Tuesday, April 27, 2010

Fenomena The Native Gadget


Perkembangan teknologi gadget yang semakin mumpuni dari tahun ke tahun, mendorong bergesernya gaya hidup seseorang. Kini, tak salah bila gadget akrab dan identik dengan anak muda. Bagi mereka, gadget bukan sekedar fashion statement, namun sudah menjadi kebutuhan.

Penggunaan beragam gadget bisa dengan mudah kita temui di cafe, mall, bus, kampus, hingga pinggir-pinggir jalan sekalipun. Anak muda yang keranjingan gadget inilah yang biasa disebut generasi platinum. Generasi yang begitu lincah memainkan gadget dan mengetahui seluk beluk gadget dari hulu sampai hilir.

The native gadget, itulah sebutan bagi remaja atau anak muda yang begitu memahami dan tidak bisa lepas dari gadget. Bukan tanpa alasan bila muncul sebutan tersebut. Pasalnya, menurut survei terbaru yang dilansir dari Kaiser Family Foundation, akses ke media 24 jam menjadi kebiasaan sehari-hari anak dan remaja di Amerika Serikat. Remaja yang kebanyakan berusia 8-18 tahun, rata-rata menggunakan media digital hiburan selama 7 jam 38 menit sehari atau 53 jam seminggu. Gadget yang paling banyak digunakan adalah ponsel dan iPods.

Saking keranjingannya menggunakan gadget, remaja putri di Amerika, Annie Levitz yang berusia 16 tahun, terancam dioperasi kedua tangannya akibat terlalu sering mengirimkan SMS. Bayangkan saja, dalam sehari dia bisa mengirimkan lebih dari 100 SMS, sehingga tanpa disadari tangannya mulai mengalami semacam sindrom kekakuan. Dia sempat kehilangan sensasi dan kepekaan pada kedua tangannya dan tak bisa lagi memegang suatu benda. Alhasil, Annie sekarang harus mengenakan semacam penyangga khusus berbentuk sarung tangan dan mendapatkan suntikan pereda rasa sakit.

Keranjingan gadget, bukan hanya terjadi pada remaja di negara-negara maju saja, semisal Amerika. Di Indonesia, hadirnya gadget-gadget apik, fashionable dan pastinya memiliki manfaat mampu menghipnotis anak muda di tanah air untuk tidak ketinggalan tren canggih ini. Bisa dibilang “nggak punya gadget, nggak gaul”.

Seperti yang dilansir, menurut Sosiolog FISIP Universitas Indonesia, Kahardityo Suprapto yang menekuni soal komunitas informasi di Jakarta, anak muda inilah yang dinamakan generasi platinum atau ada juga yang menyebutnya sebagai generasi Z. "Saya lebih condong menyebutnya the native gadget. Namun, esensinya sama, mereka sangat paham berinteraksi dengan gadget atau peralatan komunikasi informasi," ujarnya. Generasi platinum punya karakter unik yang lebih eksploratif selaras arah perkembangan teknologi dan berbasis jejaring sosial.

Tentang penyebutan generasi Z, Kahardityo mengatakan, sebetulnya melanjutkan penyebutan generasi sebelumnya yang dinamakan generasi X dan Y."Generasi Z ini beda sekali jika dibandingkan dengan generasi X yang lahir tahun 1965 hingga 1980. Beda juga dengan generasi Y atau Generasi Milenium yang lahir tahun 1981-1995," ujarnya. Perbedaan paling mencolok bisa dilihat dari kemampuan memanfaatkan gadget. "Saking keranjingan, mereka seperti disetir oleh industri teknologi, yang semua produknya langsung ditelan mentah-mentah," ujarnya.

Fenomena iPad
Tak disangsikan, AS adalah negara yang banyak melahirkan teknologi gadget terbaru, disusul Jepang, Korea dan Taiwan. Fenomena iPhone yang sarat dengan inovasi dan kecanggihan, menegaskan bahwa gadget besutan Apple itu, telah menjadi standar bagi vendor lainnya dalam menelurkan produk sejenis.

Apalagi dengan seri keluaran terbaru iPhone 3GS yang memiliki kecepatan dua kali lipat dari versi sebelumnya iPhone 3G. Lebih cepat dalam memproses aplikasi, merender halaman web, melihat lampiran email, lebih reponsif, dapat menyajikan game 3D yang lebih baik serta kompleks, dan sebagainya. Gadget yang menjadi buruan ini, terjual 8,7 juta unit dalam waktu singkat.

Namun belum lagi iPhone 3GS tuntas dibicarakan, Apple terus melaju dengan produk paling anyar yakni iPad. iPad merupakan komputer tablet yang diklaim Apple sebagai perpaduan antara ponsel pintar dan laptop. Mereka yang sudah memiliki smartphone, netbook maupun teknologi digital lain rupanya belum merasa cukup puas, bila belum memiliki iPad. Terbukti, pada hari pertama penjualan di Amerika Serikat, iPad telah terjual lebih dari 300 ribu unit dan hari kedua menembus level 700 ribu unit.

Satu lagi gadget yang diprediksi akan mengikuti jejak iPhone dan iPad, adalah e-readers. Gadget ini diyakini akan merubah tradisi membaca media cetak, dari media kertas dan mesin cetak ke media teknologi digital. E-readers adalah pendatang baru di dunia perangkat elektronik berteknologi digital yang berpotensi besar menggeser tradisi yang sudah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun dengan cara baru dalam mengonsumsi media informasi dan berita.

Cukup download dan seluruh informasi akan tersedia secara interaktif lewat layar monitor gadget berukuran simpel dan mudah dibawa-bawa. Sejumlah analisis gadget yakin, sekitar 10 juta gadget berbasis E-reader akan laku terjual tahun ini. Bukan hanya di luar negeri, tapi juga di Indonesia.

Di Indonesia, tren gadget tampaknya masih mengarah pada ponsel multifungsi. Selain telepon, akses internet mutlak diperlukan untuk mendukung aktifitas sehari-hari. Helmi Wahidi, GM Customer Retention Management Telkomsel, menyebutkan bahwa gadget saat ini harus makin konvergensi namun tetap dibarengi dengan harga terjangkau.
“Selain itu, konten adalah nyawanya gadget. Percuma gadget canggih, tapi tidak ada konten menarik, seperti musik, edukasi. Yang juga penting, network harus bagus, tidak putus-putus. Itulah tiga hal yang menjadi satu kesatuan di gadget”, ungkapnya. Karenanya untuk mensupport perkembangan gadget di tanah air, Helmi menyebutkan bahwa Telkomsel berupaya memberikan kualitas jaringan terbaik melalui GPRS, 3G, HSDPA dan HSPA+.

No comments: