuh di semua segmen pasar. Alhasil, kemajuan industri ponsel tumbuh sangat mengesankan dan akses online (internet broadband) mengalami lonjakan yang sangat signifikan sejak 2008.

Pertumbuhan pelanggan mobile hingga akhir agustus 2009 meroket hingga 40%. Pertumbuhan ini dipicu oleh penurunan tarif yang dilakukan oleh tiga perusahaan telekomunikasi terbesar di Vietnam seperti Viettel, milik militer Vietnam, serta MobiFone dan Vinaphone, milik Vietnam Posts and Telecommunications (VNPT).

Penurunan tarif ini dilakukan oleh ketiga operator itu, guna menstimulasi pertumbuhan hingga akhir 2009 dengan jumlah pelanggan yang diharapkan tumbuh sebanyak 105.000 pelanggan. Selain itu pemerintah Vietnam juga telah memberikan ijin bagi operator asing untuk bermitra dengan operator negara tersebut dalam rangka penyediaan layanan 3G.

Di sisi lain, Vietnam mengalami masalah yang unik dengan jaringan telekomunikasinya dan pemerintah akan menerapkan aturan yang ketat terhadap jumlah nomor untuk setiap pengguna telepon di negeri tersebut.

Untuk mengantisipasi hal ini pemerintah Vietnam akan membatasi jumlah nomor telepon yang boleh digunakan oleh pelanggan. Ke depannya, seorang pengguna hanya boleh menggunakan tiga nomor telepon dari setiap jaringan. Ini dilakukan mengingat nomor telepon yang tersedia semakin menipis.

Vietnam saat ini memiliki sekitar 87 juta penduduk dengan tingkat penetrasi pelanggan ponsel mencapai 97%. Jika ditambahkan dengan telepon kabel, secara total 111 juta nomor telepon sudah digunakan. Namun, Kementrian Informasi dan Komunikasi Vietnam khawatir bahwa skema penomoran yang digunakan tidak akan dapat menangani lebih banyak pengguna. “Karena jumlah nomor telepon selular terbatas, sumber daya telekomunikasi harus digunakan secara efektif,” kata juru bicara pemerintah Vietnam.

Invasi Ke Haiti

Sektor telekomunikasi Vietnam dikuasai oleh tiga operator besar, yaitu Viettel, MobiFone dan Vinaphone. Vinaphone menguasai sekitar 56% marketshare dan memiliki jaringan terbesar. Sementara itu, Mobifone menempati urutan kedua dengan menguasai 38% market share. Selebihnya dikuasai oleh Viettel yang dimiliki oleh militer Vietnam dan beberapa operator lainnya seperti S-fone, operator CDMA pertama di Vietnam.

Meski merupakan operator nomor tiga, Viettel baru-baru ini membuat gebrakan yang membuat industri telekomunikasi dunia semakin memperhitungkan Vietnam.

Pada Mei 2010, Viettel telah menandatangani kesepakatan untuk meng-upgrade jaringan fixed line terbesar di Haiti melalui investasi langsung di negara yang baru bangkit dari hantaman gempa itu. Di bawah kemitraan publik-swasta terstruktur oleh lembaga keuangan milik Bank Dunia, IFC, Viettel awalnya akan menginvestasikan US$ 59 juta, dan tambahan US$ 40 juta yang akan digelontorkan dalam masa empat tahun,

Lewat kesepakatan bersama operator milik pemerintah Haiti, Telekomunikasi d'Haiti (Teleco), kedua perusahaan membentuk sebuah perusahaan baru di mana Viettel akan memiliki saham 60% dan Banque de la République d'Haiti (BRH), Teleco dan afiliasi mereka akan mengontrol 40% sisanya.

No comments: