Tuesday, December 28, 2010
Saatnya Menjual Lewat Social Media
Tren marketing communication kini mulai mengalami perubahan, dari yang model konvensional seperti beriklan melalui TV kini mulai bergeser kearah digital (online campaign) seiring dengan berkembangnya era broadband.
Perubahan ini dimulai ketika masyarakat sudah mengenal internet sehingga perusahaan merasa perlu untuk memiliki personalized website untuk memperkenalkan produk yang dihasilkannya dan didukung dengan semakin murahnya akses internaet serta kehadiran device seperti iPhone dan Blackberry yang mempermudah produsen dalam melakukan approaching kepada konsumen karena jumlah masyarakat yang menggunakan layanan akses data cukup banyak.
Sudah cukup lama praktisi pemasaran berharap dapat mengubah internet menjadi medium yang sempurna buat beriklan. Pop-up yang ada di AOL, banner di Yahoo dan iklan pencarian adalah beberapa media online yang dijadikan sarana berpromosi.
Memang kehadiran online marketing ini tidak lantas mampu menggantikan televisi sebagai media promosi 100 persen, karena walau bagaimanapun televisi sudah menjangkau sekitar 90 persen jumlah penduduk Indonesia sementara pengguna internet di Indonesia baru sekiar 30 juta pelanggan. Tetapi yang jelas perusahaan akan menambah share budget promosinya. Saat ini rata-rata perusahaan menambah 10 persen dari total budget marketing.
Tren online marketing ini menjadi sangat besar dan booming ketika social media seperti Facebook, Twitter dan Youtube menjadi “wabah” bagi masyarakat dalam berinternetan. Promosi melalui social media tersebut menjadi pilihan yang sangat penting dan integrated ketika sebuah perusahaan akan membangun portfolio marketing communication-nya.
Menurut Tuhu Nugraha Dewanto, Social Media Specialist dari Virtual Consulting, kehadiran social media di inonesia bisa diterima dengan baik dikarenakan karakter masyarakat Indonesia yang sangat suka bersosialisasi dan membutuhkan pengakuan terhadap eksistensinya di masyarakat.
Dengan adanya kenyataan seperti ini tentu membuat social media menjadi sarana yang cukup efektif bagi perusahaan dalam melakukan promosi. Dari sisi budgeting jika dibandingkan dengan beriklan di televisi, promosi melalui online seperti social media bisa lebih efisien karena dengan budget yang ada perusahaan bisa memilih bentuk kampanye yang customized dan target audience-nya pun bisa ditentukan.
Hal ini tentu membuat tingkat efektifitas berpromosi lewat social media menjadi lebih tinggi.
Selain targeted, perusahaan juga bisa melakukan perubahan materi promosinya setiap hari. Hal ini tentu tidak bisa dijumpai jika promosinya dilakukan melalui iklan di TV.
Melalui social media perusahaan bisa melakukan engagement dengan customer-nya, bahkan menurut Tuhu ada beberapa perusahaan yang memanfaatkan promosi melalui social media ini hingga ke dalam bentuk off-line activity.
Namun Tuhu mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan ketika memilih social media sebagai sarana untuk berpromosi mengingat karakteristik yang dimiliki media online berbeda dengan TV. “Kalau di TV kita bisa memaksa penonton untuk melihat iklan yang kita tayangkan tetapi beda dengan social media, berpapun banyaknya uang yang dimiliki kita tidak bisa memaksa orang untuk melihat iklan kita”, jelas Tuhu.
Oleh karena itu pemilihan copy write-nya harus pas agar tidak terkesan terlalu melakukan hard selling yang harus dihindari ketika memilih berpromosi lewat social media. Materi promosi harus dibuat sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak menganggap sebagai iklan melainkan informasi yang layak untuk di-sharing. Inilah yang menjadi kelebihan social media, mereka akan dengan senang hati meneruskan informasi jika menganggap informasi tersebut penting untuk diketahui.
Selain itu, perusahaan juga harus bisa menentukan customer-nya ada dimana sebelum menentukan social media mana yang akan dipilihnya. Setelah menentukan social media yang dipilih perusahaan harus bisa memahami karakter dari social media itu sendiri.
Jika memilih Facebook, Tuhu mencontohkan, kita bisa bermain kata-kata lebih panjang, lebih personal dan lebih engage karena punya banyak tools yang bisa dipakai seperti foto dan video sehingga bisa lebih seru.
Berbeda dengan Twitter, kita tidak bisa memberikan informasi yang terlalu banyak dan hanya boleh memberikan informasi yang penting-penting saja. “Kalau terlalu berisik dia bisa unfollow”, pungkas Tuhu.
Belajar Dari Nike
Salah satu contoh perusahaan yang berhasil dalam melakukan online marketing adalah Nike. Produsen apparel asal AS ini memenangi kejuaraan branding sebagian besar berkat iklan tiga menitnya yang berjudul “Write The Future” selama Piala Dunia 2010.
Dalam video tersebut, sederet pendukung sepakbola berfantasi tentang kejayaan atau aib yang mungkin didapat dari permainan mereka dalam turnamen tersebut. Ratusan juta orang menonton video tersebut.
Video itu berawal sebagai iklan di Facebook kemudian diteruskan dari satu teman ke teman yang lain dan disertai dengan komentar dan rekomendasi dari pengguna. Klip tersebut diputar dan dikomentari lebih dari 9 juta kali oleh pengguna Facebook. Hal ini membantu Nike meningkatkan jumlah penggemarnya di Facebook yang semula 1,6 juta menjadi 3,1juta orang hanya dalam satu akhir pekan.
Dari Jack The Ripper Hingga Taman Neraka
Wisata horor merupakan salah satu genre dari industri pariwisata. Para pelaku dibidang ini, memang dituntut harus kreatif melihat keinginan wisatawan, yang tentu tidak ingin melihat obyek yang "itu-itu saja" saja.
Nah, Indonesia dengan beragam obyek seram dan menakutkan, jelas punya potensi untuk mendatang lebih banyak wisatawan. Lawang Sewu sudah membuktikan hal tersebut, meski belum digarap secara maksimal. Untuk hal ini, mungkin kita perlu belajar dengan pemerintah kota London yang pintar mengemas Legenda Jack The Ripper. Obyek lain yang tak kalah menarik adalah Taman Neraka di Suphanburi, Thailand.
Jack The Ripper
Jack the Ripper (Jack sang Pencabik) adalah julukan untuk tokoh misterius yang melakukan serangkaian pembunuhan berantai dan mutilasi di Inggris pada abad 19.
Pada pertengahan 1888, lewat tengah malam di distrik East End di kota London, Inggris, yang dikenal dengan nama Whitechapel (daerah lampu merah) pernah dihebohkan dengan aksi pembunuhan berantai sadis terhadap sejumlah wanita tuna susila.
Salah satunya adalah Catherine Eddowes terlihat di sudut jalan itu, di St James’s Passage di kawasan Whitechapel, 30 September 1888. Catherine adalah korban keempat Jack The Ripper. Identitas pelaku pembunuhan hingga kini tidak berhasil diungkap. Polisi hanya tahu bahwa sang pembunuh menjuluki dirinya "Jack the Ripper".
Jack The Ripper tidak meninggalkan bukti satu pun dalam tindakan kriminalnya, pola pembunuhannya pun tidak diketahui, bahkan bisa dibilang acak. Satu-satunya persamaan antara korban-korbannya ialah bahwa mereka adalah wanita tuna susila.
Jack The Ripper membunuh korban-korbannya tanpa ampun. Setelah memotong leher korbannya, kemudian Jack The Ripper memutilasi mereka. Bagaikan bayangan di malam hari, tidak ada seorangpun yang dapat menguak siapakah Jack The Ripper sebenarnya. Walaupun Jack The Ripper "hanya" beraksi lebih kurang satu tahun, korbannya sangat banyak dan telah menjadi legenda sampai sekarang.
Ada juga dugaan kalau pelaku adalah seorang dokter atau setidaknya orang yang mempunyai latar belakang pendidikan kedokteran spesialisasi di bidang operasi bedah karena sayatan-sayatan di tubuh korbannya sangat rapi yang hanya bisa dilakukan menggunakan alat-alat operasi kedokteran yang membutuhkan keahlian khusus.
Identitas Jack the Ripper sampai hari ini masih merupakan misteri; para spekulan memprediksi bahwa Jack the Ripper telah menyebrangi Laut Atlantik dan bermukim di AS setelah pembunuhan-pembunuhan tersebut.
Dua abad setelah pembunuhan berantai itu, legenda Jack The Ripper yang mendunia masih membius dan menjadi obyek wisata. Berdasarkan buku panduan yang diterbitkan dinas pariwisata London, titik pertama yang harus disinggahi adalah St James’s Passage yang bermuara di Mitre Square, tempat mayat Catherine Eddowes tadi ditemukan. Lokasinya sekitar 20 menit berjalan kaki dari Tower Hill.
Panduan dalam buku mungil disajikan cukup deskriptif, dilengkapi peta, cuplikan cerita seperti kesaksian orang yang melihat Catherine terakhir kali, hingga arahan kanan dan kiri. Seluruhnya cukup ditempuh berjalan kaki. Suasana malam yang dingin, semakin menumbuhkan rasa ngeri dan pilu saat membayangkan belati yang dihunus The Ripper menghujam tubuh para korban.
Setelah lokasi pertama, buku panduan akan membawa wisatawan ke empat lokasi dimana para korban pembunuhan ditemukan bersimbah darah The Ripper di kawasan Whitechapel. Kawasan ini sebenarnya tak menjanjikan keindahan, hanya berbagai bangunan kelam, apartemen, perkantoran, masjid (The East London Mosque), toko, dan juga bar. Beberapa bar lawas bahkan terkait dengan Jack The Ripper. Sekali pun kuno, atmosfer bar-bar ini amat nyaman, tak terasa angker.
Bar kuno itu, misalnya, Still and Star Pub yang berdiri sejak tahun 1880, Hoop and Grapes Pub (tahun 1600), The White Hart Pub (1721), dan The Ten Bells (1753). Bar yang terakhir diduga merupakan lokasi favorit The Ripper untuk minum-minum. Annie Chapman yang mayatnya ditemukan di Hanbury Street masih sempat bekerja di The Ten Bells pada malam dia tewas di ujung belati The Ripper.
Jack The Ripper jelas adalah salah satu contoh kreatif pengelolaan turisme dengan bermodal narasi, tak semata keindahan kota ataupun alamnya. Kendati hal itu berupa narasi keji dan pilu.
Sadisme Taman Neraka
Taman Neraka di Kuil Wat Phai Rong Wua, Distrik Song Phi Nong, Suphanburi, Thailand, menjadi tempat tujuan wisata paling aneh di dunia. Tidak ada keindahan atau kegembiraan yang ditampilkan, tapi justru teror adegan-adegan sadistis yang diperagakan melalui ratusan patung. Taman itu memang dimaksudkan sebagai gambaran tentang neraka.
Ratusan patung manusia, dipamerkan dalam kondisi disiksa. Ada yang ditusuk wajahnya dengan tombak, ada yang digergaji, digantung atau tubuh hancur diludahkan dari mulut monster.
Efek sadis semakin terasa, saat menyaksikan ceceran darah bertebaran dimana-mana. Ditambah raungan penderitaan dan jerit tangis penyiksaan yang keluar dari mulut pengeras suara, menambah suasana bertambah seram.
Wat Phai Rong Wua adalah salah satu kuil besar di Thailand. Disini terdapat patung Budha terbesar di dunia yang dibangun pada 1926, terbuat dari logam cor setinggi 61 meter. Selain itu terdapat ratusan patung Budha dalam berbagai posisi doa, Istana Chedis bergaya India, dan simbolisasi ajaran-ajaran Budha lainnya.
Taman Neraka dimaksudkan sebagai wahana belajar anak-anak dan generasi muda, tentang balasan yang akan mereka terima di kehidupan pasca kematian, jika tidak mau berdoa, beribadah dan gemar berbuat dosa.
Terlepas dari pesan moral, Taman Neraka adalah wujud kreatifitas dalam mengemas obyek pariwisata kontemporer berbau horor. Bagaimana dengan Indonesia?
Monday, December 27, 2010
Lawang Sewu: Lebih Dari Sekedar Wisata Sejarah
Semarang bukan hanya terkenal dengan Gereja Belenduk yang masih berdiri kokoh hingga kini. Namun ada juga Lawang Sewu yangpenuh dengan misteri karena sejarah kelam dimasa lalu.
Seperti halnya Bandung, Surabaya, Medan atau Jakarta (Kota), Semarang terkenal dengan bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda. Kota yang mulai dibangun pada 2 Mei 1547 itu, memiliki banyak bangunan bernilai historis dan arsitektur tinggi, terutama di kawasan cagar budaya Kota Lama, dimana Gereja Blenduk yang dibangun pada 1742 menjadi landmark-nya.
Kawasan Kota Lama sebenarnya merupakan pusat kota Semarang yang asli, dimana tampak berbagai bangunan pemerintahan dan sejumlah bangunan pendukung lain sebagai unsur kawasan pusat kota dengan gaya arsitektur Belanda. Gedung dan prasana pendukung itu, mulai dibangun semenjak Semarang-Kaligawe diserahkan ke Belanda pada 15 Januari 1679 oleh Amangkurat II sebagai pembayaran atas keberhasilan Belanda menumpas pemberontakan Trunojoyo.
Jika kita susuri, sebagian besar kompleks kota asli Semarang , jejaknya dimulai dari Pelabuhan Semarang, Jembatan Berok, Gereja Blenduk, Kompleks Stasiun Tawang hingga Lawang Sewu.
Menariknya, jika gedung-gedung lain sekedar menawarkan nuasa kuno dan romansa sejarah kolonial, hal itu tidak berlaku buat lawang Sewu. Apa pasal? Berdiri kokoh dan tepat di kawasan Tugu Muda pusat Kota Semarang, pengunjung disuguhi pesona lain, yakni unsur magis sekaligus angker yang membuat puluhan paranormal dari berbagai penjuru tanah air, sempat menjadikan Lawang Sewu sebagai ladang perburuan hantu. Saking banyaknya korban yang dibantai pada waktu itu, Lawang Sewu kini juga mendapat julukan sebagai kawasan wisata horor. Menegangkan sekaligus mengasyikkan.
Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pada masa peperangan dulu, yang melibatkan Angkatan Muda Kereta Api (pemuda-pemuda Semarang) melawan bala tentara Kido Buati Jepang, gedung Lawang Sewu menjadi ajang penyiksaan dan pembantaian. Tidak jelas berapa nyawa telah melayang, tapi jumlahnya bisa dipastikan mencapai ribuan.
Dari catatan sejarah, Lawang Sewu yang selalu dipadati wisatawan pada musim liburan, dibangun pertama kali pada tahun 1903 dan diresmikan pengunaannya pada 1 Juli 1907.
Pemerintah Kota Semarang telah memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah yang wajib dilindungi. Sesuai kaidah arsitektur morfologi bangunan sudut, Lawang Sewu yang cantik memiliki menara kembar model ghotic yang terletak di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama. Model bangunan gedung yang memanjang ke belakang makin mengesankan kekokohan, kebesaran, dan keindahan.
Dengan status sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi, PT KA sebagai pemilik Lawang Sewu, saat ini tengah merenovasi bangunan bersejarah itu untuk disiapkan menjadi galeri industri kreatif di Kota Semarang.
Wisata Horor
Dengan segala keunikan dan kebesarannya, siapapun tak menyanggah jika Lawang Sewu berpotensi untuk menarik wisatawan lokal maupun manca negara. Saat saya mendatangi Lawang Sewu belum lama ini, belasan wisatawan sudah mengantri meskipun proses rehabilitasi belum tuntas dilakukan.
Untuk mengenang romansa masa lalu, turis tak perlu repot membayangkan sendiri, karena sudah tersedia tour guide yang akan menemani pengunjung, sekaligus menerangkan seluk beluk gedung yang dahulu digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maschaappij (NIS).
Saat memasuki gedung dua lantai ini, pesona kemegahan sudah terasa. Salah satu ciri yang kuat dari bangunan art deco ini adalah banyaknya pintu di berbagai sisi. Saking banyaknya, tak banyak pengunjung yang hapal berapa jumlah sebenarnya. Sebab itu tak salah jika masyarakat setempat menjulukinya sebagai pintu atau ‘lawang’ dalam bahasa Jawa, sedang ’sewu’ artinya seribu, sebagai arti kiasan dari jumlah pintunya banyak sekali. Sisi lain yang tak kalah menarik adalah kekokohan bangunan, baik dinding maupun atap yang mampu menahan serangan meriam.
Penjara Bawah Tanah
Tak salah jika keberadaan penjara bawah tanah, semakin memperkuat citra seram Lawang Sewu. Pengunjung yang ‘bersedia’ melongoknya dipastikan bergidik membayangkan kekejaman tentara Jepang. Dulunya tempat itu merupakan tempat penampungan air oleh tentara Belanda. Namun tentara Jepang menjadikannya tempat penyiksaan. Tempat itu sendiri baru diketahui setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia yaitu sekitar tahun 1945. Berbagai tempat penyiksaan dan penjara dapat disaksikan, diantaranya :
Penjara Berdiri
Tahanan (yang pastinya orang indonesia) dimasukan kedalam ruangan kurang lebihberukuran lebar 1×1 meter sebanyak 6 orang. Mereka lalu di beri air selutut kemudian di kurung berdiri. Dengan ukuran sesempit itu maka tidak mungkin jongkok, seandainya jongkok pun mereka akan terlelap air. Mereka akan dikurung sampai meninggal.
Penjara jongkok
Tahanan harus duduk jongkok di ruangan kurang lebih selebar 1,5 m dan setinggi 1 m sebanyak 7- 8 orang dan juga dikurung sampai meninggal.
Tempat pemasungan kepala
Tahanan yang membandel, akan dilakukan pemasungan kepala, didalam sebuah bak. Saat itu saya masih melihat alat pasungnya yg sudah berkarat. Setelah di pasung kemudian badan dan kepala secara diam-diam di tenggelamkan ke sungai dengan jalan bawah tanah.
Perantai Badan
Tempat merantai badan, kemudian mereka disiksa, baik di cambuk disundut rokok, atau cara-cara menyedihkan lainnya.
Wednesday, December 22, 2010
Yongki D. Sugiarto: 1 Juta Unit, Why Not?
Pekan lalu, saya sempat menghadiri MarkPlus Conference 2011 di Ritz Carlton, Pacific Place. Banyak sisi-sisi menarik yang terungkap dari sesi dikusi panel yang melibatkan sejumlah ketua asosiasi bisnis, mulai dari ATSI, Aprindo, Gaikindo, REI, GABEL, hingga Perbanas.
Gaya khas Hermawan Kertajaya, komunikatif, mendalam namun diselingi joke segar, membuat sesi tanua jawab antar seluruh panelis berlangsung seperti air mengalir, namun dengan ending yang jelas. Lewat pandangan para ketua asosiasi itu, pada akhirnya proyeksi ekonomi Indonesia dapat dipetakan dengan jelas.
Sebelumnya, Hermawan memberikan pandangan bahwa 2011 akan tercatat dalam tonggak sejarah pemasaran. Pasalnya, perilaku konsumen akan berubah drastis menjadi lebih konsumtif baik karena didorong oleh semakin meningkatnya kesejahteraan (GDP per kapita mencapai USD 3000) maupun semakin banyaknya pendekatan pemasaran yang memicu konsumsi.
Salah satunya dipicu oleh Tren 3C: semakin connected-nya masyarakat Indonesia karena dorongan teknologi, semakin credible-nya posisi Indonesia di dunia, dan semakin creative-nya pasar Indonesia, karena dominasi pasar urban, middle class, dan youth-women-netizen.
"Dengan penghasilan rata-rata USD 3000, psikografis konsumen mulai berubah. Untuk menunjang gaya hidup, tren konsumsi terhadap produk kelas menengah atas mulai melonjak, meski masih tetap dalam batas yang affordable", ujar Hermawan.
Perilaku konsumen yang 'genit' ini, diamini oleh seluruh panelis. Elektronik misalnya, merujuk pada pola belanja masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, GABEL memprediksi terjadi pertumbuhan hingga 50% dibandingkan tahun lalu.
Begitu pun dengan Gaikindo yang optimis penjualan pada 2011 mendatang, diproyeksi mencapai 800 ribu unit. Menurut Ketua Umum Gaikindo, Yongki D. Sugiarto, meski dibayangi pembatasan BBM dan pengenaan pajak progresif, minat masyarakat kelas menengah terhadap mobil baru akan terus meningkat. Tahun ini saja penjualan mobil sudah menembus rekor, yakni 730 ribu unit, melampau rekor sebelumnya yakni 600 ribu unit pada 208.
Yongki yang juga Presdir PT Hyundai Mobil Indonesia, menilai pasar otomotif di Indonesia masih terbuka lebar. Penjualan 800 ribu unit yang dipatok pada 2011, baru akan menyamai Thailand yang selama ini merajai pasar otomotif di kawasan ASEAN. Namun, dengan tingkat populasi yang lebih banyak dan penetrasi masih terbilang rendah, pasar Indonesia tentu lebih baik dibandingkan dengan negeri gajah putih itu.
Alhasil, Yongki yang juga kakak kandung CEO Astra International, Prijono D. Sugiarto, optimis jika kondisi ekonomi tetap kondusif dan tidak ada perubahan kebijakan yang drastis, dalam dua tahun ke depan, rekor penjualan baru akan tercapai, yakni 1 juta unit.
1 juta unit, why not? kata Yongki optimis.
Wednesday, December 15, 2010
Siapa Bisa Tahan (Laju) Pajero Sport?
Kalau ada pemilihan iklan mobil terpanjang selama 2009-2010, bisa jadi pemenangnya adalah Mitsubishi Pajero Sport. Sejak diperkenalkan pertama kali di ajang IIMS, Agustus 2009, SUV berbodi bongsor ini langsung menghiasi layar kaca yang berlangsung hingga kini. Sebelumnya, KTB (Krama Yudha Tiga Berlian), selaku pemegang ATPM, masih mencoba mempopulerkan varian Grandis yang juga sama-sama bertipe SUV. Namun, seiring waktu, popularitas dan tren penjualan, belakangan KTB lebih memilih Pajero Sport sebagai flagship product, sehingga promosinya terus berlangsung konsisten.
Memang wajar jika KTB lebih memprioritaskan Pajero Sport, meski milyaran rupiah terus digelontorkan untuk mengatrol image. Faktanya, sejak kehadiran Pajero Sport, KTB terus membayangi dominasi ATPM lain seperti TAM (Toyota Astra Motor) - Fortuner, HPM (Honda Prospect Motor)- CRV dan NMI (Nissan Motor Indonesia) - X-Trail, yang selama ini merajai pasar di segmen SUV. Bahkan pada penjualan September 2010, dikatagori 4x4 untuk pertama kali Pajero Sport sukses membukukuan penjualan tertinggi, yakni sebanyak 131 unit.
Menariknya, menurut Direktur Pemasaran PT KTB, Rizwan Alamsyah, pihaknya tak menyangka bahwa penjualan Pajero Sport bisa laris hingga kini. "Ajang IIMS 2009, saat pertama kali mobil ini diperkenalkan, sebenarnya lebih bersifat tes pasar", ujarnya.
Untuk mempertahankan momentum penjualan, KTB belum lama ini memperkenalkan varian terbaru, yakni Mitsubishi Pajero Sport 4x2 M/T. Rizwan berharap banyak pada varian ini, terutama dalam meningkatkan pangsa pasar Mitsubishi di segmen SUV.
Kalau sejauh ini Pajero Sport bisa mencuri pangsa pasar sebanyak 19 persen, maka peningkatan hingga 25 persen pangsa pasar optimis bisa dicapai pabrikan berlogo tiga berlian ini dengan versi manual dari Pajero Sport.
Untuk mencapai target pangsa pasar 25 persen tersebut pun, Mitsubishi percaya diri untuk menaikkan target penjualan Pajero Sport, dari hanya 1.000 unit per bulannya, menjadi 1.250 unit per bulan.
"Pasar SUV, terutama yang 4x2 masih sangat besar, sehingga kita optimis untuk mengisinya dengan model andalan Pajero Sport yang kini semakin banyak pilihan tipenya," tegas Rizwan.
Pajero Sport 4x2 ini diperkenalkan pertama kali di Indonesia International Motor Show 2010 lalu.
Banjir Award
Sukses disisi penjualan, rupanya berbanding lurus dengan beragam award yang diterima Pajero Sport. Tak tanggung-tanggung, sepanjang tahun ini lima penghargaan bergengsi berhasil disabet oleh Pajero Sport. Penghargaan terakhir disematkan pada ajang Autobild Award 2010, yang digelar 16 November lalu, dimana mobil ini dianugerahi Best Big SUV 2010. Penghargaan lain untuk mobil yang diklaim sebagai SUV sejati itu, adalah Favorite Medium SUV – Autocar Indonesia Reader’s Choice Award 2010, Rookie of The Year – Otomotif Award 2010, Most Favorite Diesel Car – Car & Tuning Guide Magazine 2010, dan Best SUV Diesel 2010 – ICOTY 2010 – Mobil Motor Magazine.
Rupanya, semua kriteria terbaik dari sebuah kendaraan SUV, yakni handling, mesin dan performa terbaik, pengereman terbaik, serta exterior dan interior yang modis, menjadi nilai tersendiri yang menjadikan Pajero Sport sebagai SUV idaman. Semua itu masih ditambah oleh image yang kuat sebagai mobil tangguh di ajang Rely Dakkar.
Berminat? Siapkan saja dana mulai Rp 359 juta (OTR) untuk varian terendah 2WD GLS.
Afrika Utara, Lumbung Baru Industri Telekomunikasi
Menurut analisa terbaru dari Frost & Sullivan, diketahui bahwa negara-negara di Afrika Utara relatif lebih agresif ketimbang Asia Selatan. Kawasan ini memiliki 100 persen penetrasi pasar di bawah persaingan atau lingkungan yang bersifat duopoli.
Diluar dugaan negara-negara di Afrika Utara memiliki 100 persen penetrasi pasar dan berkembang di bawah tekanan ARPU. Agar dapat bertahan, masing-masing operator telekomunikasi mengeluarkan berbagai paket menarik untuk meraup pelanggan baru dan menghindari turunnya ARPU (average revenue per user).
Menarik diketahui, karakter pelanggan di kebanyakan negara Timur Tengah dan Afrika Utara mirip dengan pelanggan di Indonesia, di mana cenderung untuk memilih layanan prabayar. Di sana, para operator telekomunikasi menawarkan harga rendah untuk mendongkrak jumlah pelanggan.
Para analis menilai, layanan prabayar dapat diterima oleh kebanyakan masyarakat di Afrika Utara, terutama masyarakat dengan pendapatan rendah. Ini dikarenakan layana prabayar lebih fleksibel dalam penggunaannya.
Disisi lain, persaingan yang semakin ketat dan cenderung ‘berdarah-darah’ telah membuat para operator telekomunikasi mau tak mau harus menurunkan tarif agar dapat menjaga posisi mereka dalam pasar. Untuk meraih pelanggan, para operator mengeluarkan berbagai program dan harga pulsa yang murah.
Pasar telekomunikasi di Afrika utara memiliki beragam peluang dan juga tantangan dalam pengembangannya. Selama periode 2007 sampai 2009 pasar telah menunjukkan pertumbuhan pada CAGR sebesar 20 persen dan diharapkan terus berkembang hingga lima tahun ke depan dengan adanya kombinasi segmen antara voice dan mobile broadband. Wilayah yang luas dan populasi anak muda yang sangat besar merupakan faktor yang menguntungkan bagi perkembangan industri telekomunikasi di afrika utara.
Banyaknya populasi anak muda ini diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan mobile data hingga 35 persen per tahun dan memberikan kontribusi sebesar 10 persen dari total revenue industri telekomunikasi pada tahun 2014 nanti.
Namun demikian, profitabilitas industri ini kemungkinan akan mengalami penurunan mengingat berkurangnya jumlah potensial pelanggan baru yang pada akhirnya akan memaksa para operator untuk menentukan alokasi investasi modal baru yang tepat guna. Tetapi secara keseluruhan, pasar industri telco di Afrika Utara ini tetap memberikan berbagai peluang pertumbuhan yang prospektif terutama dengan tumbuhnya animo pengguna di segmen mobile internet .
Di sisi lain, kehadiran para pemain internasional dalam industry telco afrika utara akan sedikit menyulitkan bagi para pemain lokal. Operator besar seperti MTN, Q-Tel dan Etisalat telah menunjukkan minatnya untuk berinvestasi di wilayah ini.
Untuk itu beberapa negara sedang menyusun regulasi yang akan mengatur pola investasi dan aturan mainnya sebagai dasar untuk terciptanya persaingan usaha yang sehat dan dalam rangka memperkuat pondasi para pemain ICT lokal dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi sector telekomunikasi di Afrika Utara.
Dengan kondisi seperti ini tentu para CEO operator telekomunikasi menghadapi sejumlah tantangan berat. Pemahaman yang baik dan penanganan yang tepat akan menentukan siapa yang akan keluar sebagai penguasa pasar.
Seperti halnya Indonesia, saat ini sebagian besar operator seluler di Afrika Utara, 80 persen pendapatannya masih bergantung pada basic service, yaitu voice dan SMS. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga era broadband mulai diluncurkan. Oleh karena itu para operator diharapkan untuk dapat meningkatkan revenue dari non voice mengingat infrastruktur Negara-negara Afrika Utara memberikan peluang besar bagi pertumbuhan mobile broadband.
Untuk memaksimalkan pendapatan revenue dalam mobile broadband ini operator harus bias menyediakan tidak hanya perangkat yang tetapi juga konten yang relevan dengan permintaan pasar.
Bagaimana peta persaingan telekomunikasi di Afrika Utara? mari kita tengok kondisinya di tiga negara.
Maroko
Orange telecom, operator telekomunikasi asal prancis telah mengakuisisi 40 persen saham Meditel Meditel, operator telekomunikasi terbesar kedua di Maroko. Hal tesebut dilakukan untuk mengembangkan layanan 3G di Maroko. Layanan 3G memang telah menjadi medan pertempuran besar baru operator telekomunikasi di Maroko.
Tunisia
Perkembangan penting lainnya dalam sektor telekomunikasi di Afrika Utara adalah peluncuran layanan 3G oleh Orange Tunisia pada Mei 2010. Orange, yang dimiliki bersama oleh France Telecom dan Tunisia Grup Mabrouk, memasuki pasar sebagai operator telekomunikasi pertama di Tunisia benar-benar konvergen dalam menawarkan layanan mobile, fixed line dan internet. Orange juga akan menginvestasikan dananya sebesar USD689 pada tahun 2015 nanti dalam rangka mengembangan jaringan 3G.
Aljazair
Meskipun Aljazair belum mengeluarkan lisensi 3G untuk tiga operator jaringan mobile - mobilis milik negara, Orascom Telecom milik Djezzy dan Wataniya's Nedjma –Namun baru-baru ini menurut pemberitaan di beberapa media mengindikasikan bahwa pemerintah Aljazair mungkin akan meniadakan layanan 3G dan memilih untuk mengembangkan layanan mobile 4G sebagai gantinya. Pada bulan Juli 2010, harian El Khabar menulis bahwa pemerintah berencana untuk mengadakan tender lisensi 4G pada tahun 2011. Penerbitan lisensi 4G akan membantu untuk merevitalisasi sektor mobile Aljazair, yang pertumbuhan telah melambat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Tuesday, December 7, 2010
Mengukur Loyalitas Pelanggan Garuda Indonesia
Selama tiga hari (4-6 Des), saya sempat melakukan kunjungan ke Medan. Seperti biasa, saya memanfaatkan jasa Garuda Indonesia. Saya bersyukur, kali ini perjalanan berlangsung mulus tanpa hambatan.
Seperti kita ketahui, akhir November lalu, pelanggan Garuda Indonesia mendapatkan pelayanan yang mengecewakan. Akibat penerapan sistem baru untuk mengontrol operasional secara integral, atau yang lebih dikenal dengan Integreted operation control Sistem (AIOCS), muncul kekacauan jadwal penerbangan sehingga terjadi sejumlah keterlambatan hingga berjam-jam lamanya.
Dihadapkan pada kondisi yang berpotensi melunturkan kepercayaan pelanggan, manajemen Garuda Indonesia bertindak cepat. Langkah perbaikan terus dilakukan, sementara tanggung jawab terhadap pelanggan yang dirugikan tidak ditunda-tunda. Meski harus menanggung kerugian milyaran rupiah, karena harus mengganti setiap tiket yang terkena pembatalan, Garuda tetap menempuh opsi tersebut.
Tak tanggung-tanggung, penjelasan kepada publik dilakukan langsung oleh sang Dirut, Emirsyah Satar. Emir memastikan pelayanan penerbangan BUMN itu bisa berjalan normal pada 25 November 2010. Selama 3 hari ke depan, Garuda masih melakukan migrasi sistem lama ke sistem baru.
Emir bilang, kacaunya pelayanan penerbangan Garuda sejak Minggu (21/11) diakibatkan migrasi sistem lama ke sistem baru yang sedang berjalan sehingga ada beberapa data penting mengenai penerbangan yang terlewat. Dengan demikian, ada beberapa kru pesawat yang tidak mendapatkan informasi secara penuh.
Walaupun telah disiapkan dengan baik dan juga telah disimulasikan, namun mengingat sistem yang baru ini akan mengelola kegaiatan penerbangan GA yang cukup besar, yang melibatkan 81 pesawat, 580 penerbang, 2.000 awak kabin, dan penerbangan yang mencapai 2.000 setiap minggunya, maka dalam proses migrasi/transisi dari sistem lama ke sistem baru, masih juga terjadi ketidaksinkronan data/informasi khususnya menyangkut jadwal tugas para awak kabin.
Emir menambahkannya, sementara Garuda melakukan perbaikan, sistem penerbangan yang biasa dilakukan secara otomatis terpaksa dilakukan manual. Akibatnya, pelayanan penerbangan Garuda belum bisa sempurna sampai selesai tanggal 25 November lalu.
Sistem tersebut, kata Emirsyah, sudah saatnya diperbarui. Pasalnya, sistem yang selama ini digunakan Garuda itu terakhir kali diperbarui lebih dari 10 tahun lalu.
Emir menambahkan, pengembangan sistem penerbangan itu dilakukan menggunakan belanja modal perseroan sejak tahun 2007. Biayanya diperkirakan mencapai US$ 1,5 juta.
Emirsyah Satar mengakui, pihaknya menerapkan IOCS, terkait dengan rencananya untuk masuk ke dalam aliansi penerbangan dunia, Global Alliance Sky Team.
Untuk menjadi anggota aliansi, sistem penerbangan Garuda harus terkoneksi dengan sistem seluruh anggota Global Alliance Sky Team. Karenanya, sistem tersebut dipasang mulai 18 November lalu. Sayangnya, sistem pendukung untuk mengantisipasi dalam pemasangan IOCS mengalami penurunan sehingga membuat layanan maskapai pelat merah tersebut jadi terganggu. Namun gangguan ini, menurut Emir, tidak berpengaruh terhadap rencana Garuda masuk ke Global Alliance.
Global Alliance adalah aliansi perusahaan penerbangan di seluruh dunia yang saat ini beranggotakan 13 maskapai seperti KLM, Air France, Korea Airlines, Delta Airlines, Aeroflot, Aero Mexico, Lufthansa dan Chinna Southern.
Kini sepeken setelah insiden 'tiga hari' itu, aktifitas Garuda telah kembali normal. Sepertinya sistem IOCS itu sudah berlangsung mulus sehingga pelanggan kembali menemukan bentuk pelayanan Garuda yang sudah diakui jauh lebih baik, terutama sejak airline kebanggaan Indonesia itu dikomandani oleh Emirsyah Satar.
Semoga penerapan IOCS semakin meningkatkan kinerja Garuda, sehingga ujung-ujungnya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Bagaimanapun, insiden tiga hari itu, bisa menjadi semacam 'blessing in disguise', yang semakin memacu kualitas pelayanan Garuda di masa depan.
Subscribe to:
Posts (Atom)