Tuesday, November 9, 2010

Akhirnya RIM Pun Mengiklankan Blackberry


Belakangan, iklan Blackberry (BB) terbaru yakni Torch mulai menghiasi sejumlah media, baik cetak maupun online. Menariknya, iklan tersebut langsung dipublikasikan oleh sang produsen yakni RIM (Research in Motion). Sebelumnya, iklan-iklan BB yang bertebaran di media massa, merupakan gawean operator yang menjadi mitra RIM. Sementara RIM sendiri, menikmati betul banjir publisitas dari hasil word of mouth, yang menjadikan BB sebagai gadget paling keren, tidak hanya mendukung gaya hidup namun juga aktifitas mobile internet yang terus marak. Sehingga, sejak kehadirannya sekitar enam tahun silam di Indonesia, nyaris RIM tak mengeluarkan dana promosi sepeser pun.

Apa yang mendasari keputusan RIM untuk beriklan? Merujuk pada pandangan pakar public realtion, Al Ries, langkah tersebut sejalan dengan tren mulai menurunnya publisitas karena dimata media, tak ada lagi yang spesial dari BB, selain sebagai gadget untuk merambah dunia on-line yang sudah dibangung selama ini. Itu sebabnya, setelah brand equity terbentuk dari publisitas maka langkah selanjutnya untuk mempertahankan merek adalah dengan beriklan.

Ries yang juga penulis "The Fall of Advertising and The Rise of PR", bilang untuk tetap berada di memori konsumen, perusahaan tak bisa lagi mengandalkan publisitas apalagi jika obyek yang disodorkan tak lagi memiliki value proposition yang kuat di mata media. Bagi media, terpenting adalah apa yang paling terbaru, bukan pada apa yang disodorkan oleh produsen. Iklan juga diperlukan, terutama untuk mempertahankan pangsa pasar, karena gempuran para pesaing pasti akan semakin deras.

Digerus Android
Pandangan Ries ini memang tepat. Tengok saja, pasar smartphone di AS kini berubah drastis sejak Google mengusung Android pada akhir tahun lalu. Sesuai prediksi, Android kini tumbuh cukup pesat ketimbang platform lainnya.

Data yang dirilis oleh comScore MobiLens, awal pekan ini, menunjukkan untuk periode tiga bulan per Agustus 2010, 234 juta orang AS yang sedikitnya berusia 13 tahun menggunakan ponsel berbasis Android.

Pada bulan Mei hingga Agustus 2010, pangsa pasar Android di AS tumbuh 51 persen, dari 13 persen menjadi 19,6 persen. Pertumbuhan Android ini satu-satunya yang positif dibandingkan platform lainnya yang justru minus alias merosot.

Bandingkan dengan penguasaan pasar produsen BlackBerry, RIM, yang anjlok dari 41,7 persen pada bulan Mei 2010 menjadi 37,6 persen pada periode yang sama. Sementara itu, pasar Microsoft juga terkikis dari 13,2 persen menjadi 10,8 persen.

Apple dan Palm bernasib sama, yaitu hanya membukukan penurunan pangsa pasar yang tipis. Pada bulan Mei, Apple menguasai 24,4 persen atau turun tipis pada bulan Agustus 2010 menjadi 24,2 persen. Palm juga turun dari 4,8 persen menjadi 4,6 persen.

Melihat data-data tersebut, tampaknya demam android mulai memakan korban. Kondisi ini dipastikan juga akan segera merambah ke Indonesia, mengingat sejumlah vendor handset sudah mulai meramaikan line-up produk Android , seperti Nexian, Samsung, Motorola, Sony Ericsson dan HTC. Apalagi, sebagai open source, smartphone berbasis Android memiliki kelebihan dibandingkan gadget sekelas lainnya, yakni fitur yang tak kalah canggih namun harga yang lebih murah.

No comments: