Sunday, January 23, 2011

Mandala dan Penyelamatan Jilid II (Bagian 1)


Awal tahun ini, kita dikejutkan dengan berita tak mengenakkan dari dunia penerbangan. Maskapai Mandala Airlines berhenti beroperasi untuk sementara, karena adanya masalah keuangan dan internal perusahaan lainnya. Sesuai aturan yang berlaku, Mandala berhenti beroperasi selama 45 hari sesuai dengan masa waktu pengajuan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Meski hanya bersifat sementara, tak urung banyak pihak menyayangkan keputusan itu karena Mandala selama ini dikenal sebagai salah satu maskapai besar di Indonesia.

Dalam keterangan resminya, Direktur Utama Mandala Diono Nurjadin mengaku maskapai yang dipimpinnya mengalami kerugian bisnis, dan kesulitan keuangan. Tarif sewa pesawat yang dikenakan oleh Indigo Partners terlampau mahal sehingga memberatkan perusahaan. Tak pelak, Mandala harus mengembalikan lima pesawat Airbus yang disewa dari Indigo, perusahaan pemilik pesawat yang sekaligus menjadi pemegang 49 persen saham Mandala.

Namun Diono optimis bahwa Mandala bisa bangkit lagi. Diono mengaku saat ini sedang mencari investor baru agar bisa menyuntik modal ke Mandala. "Belum bisa diumumkan, tapi mereka setuju dengan restrukturisasi ini," ujarnya.

Diono bilang langkag restrukturisasi keuangan sekaligus akan memberi ruang bagi investor baru masuk menyuntikan dana ke maskapai berusia 40 tahun tersebut. Manajemen berharap Mandala bisa beroperasi kembali setelah restrukturisasi tuntas.

Too Big to Fail

Mampukah Mandala lolos dari jerat kebangkrutan? Meski sulit, banyak pihak meyakini bahwa Mandala akan keluar dari krisis. Pasalnya, Mandala memiliki track record yang semakin baik. Meski merupakan low cost carrier, Mandala bahkan menjadi maskapai swasta pertama Indonesia yang memperoleh sertifikasi keselamatan dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional (IATA). Dengan persepsi yang sangat baik, terutama dari sisi keselamatan dan kenyamanan, sangat sayang jika Mandala harus terkubur dari persaingan.

Apalagi sebelumnya, Mandala pun pernah keluar dari jerat krisis. Sebelum bangkrut, Mandala yang dulunya dimiliki oleh Kesatuan Militer (Kostrad) pada 1990, sebenarnya sudah beralih kepemilikan saham kepada Cardig International (51 persen) dan Indigo Partners (49 persen). Di bawah pemilik baru, Mandala yang bertarung di tarif murah ini dikenal memiliki keselamatan yang bagus, serta ketepatan waktu pemberangkatan rata-rata 83 persen pada 2010.

Sejauh ini, sejumlah pihak sudah dikait-kaitkan dengan Mandala. Salah satunya Garuda Indonesia. Maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia itu, diketahui tengah menyiapkan konsep pengembangan hingga 2018 dengan nama Quantum Leap. Rencana ini menyiapkan perseroan sebagai flag carrier nasional dan angkutan penerbangan di masa datang.

Manajemen juga akan menambah armada menjadi 116 pesawat pada 2012. Selain itu, Garuda terus menambah rute domestik dan internasional hingga menjadi 62 destinasi.

Yang tak kalah penting, Garuda berniat mengembangkan segmen bisnis penerbangan murah yang kini ditangani oleh Citilink. Apakah nantinya Mandala akan dikawinkan dengan Ciilink? Wallahu Alam.

Siapa pun investor baru Mandala, kita berharap sejarah kelam industri penerbangan Indonesia, cukup berhenti pada kasus Adam Air yang salah urus. Jadi, kita tunggu saja, siapa majikan baru Mandala nantinya.

No comments: