Tuesday, March 1, 2011
Menjual Broadband Dengan Kemasan Menarik
Bergesernya kebutuhan masyarakat dari tradisional ke layanan data, merupakan tantangan yang tidak ringan bagi operator telekomunikasi. Diperlukan serangkaian inovasi yang mampu mampu menarik perhatian pelanggan sekaligus menjadi pembeda (differentiator) sebelum produk dilempar ke pasar.
Prediksi bahwa basic service akan tumbuh stagnan, mulai menunjukkan kenyataan. Tengok saja pada lebaran 2010 lalu. Layanan panggilan suara atau voice call ternyata tak lagi menjadi primadona bagi ratusan juta pelanggan. Mereka lebih senang mengirimkan pesan "Selamat Idul Fitri" lewat SMS maupun akses data internet.
Tengok saja Telkomsel. Tercatat trafik voice mengalami penurunan 6% menjadi 832 juta menit, dibanding trafik normal sehari-hari yang biasanya mencapai 884 juta menit. Trafik SMS, seperti biasa dialami pada puncak Lebaran, juga mengalami peningkatan. Tahun ini, trafik yang tercatat mencapai 809 juta SMS atau meningkat 11% dari jumlah SMS normal hari biasa sekitar 727 juta SMS per hari.
Paling menarik adalah lonjakan signifikan yang terjadi pada layanan data. Layanan berbasis broadband ini mengalami peningkatan sebesar 26% menjadi 41 terabytes dibandingkan 32 terabytes pada trafik di hari normal.
Merujuk pada data-data tersebut, tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi evolusi yang memperkuat indikasi bahwa layanan data akan menjadi lumbung revenue bagi operator telekomunikasi di masa depan.
Fakta menunjukkan di sejumlah negara Eropa yang teledensitas telekomunikasinya sudah sedemikian tinggi, seperti Perancis, Jerman, Spanyol dan Inggris, ternyata trafiknya masih bisa ditingkatkan lagi berkat up-grade teknologi. Sehingga konsumsi penggunaan broadband di jaringan bergerak (mobile) ikut pun meningkat pesat.
Impelementasi teknologi HSPA+ yang didukung oleh gadget-gadget yang mampu mengakses mobile internet, seperti smartphone, notebook, netbook, atau tablet PC, mendorong konsumsi penggunaan broadband di jaringan bergerak ikut pun meningkat pesat.
Penyerapan Device
Seperti halnya di negara-negara maju, segmen penggunan layanan data memang semakin membesar seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi internet berbasis broadband. “Apalagi masyarakat Indonesia dari dulu sudah terkenal sebagai early adopter.
Bahkan bagi sebagian kalangan, ponsel bukan lagi sekedar fungsi tapi sudah menjadi fashion statement yang menunjang penampilan sekaligus kelas sosial seseorang”, ujar VP Channel Management Telkomsel Gideon Purnomo.
Gideon merujuk keberhasilan Blackberry di pasar Indonesia. Smartphone besutan RIM (Research in Motion) ini, menikmati betul banjir publisitas dari hasil word of mouth, yang menjadikan Blackberry dipersepsikan sebagai gadget paling keren, tidak hanya mendukung gaya hidup namun juga aktifitas mobile internet yang terus marak. Sehingga, sejak kehadirannya sekitar enam tahun silam di Indonesia, nyaris RIM tak mengeluarkan dana promosi sepeser pun.
Momentum Blackberry pun terus berlanjut dengan hadirnya gadget-gadget buatan Apple yakni iPhone dan iPad. Bahkan keberhasilan iPad yang sangat fenomenal, membuat vendor-vendor raksasa kini melaju di jalur tablet PC. Seperti Dell (Streak), Samsung (Galaksi Tab), Asus (EeeTablet), atau Sharp (Galapagos). Bahkan RIM pun tidak ingin ketinggalan ‘kereta’. Produsen asal Kanada ini, tengah menyiapkan Blackberry Flybook yang menurut rencana akan diluncurkan pada awal 2011.
Gideon menyebutkan penyerapan gadget-gadget yang memiliki kemampuan tak hanya untuk bertelepon ria, namun juga bisa berselancar di internet, mengelola email, membaca buku digital, bermain game dan membereskan pekerjaan kantor, sangat penting dalam membentuk broadband society. “Dengan semakin banyaknya pengguna gadget yang memiliki kemampuan seperti itu, langkah Telkomsel dalam memasarkan produk dan layanan pun akan semakin mudah”, kata Gideon.
Gideon meyakini bahwa permintaan terhadap layanan mobile broadband akan terus meningkat karena potensinya untuk menghadirkan pengalaman terkoneksi yang orang inginkan, di manapun mereka berada. Survey InStat menunjukkan, saat ini terdapat 40 juta pengguna internet broadband di Indonesia, namun baru sekitar 4 juta orang yang telah berlangganan.
Itu sebabnya, untuk mendorong penggunaan layanan data di kalangan pelanggan yang ada maupun pelanggan baru, pihaknya akan terus menggencarkan penawaran paket bundling atau subsidi baik untuk smartphone, laptop maupun netbook, dengan pembelian koneksi mobile broadband milik Telkomsel, yakni T-Flash. “Diharapkan dengan pilihan denominasi yang sesuai kebutuhan dan paket-paket menarik, popularitas T-Flash semakin meningkat, yang pada gilirannya dapat mendorong jumlah customer base sekaligus tingkat penggunaan atau ARPU”, imbuh Gideon.
Kemasan Menarik
Dengan semakin tumbuhnya pasar pengguna data, harus diakui pertempuran di segmen ini pun mulai menjurus keras. Untuk merebut pelanggan, perang tarif dengan embel-embel data, kini sudah mulai jamak dan membuat konsumen bingung. Tengok saja, iklan milik salah satu operator yang menggratiskan tak hanya voice dan SMS, namun juga data hingga 10 Mb per hari.
Menurut Gideon, kondisi ini tentu ironis sebab data yang note bene merupakan masa depan industri selular, justru mulai dijual murah. Bahkan untuk layanan Blackberry, semua operator sudah mematok tarif dibawah Rp 100 ribu.
Kondisi itu pada akhirnya memaksa Telkomsel, untuk juga menurunkan tarif dari Rp 150 ribu menjadi Rp 99 ribu per bulan. “Sebab jika range-nya terlalu jauh, akan berdampak terhadap pencapaian customer base”, ujar Gideon.
Meski mulai marak, harus diakui layanan broadband yang ditawarkan oleh operator-operator di Indonesia masih bersifat generik. “Padahal dengan layanan yang lebih atraktif dan dapat menunjang kebutuhan pengguna, operator tidak terus-terusan terjebak dalam perang tarif yang tak ada ujungnya”, ujar Gideon.
Menurut Gideon, fondasi yang dibangun oleh Telkomsel dalam menggelar layanan data saat ini sudah melebihi sumber daya yang dimiliki kompetitor. Dukungan 35 ribu lebih BTS, implementasi HSPA+, 25 broadband city, dan uji coba LTE, menunjukkan keseriusan Telkomsel dalam mewujudkan visi sebagai “The Best and Leading Mobile Lifestyle Provider in The Region”.
Namun, semua itu juga harus didukung oleh kemasan produk yang didukung oleh beragam content dan aplikasi. Nantinya, konten, aplikasi serta beragam layanan VAS, seperti mobile advertising atau T-Cash, akan menjadi pembeda layanan Telkomsel dengan kompetitor, tukas Gideon.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment