Monday, August 23, 2010

Tantangan Menjinakkan Tsunami Data


Kehadiran beragam ponsel cerdas dan tablet pengganti notebook, telah mendorong munculnya kebiasaan-kebiasaan baru pengguna ponsel. Selain aktivitas di jejaring social, pengguna semakin ketagihan dengan layanan musik dan video yang menguras data.

Sepanjang tahun ini ponsel cerdas diprediksi akan terus menguasai pasar, dan berdampak besar. Menurut survei yang dilakukan Nielsen, dominasi Blackberry dan iPhone bakal berlanjut sampai dengan tahun 2011, meski mereka akan mendapat ancaman serius dari ponsel yang berbasis Android.

Sebagai perangkat yang sudah matang, koneksi Wi-Fi telah hadir di mana-mana, dan jaringan 3G kini bisa diandalkan untuk berselancar di dunia maya, konsumen pun semakin dimanjakan dalam mengakses internet tanpa harus berada di depan desktop. Pilihan menggunakan smartphone sebagai pengganti perangkat besar lainnya, seperti PC dan TV kini semakin menyenangkan. Alhasil, menurut prediksi Nielsen, streaming film mobile, gaming dan full track download di katagori musik digital akan menjadi popular di masa depan.

CEO dan pendiri mSpot Daren Tsui, memprediksi bahwa streaming yang tersambung dengan ponsel akan menjadi fitur penting bagi konsumen pada tahun-tahun mendatang, karena orang ingin hiburan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan permintaan (video on demand). Penelitian juga menunjukkan bahwa kurva yang mengadopsi fitur ini akan dipimpin oleh laki-laki muda berusia 18 sampai dengan 24 tahun.

Namun, seperti yang dilansir Cnet (30/11/2009), dapatkah mereka bisa menangani arus masuk para pengguna yang menyedot bandwidth dalam jumlah besar? Karena bagaimanpun juga, konten bergerak seperti itu membutuhkan bandwidth yang lumayan gede.

Tapi, Tsui meyakini para operator seluler akan berusaha menjawab tantangan tersebut. Apalagi, mereka akan berusaha dengan keras jika memang permintaan sangat tinggi di tengah masyarakat. Karena tentu saja hal itu akan menjadi cash cow baru yang sangat menguntungkan buat mereka.

Memang bagi operator, transformasi layanan dari teks dan voice ke data dan multimedia tak bisa dielakkan. Mereka dihadapkan pada kondisi dimana legacy business (SMS dan voice) yang selama ini menjadi revenue generator terus menyusut kontribusinya. Sementara new business berbasis mobile broadband diperkirakan baru akan menemukan bentuknya dalam beberapa tahun ke depan.

Tengok saja kasus yang dialami oleh Verizon Wireless. Operator raksasa asal Amerika ini, kini tengah kelimpungan dalam menangani arus data yang menyerbu bagaikan tsunami. Verizon memperkenalkan rencana data nirkabel terbatas pertama pada 2002, ketika sebagian besar pelanggan hanya membuat panggilan suara dan bertukar e-mail melalui ponsel mereka.

Namun kini, yang ada di pikiran pengguna iPhone hanyalah mendengarkan musik dalam jaringan dan bermain games melalui situs web. Repotnya, perbedaan dalam penggunaan data sangat besar. Sebuah video dengan durasi singkat mampu menyita bandwidth 500.000 kali lebih besar dari pada pesan teks. Alhasil, tiga tahun sejak iPhone melakukan debutnya, lalu lintas data di jaringan Verizon meroket hingga 5.000%.

President Director AT&T Mobility Ralph De La Vega, meyakini bahwa kondisi itu baru sekedar permulaan. Pasalnya. Puluhan ribu pengembang perangkat lunak, memimpikan aplikasi yang berjalan di berbagai ponsel cerdas seperti iPhone, Blackberry, Motorola dan Nokia. Beberapa aplikasi telah memakan bandwidth dalam jumlah yang tak terbayangkan sebelumnya.

Ambil contoh aplikasi uStream pada iPhone, yang memungkinkan Kelly Clarkson, bintang jebolan American Idol, menyiarkan video langsung kepada jutaan penggemarnya di seluruh dunia lewat iPhone.

Menurut data yang dilansir Forrester Research, saat ini 3% pengguna iPhone berkontribusi terhadap lalu lintas jaringan data di AS. Sementara itu, 97% pengguna lainnya bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan murah jka pecandu video seperti YouTube membayar lebih untuk pemutakhiran jaringan yang dibutuhkan guna mendukung kebisaan tersebut. “Banyak operator lain belum sepenuhnya memahami apa yang akan terjadi”, ujar De La Vega.

Skema Harga
Agar tidak terjebak pada “dumb pipe”, para analis menilai sudah saatnya operator merumuskan formula pentarifan yang lebih adaptif dengan kondisi pasar. Belajar dari kasus yang dialami AT&T dan Verizon yang diterjang tsunami data dari iPhone dan perangkat cerdas lainnya, mereka perlu menetapkan skema harga berjenjang, demikian saran Charles S. Golvin dari Forrester Research.

Pendekatan ini sudah banyak diterapkan di luar negeri. Di Inggris Raya, Orange dan O2 menawarkan paket data yang lebih murah bagi pemilik iPhone dengan penggunaan data di bawah kouta minimum bulanan. Sementara di Australia, Telstra, menawarkan empat skema harga. Begitupun di Kanada, penggunaan data bulanan dibatasi.

Di Indonesia, Telkomsel telah mempelopori skema tersebut. Belajar dari kasus T-Flash dipenghujung 2009, dimana 20% pengguna memanfaatkan 80% resources yang ada, Telkomsel kini menawarkan system pentarifan dengan beragam denominasi yang lebih sesuai dengan habit pengguna.

Ambil contoh paket perdana Flash Unlimited seharga Rp60.000 yang diluncurkan beberapa waktu lalu. Dengan kartu prabayar ini. pelanggan dapat menikmati akses internet berkecepatan tinggi seperti chatting, social networking, browsing, downloading menggunakan modem mulai dari 384 kbps (kilobit per second).

Menurut VP Channel Management Telkomsel, Gideon Edie Purnomo, perilaku komunikasi pelanggan kini didominasi penggunaan layanan data. Paket Perdana Flash Unlimited berisi pulsa Rp55.000. untuk berlangganan, cukup kirim SMS, ketik UL REG 50, kirim ke 3636. Telkomsel juga menyediakan paket Rp 100.000 dan paket Rp200.000. dimana pelanggan harus melakukan isi ulang pulsa terlebih dahulu senilai paket yang akan dibeli, lalu melakukan registrasi, ketik UL REG 100 atau 200. kirim ke 3636. Seluruh paket ini diperpanjang secara otomatis ketika masa aktif paket habis.

Saat ini menurut Gideon, Telkomsel menyalurkan trafik komunikasi data kurang lebih 2000 terabit per bulan. Trafik yang begitu besar ini masih sanggup ditampung, sebab kapasitas jaringan yang disiapkan jauh lebih besar, tiga kali lipatnya atau 6000 terabit.

"Wajar saja kalau trafik komunikasi data kami demikian besar. Dari 90 juta pelanggan, lebih dari 20 juta merupakan pelanggan data aktif. Dan 5 juta di
antaranya menggunakan mobile broadband Telkomsel Flash," ungkap Gideon.

No comments: