Wednesday, July 6, 2011

Susahnya Mendapatkan BBM di Sumatera (True Story)


Pekan lalu saya menyempatkan cuti dan berlibur bersama keluarga di Pekanbaru dan Bukit Tinggi. Karena membawa kendaraan sendiri, segala persiapan tentu dipersiapkan dengan matang. Nyaris tidak ada masalah berarti, hingga selepas kapal ferry yang kami tumpangi menyeberangi pelabuhan Merak menuju Bakauheni.

Memasuki Rajabasa (Lampung), hingga memasuki pinggiran kota Pekanbaru, Riau, barulah kami menyadari kesulitan yang muncul, yakni susahnya memperoleh BBM. Hampir seluruh SPBU yang kami lalui di sepanjang kota kabupaten, memasang pengumuman premium atau pertamax habis. Kalaupun ada stok, SPBU tersebut diserbu pengemudi motor dan mobil, hingga menyebabkan antrian mengular hingga puluhan meter memenuhi badan jalan. Bahkan sebelum SPBU tersebut dibuka.

Jadilah, usaha mencari BBM menjadi perjuangan tersendiri. Kami harus ikut antri dengan pengendara mobil lain. Terkadang berhasil namun ada juga yang nihil, karena setelah beberapa waktu mengantri tiba-tiba petugas mengumumkan bahwa premium habis. Hal yang tidak pernah terjadi di Jakarta, kini kami alami. Memang informasi tentang kelangkaan BBM di Sumatera, sudah saya dengar sebelumnya. Namun, pengalaman sulitnya memperoleh BBM tetap saja menjadi sesuatu yang tidak pernah terbayangkan. Tak pelak di sepanjang perjalanan kami dihantui kehabisan BBM, sehingga harus pintar-pintar berhemat, sambil berharap sepanjang perjalanan yang kami lalui ada SPBU yang masih memiliki stok.

Ironisnya, ditengah kesulitan yang dialami masyarakat itu, selalu ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bermodalkan jeriken berukuran kecil, sedang hingga besar, orang-orang ini memanfaatkan celah untuk berkongkalingkong dengan oknum petugas SPBU. Alhasil, premium yang dikhususkan untuk masyarakat berpindah ke tangan pedagang untuk dijual secara eceran. Tak tanggung-tanggung, mereka menjualnya hingga Rp 9.000 per liter. Konyolnya, pedagang dadakan itu, umumnya berlokasi tak jauh dari SPBU tempat ratusan orang mengantri.

No comments: