Tuesday, December 28, 2010

Saatnya Menjual Lewat Social Media


Tren marketing communication kini mulai mengalami perubahan, dari yang model konvensional seperti beriklan melalui TV kini mulai bergeser kearah digital (online campaign) seiring dengan berkembangnya era broadband.

Perubahan ini dimulai ketika masyarakat sudah mengenal internet sehingga perusahaan merasa perlu untuk memiliki personalized website untuk memperkenalkan produk yang dihasilkannya dan didukung dengan semakin murahnya akses internaet serta kehadiran device seperti iPhone dan Blackberry yang mempermudah produsen dalam melakukan approaching kepada konsumen karena jumlah masyarakat yang menggunakan layanan akses data cukup banyak.

Sudah cukup lama praktisi pemasaran berharap dapat mengubah internet menjadi medium yang sempurna buat beriklan. Pop-up yang ada di AOL, banner di Yahoo dan iklan pencarian adalah beberapa media online yang dijadikan sarana berpromosi.

Memang kehadiran online marketing ini tidak lantas mampu menggantikan televisi sebagai media promosi 100 persen, karena walau bagaimanapun televisi sudah menjangkau sekitar 90 persen jumlah penduduk Indonesia sementara pengguna internet di Indonesia baru sekiar 30 juta pelanggan. Tetapi yang jelas perusahaan akan menambah share budget promosinya. Saat ini rata-rata perusahaan menambah 10 persen dari total budget marketing.

Tren online marketing ini menjadi sangat besar dan booming ketika social media seperti Facebook, Twitter dan Youtube menjadi “wabah” bagi masyarakat dalam berinternetan. Promosi melalui social media tersebut menjadi pilihan yang sangat penting dan integrated ketika sebuah perusahaan akan membangun portfolio marketing communication-nya.

Menurut Tuhu Nugraha Dewanto, Social Media Specialist dari Virtual Consulting, kehadiran social media di inonesia bisa diterima dengan baik dikarenakan karakter masyarakat Indonesia yang sangat suka bersosialisasi dan membutuhkan pengakuan terhadap eksistensinya di masyarakat.

Dengan adanya kenyataan seperti ini tentu membuat social media menjadi sarana yang cukup efektif bagi perusahaan dalam melakukan promosi. Dari sisi budgeting jika dibandingkan dengan beriklan di televisi, promosi melalui online seperti social media bisa lebih efisien karena dengan budget yang ada perusahaan bisa memilih bentuk kampanye yang customized dan target audience-nya pun bisa ditentukan.
Hal ini tentu membuat tingkat efektifitas berpromosi lewat social media menjadi lebih tinggi.

Selain targeted, perusahaan juga bisa melakukan perubahan materi promosinya setiap hari. Hal ini tentu tidak bisa dijumpai jika promosinya dilakukan melalui iklan di TV.

Melalui social media perusahaan bisa melakukan engagement dengan customer-nya, bahkan menurut Tuhu ada beberapa perusahaan yang memanfaatkan promosi melalui social media ini hingga ke dalam bentuk off-line activity.

Namun Tuhu mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan ketika memilih social media sebagai sarana untuk berpromosi mengingat karakteristik yang dimiliki media online berbeda dengan TV. “Kalau di TV kita bisa memaksa penonton untuk melihat iklan yang kita tayangkan tetapi beda dengan social media, berpapun banyaknya uang yang dimiliki kita tidak bisa memaksa orang untuk melihat iklan kita”, jelas Tuhu.

Oleh karena itu pemilihan copy write-nya harus pas agar tidak terkesan terlalu melakukan hard selling yang harus dihindari ketika memilih berpromosi lewat social media. Materi promosi harus dibuat sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak menganggap sebagai iklan melainkan informasi yang layak untuk di-sharing. Inilah yang menjadi kelebihan social media, mereka akan dengan senang hati meneruskan informasi jika menganggap informasi tersebut penting untuk diketahui.

Selain itu, perusahaan juga harus bisa menentukan customer-nya ada dimana sebelum menentukan social media mana yang akan dipilihnya. Setelah menentukan social media yang dipilih perusahaan harus bisa memahami karakter dari social media itu sendiri.

Jika memilih Facebook, Tuhu mencontohkan, kita bisa bermain kata-kata lebih panjang, lebih personal dan lebih engage karena punya banyak tools yang bisa dipakai seperti foto dan video sehingga bisa lebih seru.

Berbeda dengan Twitter, kita tidak bisa memberikan informasi yang terlalu banyak dan hanya boleh memberikan informasi yang penting-penting saja. “Kalau terlalu berisik dia bisa unfollow”, pungkas Tuhu.

Belajar Dari Nike
Salah satu contoh perusahaan yang berhasil dalam melakukan online marketing adalah Nike. Produsen apparel asal AS ini memenangi kejuaraan branding sebagian besar berkat iklan tiga menitnya yang berjudul “Write The Future” selama Piala Dunia 2010.

Dalam video tersebut, sederet pendukung sepakbola berfantasi tentang kejayaan atau aib yang mungkin didapat dari permainan mereka dalam turnamen tersebut. Ratusan juta orang menonton video tersebut.

Video itu berawal sebagai iklan di Facebook kemudian diteruskan dari satu teman ke teman yang lain dan disertai dengan komentar dan rekomendasi dari pengguna. Klip tersebut diputar dan dikomentari lebih dari 9 juta kali oleh pengguna Facebook. Hal ini membantu Nike meningkatkan jumlah penggemarnya di Facebook yang semula 1,6 juta menjadi 3,1juta orang hanya dalam satu akhir pekan.

No comments: